PSDP 2010 Balangan 4B – Proposal

Kumpulkan proposal Anda di sini paling lambat satu hari sebelum pertemuan ke-4.

  1. 19/05/2010 pukul 10:54 pm

    JUDUL :

    MINAT BACA GURU TERHADAP BACAAN SASTRA
    (STUDI KASUS DI KANDANGAN)

    DISUSUN OLEH :
    NAMA : NORDASIMAH
    NPM : 3060811485

    A. LATAR BELAKANG

    Sastra lahir disebabkan oleh dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya, perhatian besar terhadap masalah manusia dan kemanusiaan, serta perhatiannya terhadap dunia realitas yang berlangsung sepanjang hari dan sepanjang zaman. Karena itu, sastra yang telah dilahirkan oleh para pengarang diharapkan dapat memberikan kepuasan estetik dan intelektual bagi masyarakat pembaca. Akan tetapi, sering terjadi bahwa karya sastra tidak dapat dipahami dan dinikmati sepenuhnya oleh sebagian besar masyarakat pembaca. Membaca karya sastra bukan hanya untuk mendapatkan kepuasan karena keindahannya, melainkan juga untuk memperkaya wawasan dan daya nalar. Sastra adalah vitamin batin, karena mengajarkan nilai-nilai luhur kemanusiaan kepada pembacanya, memberikan pencerahan. Bahkan Aristoteles berpendapat bahwa bersastra merupakan kegiatan utama manusia untuk menemukan dirinya di samping kegiatan lainnya melalui agama, ilmu pengetahuan, dan filsafat.

    Mengingat peranan sastra dalam pengembangan kepribadian pembacanya, maka pengajaran sastra di sekolah tentulah menjadi keniscayaan. Melalui pengajaran sastra, seorang guru tidak hanya memperkenalkan kekayaan sastra Indonesia dan dunia, tokoh-tokoh dalam kesusastraan, bahkan juga memperkenalkan pada kekayaan isi karya sastra itu sendiri kepada murid-muridnya. Dengan membaca dan memahami karya sastra, berarti seorang guru mencoba memahami kehidupan, mencoba memperoleh nilai-nilai positif dan luhur dari kehidupan, dan pada akhirnya memperkaya batinnya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Sidney (dalam Alwasilah, 2001:31) bahwa dengan membaca tenting tindakan-tindakan heroik manusia, kita sendiri dibimbing menuju kebaikan dan kepahlawanan.

    Selain itu, keindahan suatu karya sastra dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dapat membangkitkan motivasi atau dorongan kepada para guru untuk mencari dan terus mencari keindahan dan nilai-nilai tersebut dalam karya-karya sastra lainnya. Keinginan mencari hal-hal baru tersebut tentulah akan mempengaruhi keinginan dan minat untuk membaca. Jika membaca sudah menjadi kultur dalam tatanan sosial kita, maka wawasan dan cara berpikir para guru pun akan berbeda. Pada akhirnya, minat membaca yang tinggi akan membantu pemilihan bahan bacaan yang lebih bermutu sehingga diharapkan dapat menjadikan para guru menjadi seorang pengajar yang berkompeten dibidang sastra sehingga dapat memberikan pengajaran yang lebih naik kepada murid-muridnya.

    Sekarang perlu kita lihat terlebih dahulu tentang kompetensi guru di Indonesia. Data Balitbang Departemen Pendidikan Nasional tahun 2004 menyatakan bahwa guru SD negeri yang tidak memenuhi kriteria layak untuk mengajar sesuai dengan bidang keilmuannya berjumlah 558.675 orang atau sebesar 45,2% (pada SD swasta sebanyak 50.542 orang atau setara dengan 4,1%) dari total jumlah guru SD sebanyak 1.234.927 orang. Di tingkat SMP terdapat 108.811 guru negeri dan 58.832 guru swasta dari total guru sebanyak 466.748 orang (35,9%) yang dinilai tidak layak mengajar. Sementara untuk tingkat SMA terdapat 35.424 guru negeri dan 40.260 guru swasta dari jumlah keseluruhan 230.114 orang (32.8%) dinyatakan tidak layak mengajar. Sedangkan di tingkat SMK, dari jumlah keseluruhan guru yang berjumlah 147.559 orang, yang dianggap tidak layak mengajar berjumlah 20.678 orang (guru negeri) dan 43.283 orang (guru swasta) atau sama dengan 43,3%.

    Di Kabupaten Hulu Sungai Selatan Khususnya di Kecamatan Kandangan terdapat 3 (tiga) buah SMU yaitu SMU I Kandangan, SMU 2 Kandangan dan SMU 3 Kandangan dengan 6 (enam) orang guru Bahasa Indonesia yang merangkap juga sebagai Guru Sastra. Seharusnya yang berkompeten untuk mengajar mata pelajaran Sastra adalah seorang guru yang benar-benar berasal dari basic sastra, bukan dari basic yang umum seperti guru Bahasa Indonesia yang lebih memberikan perhatian kepada permasalahan bahasa, utamanya pada masalah-masalah teknis.

    Dengan pengertian lain, dapat dikatakan bahwa banyak guru sastra yang sesungguhnya bukan pembaca sastra atau lebih-lebih pencinta sastra. Kalaupun mereka pernah membaca karya sastra, karya-karya tersebut adalah karya-karya yang mereka peroleh atau pelajari sewaktu dulu berkuliah dan tidak sedikit pula yang hanya membaca ringkasan karya-karya sastra itu.

    Berdasarkan permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap minat baca guru terhadap bacaan sastra di Kandangan.

    B. PERUMUSAN MASALAH

    Berdasarkan latar belakang masalah diatas perlu adanya perumusan masalah agar penelitian yang dilakukan dapat lebih terarah, lebih mendalam dan efektif. Adapun perumusan masalah yaitu seberapa besar minat guru sastra dalam membaca karya sastra?

    C. TUJUAN PENELITIAN

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana minat baca guru terhadap bacaan sastra di Kandangan.

    D. MAMFAAT PENELITIAN
    1. Manfaat Teoritis
    Secara teoritis penelitian ini bermanfaat dalam pengembangan pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu tentang minat guru terhadap bacaan sastra.

    2. Mamfaat Praktis
    Guru dapat memperoleh wawasan bagaimana cara meningkatkan prestasinya dengan cara membaca sastra.

    E. KAJIAN PUSTAKA

    Membaca karya sastra dapat dimasukkan ke dalam membaca dengan pemahaman, karena ketika membaca sebuah karya sastra, pembaca bukan hanya membaca apa yang tersurat/tertulis tetapi juga akan berusaha memahami pesan yang tersirat dari sebuah karya sastra. Oleh karena itu membaca disebut sebagai kegiatan untuk memahami. Selain itu pembaca karya sastra pada akhirnya akan memberikan suatu penilaian. Maksudnya pembaca karya sastra setelah membaca bukan hanya membaca, menikmati, memahami karya sastra tersebut, tapi akan menyimpulkan apakah karya tersebut memiliki nilai lebih, baik atau buruk.

    Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Aminuddin (1987:20), bahwa membaca karya itu haruslah bersifat kr itis, maksudnya adalah kegiatan membaca dengan menggunakan pikiran dan per asaan secara kritis untuk menemukan dan mengembangkan suatu konsep dengan jalan membandingkan isi teks sastra yang dibaca dengan pengetahuan, pengalaman, serta realitas lain yang diketahui pembaca untuk memberikan identifikasi, perbandingan, dan penilaian.

    Jadi membaca dapat dikatakan sebagai sebuah fenomena cultural. Membaca adalah proses dimana kita terlibat setiap saat, sebagaimana kita berusaha mencoba memahami dunia atau menafsirkan tanda-tanda yang mengelilingi kita (Cavallaro, 2001:90).

    Iser (dalam Ratna, 2004:171) memperkenalkan konsep ruang kosong, yaitu tempat yang disediakan penulis bagi pembaca untuk s ecara aktif dan kreatif berpartisipasi memberikan interpretasinya. Dengan konsep ruang kosong ini tampak bahwa pembaca memiliki peran penting, jadi pembaca memiliki kemampuan dan pengalaman yang banyak.

    Culler (dalam Ratna, 2004:172) menyatakan bahwa untuk memahami suatu karya sastra, pembaca haruslah memahami beberapa konvensi sebagaimana memahami system aturan yang be rlaku umum dalam masyarakat. Misalnya membaca novel pasti konvensinya berbeda dengan membaca puisi, tapi karena dia sudah memahami konvensi yang b erlaku umum, maka hal itu tida k akan menimbulkan kesulitan, dengan demikian karya sastra akan menjadi bermakna bila pembaca telah siap untuk membaca teks yang akan dibaca.

    Membaca karya sastra bukan hanya untuk mendapatkan kepuasan karena keindahannya, melainkan juga untuk memperkaya wawasan dan daya nalar. Sastra adalah vitamin batin, karena mengajarkan nilai-nilai luhur kemanusiaan kepada pembacanya, memberikan pencerahan. Bahkan Aristoteles berpendapat bahwa bersastra merupakan kegiatan utama manusia untuk menemukan dirinya di samping kegiatan lainnya melalui agama, ilmu pengetahuan, dan filsafat.

    Mengingat peranan sastra dalam pengembangan kepribadian pembacanya, maka pengajaran sastra di seko lah tentulah menjadi keniscaya an. Melalui pengajaran sastra, siswa tidak hanya diperkenalkan kekayaan sastra Indonesia dan dunia, tokoh-tokoh dalam kesusastraan, bahkan juga diperkenalkan pada kekayaan isi karya sastra itu sendiri. Dengan membaca dan memahami karya sastra, berarti siswa mencoba memahami kehidupan, mencoba memperoleh nilai-nilai positif dan luhur dari kehidupan, dan pada akhirnya memperkaya batinnya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Sidney (dalam Alwasilah, 2001:31)

    F. METODE PENELITIAN

    1. Variabel penelitian
    Yang dimaksud dengan variabel penelitian adalah apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi variabel penelitian adalah minat baca guru terhadap bacaan sastra.

    2. Populasi dan Sampel
    Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan dan pristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam sebuah penelitian. Populasi juga dapat diartikan keseluruhan objek yang ingin diteliti. Oleh karena itu yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah jumlah keseluruhan guru Pendidikan Bahasa Indonesia yang mengajar di SMU I Kandangan, SMU 2 Kandangan dan SMU 3 Kandangan.

    Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki sifat dan karakteristik yang sama, sehingga betul-betul mewakili populasi. Mengingat dengan terbatasnya jumlah guru Pendidikan Bahasa Indonesia di tiga sekolah tersebut, maka penelitian akan dilakukan kepada seluruh guru Pendidikan Bahasa Indonesia di SMU I Kandangan, SMU 2 Kandangan dan SMU 3 Kandangan yaitu sebanyak 6 (enam) orang guru Pendidikan Bahasa Indonesia, sehingga penelitian ini disebut juga dengan penelitian populasi.

    3. Metode Penelitian
    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yang ditunjang oleh data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan (Library Research), dan penelitian lapangan (Field Research).
    Adapun penelitian kepustakaan (Library Research) adalah menelaah, mengkaji dan mempelajari berbagai literature (referensi) yang erat kaitannya dengan masalah yang akan dibahas.

    Penelitian lapangan (Field Research), penulis terjun langsung ke lapangan atau dilakukan di sekolah dengan melalui observasi, angket dan studi dokumentasi untuk memperoleh data yang jelas dan representatif .

    4. Teknik Pengumpulan Data
    Adapun teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah:
    a) Observasi
    Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi ini dilakukan dengan mengamati instrumen-instrumen dalam proses evaluasi serta data yang dapat menunjang kelengkapan penelitian ini.
    b) Angket
    Angket adalah daftar pertanyaan tertulis yang diberikan kepada responden baik secara langsung maupun tidak langsung. Angket ini diberikan kepada guru bidang studi Pendidikan Bahasa Indonesia yang mengajar di SMU I Kandangan, SMU 2 Kandangan dan SMU 3 Kandangan, guna memperoleh data tentang minat baca guru terhadap bacaan sastra.

    5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
    Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan untuk menguraikan keterangan-keterangan atau data yang diperoleh agar data tersebut dapat dipahami bukan saja oleh orang yang mengumpulkan data tapi juga oleh orang lain.

    Untuk mengolah data hasil penelitian, penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
    a) Editing
    Dalam mengolah data, pertama kali yang harus dilakukan adalah editing, yaitu melakukan edit, memilih atau meneliti angket satu persatu tentang kelengkapan dan kebenaran pengisian angket, sehingga terhindar dari kekeliruan dan kesalahan
    b) Skoring
    Setelah melewati tahap editing, maka selanjutnya penulis memberikan skor tehadap butir-butir pertanyaan yang terdapat dalam angket. Butir jawaban yang terdapat dalam angket ada empat, yaitu a,b,c dan d.
    Adapun pemberian skor untuk tiap jawaban adalah:
    a = 4
    b = 3
    c = 2
    d = 1
    c) Tabulating dan Analisis
    Tabulasi adalah perhitungan terhadap data yang sudah diberikan skor berdasarkan jenis data yang dikumpulkan yaitu data kualitatif yang kemudian diubah menjadi kuantitatif, maka teknik yang digunakan adalah analisis statistik, yaitu dengan menggunakan rumus statistik (prosentase) yang digunakan untuk mendeskripsikan hasil penelitian dengan rumus sebagai berikut:

    P = f x 100 %
    N
    P : Prosentase Jawaban
    f : frekuensi
    N : Number of Cases (banyaknya responden)
    Setelah penulis melakukan penghitungan, selanjutnya penulis mengkategorikan tentang minat baca guru terhadap bacaan sastra berdasarkan skor yang diperoleh dari angket yang diberikan kepada guru Pendidikan Bahasa Indonesia di SMU I Kandangan, SMU 2 Kandangan dan SMU 3 Kandangan.
    Skor 40-69 : Menunjukkan minat baca guru terhadap bacaan sastra di SMU I Kandangan, SMU 2 Kandangan dan SMU 3 Kandangan rendah.
    Skor 70-99 : Menunjukkan minat baca guru terhadap bacaan sastra di SMU I Kandangan, SMU 2 Kandangan dan SMU 3 Kandangan kurang tinggi.
    Skor 100-129 : Menunjukkan minat baca guru terhadap bacaan sastra di SMU I Kandangan, SMU 2 Kandangan dan SMU 3 Kandangan sedang.
    Skor 130-160 : Menunjukkan minat baca guru terhadap bacaan sastra di SMU I Kandangan, SMU 2 Kandangan dan SMU 3 Kandangan tinggi

    G. DAFTAR RUJUKAN
    Aminuddin, 1987. Pengantar Apresiasi Sastra. Bandung: Sinar Baru Cavallaro, Dani, 2001. Critical and Cultural Theory ( Terj. Laily Rahmawati). Yogyakarta: Niagara.
    Alwasilah, A. Chaedar, 2001. Language, Culture, and Educati on: A Portrait of Contemporary Indonesia. Bandung: Andira
    Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta, 1998.
    Cavallaro, Dani, 2001. Critical and Cultural Theory (Terj. Laily Rahmawati) Yogyakarta:Niagara.
    Pradopo, Rachmat Joko, 1995. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
    Ratna, Nyoman Kutha, 2004. Teori, Metode dan Teknik Penel itian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
    Rasito, Hermawan. Pengantar Metodologi Penelitian,Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992.
    Sudjana, Nana. Penelitian dan Penilaian Pendidikan,Bandung: Sinar Baru,1989
    Sunaryo, Hari, 2005. Membaca Ekspresif: Keterampilan Menghidupkan Teks Sastra. Malang: UMM Press.
    Tampubolon, 1990. Membaca: Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung: Angkasa

    LAMPIRAN KUISIONER

    PERTANYAAN 1
    Apakah anda suka membaca?
    a. Sangat suka
    b. suka
    c. cukup suka
    d. tidak suka

    PERTANYAAN 2
    Jenis bacaan apa yang biasa anda baca?
    a. Komik
    b. Teenlit/chicklit
    c. Koran,tabloid
    d. Karya sastra (cerpen, novel, dll.)

    PERTANYAAN 3
    Berapa sering anda membaca?
    a. Setiap hari
    b. seminggu sekali
    c. Tiga hari sekali
    d. Tidak tentu

    PERTANYAAN 4
    Berapa lama waktu yang anda habiskan setiap kali anda membaca?
    a. 1 jam

    PERTANYAAN 5
    Pernahkah anda membeli buku?
    a. Sangat sering
    b. Sering
    c. Cukup sering
    d. Tidak pernah

    PERTANYAAN 6
    Seringkah anda meminjam buku dari perpustakaan atau taman bacaan?
    a. Sangat sering
    b. Sering
    c. Cukup sering
    d. Tidak pernah

    PERTANYAAN 7
    Apakah alasan utama anda membeli buku atau membaca buku?
    a. Suka buku
    b. Tugas dari sekolah
    c. Ikutan teman
    d. Lain-lain …………………………………………
    Catatan. Lain-lain: menambah pengetahuan dan informasi, mengisi waktu dan
    menambah wawasan, tertarik pada judul, koleksi, menambah referensi, rasa
    ingin tahu.

    PERTANYAAN 8
    Pernahkah anda membaca karya sastra?
    a. Sangat sering
    b. Sering
    c. Cukup sering
    d. Tidak pernah

    PERTANYAAN 9
    Apakah anda menyukai karya sastra Indonesia?
    a. suka sekali
    b. suka
    c. cukup suka
    d. tidak suka

    PERTANYAAN 12
    Jenis karya sastra Indonesia apakah yang anda sukai?
    a. Cerpen
    b. Novel
    c. Puisi
    d. Drama

    PERTANYAAN 10
    Bagaimanakah anda mengenal karya sastra Indonesia?
    a. Dari guru
    b. Dari orang tua
    c. Dari media (cetak,elektronik)
    d. Lain-lain …………………………………………………

    PERTANYAAN 11
    Apakah anda mengenal sastrawan Indonesia?
    a. Sangat kenal
    b. Kenal
    c. Cukup kenal
    d. Tidak kenal

    PERTANYAAN 12
    Pernahkan anda membaca karya dari sastrawan yang anda kenal tersebut?
    a. Sangat sering
    b. Sering
    c. Cukup sering
    d. Tidak pernah

    PERTANYAAN 13
    Gambarkan karya sastra Indonesia menurut anda?
    a. Sangat Menarik
    b. Menarik
    c. Cukup menarik
    d. Tidak menarik

  2. Nor Halidah
    24/06/2010 pukul 10:00 am

    JUDUL :

    PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK
    PADA MURID KELAS IV SDN PEMURUS
    KECAMATAN JUAI KABUPATEN BALANGAN

    DISUSUN OLEH :

    NAMA : NOR HALIDAH
    NPM : 3060811515

    1. LATAR BELAKANG
    Salah satu kompentensi yang harus dimiliki guru adalah mendidik, mangajar dan melatih agar muridnya kelak menjadi manusia yang pandai, terampil dan berbudi luhur. Untuk dapat melaksanakan tugas guru, seyogyanya mengusai kemampuan mengajarkan pengetahuan dan keterampilan. Kurikulum berbahasa dalam kurikulum di sekolah mencakup empat segi, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.

    Karya sastra sekarang ini merupakan hal yang menarik. Karya sastra yang paling digemari adalah novel dan cerita pendek. Di sekolah biasanya anak – anak senang pembelajaran Bahasa Indonesia tentang cerita pendek karena biasanya dibacakan guru atau salah satu muridnya disuruh membaca cerita tersebut. Namun, dalam kenyataan siswa sangat sulit menulis cerita pendek. Menulis cerita adalah proses bertahap yang perlu dilalui penulis dengan sabar dan penuh ketekunan.

    Sastra selalu dikaitkan dengan keindahan, karena dalam sebuah sastra kita akan berhadapan dengan karya yang dibuat manusia dengan berbagai pengalaman. Dalam upaya mempertinggi dan meningkatkan apresiasi siswa terhadap cerita pendek. Maka sangatlah penting meningkatkan kualitas pengajaran menulis cerita pendek. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan media gambar untuk pelaksanaan pengajaran menulis cerita pendek.

    2. RUMUSAN MASALAH
    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka pokok masalah yang akan ditelaah dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana meningkatkan kemampuan menulis cerita pendek pada murid kelas IV SDN Pemurus Kecamatan Juai Kabupaten Balangan ? ”.

    3. TUJUAN PENELITIAN
    Tujuan yang diharapkan dari Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini adalah untuk mendiskripsikan peningkatan kemampuan menulis cerita pendek pada murid kelas IV SDN Pemurus Kecamatan Juai Kabupaten Balangan.

    4. MANFAAT PENELITIAN
    Hasil dari Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini diharapkan dapat bermanfaat :
    a. Bagi Peneliti
    Bagi peneliti penelitian ini merupakan upaya mengembangkan kemampuan professional sebagai tenaga pendidik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

    b. Bagi Siswa
    Bagi siswa penelitian ini dapat mempermudah siswa menulis cerita pendek khususnya dengan menggunakan media gambar dalam pengajaran menulis cerita pendek.

    c. Bagi Guru
    Hasil penelitian ini dapat memperbaiki pembelajaran.

    d. Bagi Sekolah Dasar
    Hasil penelitian ini dapat memberikan perbaikan proses pembelajaran Bahasa Indonesia dam sebagai dokumentasi sekolah.

    5. KAJIAN PUSTAKA
    6.
    a. Pengertian Cerpen
    Cerita pendek sering disebut cerpen. Edgar Allan Poe ( Jassin, 1961 :72 ) yang sastrawan kenamaan dari Amerika mengatakan cerita pendek adalah sebuah ceritayang selesai dibaca sekali duduk.

    Cerita pendek ialah sebuah karangan prosa pendek yang menjadikan kesan tunggal dan dpminan yang memusatkan pada satu tokoh saja dalam satu situasi

    b. Ciri – Ciri Cerita Pendek
    Cerita pendek menceritakan sebuah kejadian yang berasal dari tokoh – tokohnya secara singkat dan inti sarinya tidak mempunyai bab dan bagian terdiri dari beberapa alur cerita.

    c. Unsur Instrinsik dan Ekstrinsik Cerita Pendek

    Cerita pendek terdiri dari unsur Instrinsik dan Ekstrinsik. Unsur Instrinsik cerpen adalah tema, amanat, alur, penokohan, latar dan pusat pengisahan. Unsur ekstrinsik adalah unsur yang membentuk karya atau cerita dari luar karya itu sendiri.

    d. Metode Penelitian
    Metode Penelitian Tindakan Kelas yaitu mencantumkan tempat ( dimana penelitian ini diadakan ), waktu, mata pelajaran, kelas dan karakteristik siswa ( jumlah, usia, jenis kelamin, kemampuan dan lain – lain ).

    e. Daftar Pustaka
    – Wardani, I Gak dan Wihardit, Kuswaya. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
    – Harjani, Sri. 2007. Tokoh Cerita. Surakarta : CV. Mediatama
    – Suyatno, dkk. 2008. Indahnya Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta, PT. Mentari Pustaka
    – Tim Pustaka Agung Harapan. Rangkuman Materi Penting Bahasa Indonesia Tata bahasa, Pengetahuan Bahasa dan Kesastraan. Surabaya. CV. Pustaka Agung Harapan

  3. 24/06/2010 pukul 11:47 am

    SEJARAH MADIHIN DI KAMPUNG BUNTU KARAU

    Disusun oleh : Hj. Misbawati,A.Ma
    NPM. 306.08.11.473

    A. LATAR BELAKANG

    Madihin berasal dari kata “madah” sejenis puisi lama dalam sastra Indonesia, karena ia menyanyikan syair-syair yang berasal dari kalimat akhir bersamaan bunyi. Dan ada yang mengatakan madihin berasal dari bahasa Banjar, yaitu mamadahi atau papadahan,{Bahasa Indonesia : memberi nasehat}. Pendapat ini bisa juga dibenarkan, karena isi dari syair atau pantun yang dinyanyikan oleh pemainnya adalah berupa nasehat-nasehat.
    Asal mula riwayat madihin ini sukar ditegaskan. Ada yang mengatakan berasal dari masyarakat kampung Bangkal kec. Halong, dan ada yang mengatakan berasal dari kampong Pulau Ku’u kecamatan Lampihong, serta ada juga yang mengatakan berasal dari Angkinang kabupaten HSS.
    Didesa Buntu Karau sekitar tahun 1960-an madihin sudah ada. Pada waktu itu madihin di bawakan oleh seorang laki-laki dan seorang perempuan yang bernama Sahiban dan Saniah . Mereka adalah pamadihinan yang terkenal pada waktu itu.
    Kesenian madihin ini cukup digemari dan diterima kehadiran nya sebagai salah satu bentuk seni sastra tradisional {tradisi lisan}. Oleh masyarakat desa Buntu Karau khususnya sangat menyenangi kesenian ini. Mengingat isi sysir atau pantun yang dinyanyikan dalam madihin serat dengan nasehat-nasehat yang bermanfaat dan diselingi dengan homor yang segar, serta selalu dapat mengikuti perkembangan situasi dan kondisi pada saat ditampilkan, termasuk selera penuntun.
    Setelah beberapa lama mereka madihin , dengan keahlian nya mereka di Bantu oleh pemerintah dan pekerjakan di lingkungan dinas kebudayaan.
    Namun setelah mereka bekerja disana , madihin jarang dipertunjukan dikampung Buntu Karau ini. Beberapa lama kemudian ada dua orang laki-laki yang mau mempelajari tenteng madihin ini, mereka belajar dengan cara mendengarkan kaset tieprecorder, bukan belajar secara langsung kepada guru. Mereka madihin menirukan orang –orang terdahulu dan menggunakan alat seadanya. Mereka bernama Supiani dan Acih. Supiani dan Acih madihin pada acara –acara perkawinan kalau diminta oleh masyarakat dengan imbalan seadanya. Mereka tidak terlalu pandai seperti Sahiban dan Saniah.
    Setelah beberapa lama mereka pun pindah ke daerah lain , bersama keluarga.
    Setelah kepergian mereka, madihin ditampilkan dengan meminta kepada pamadihinan dari daerah lain seperti dari Pulau Ku’u kecamatan Lampihong. Karena di Kampung Pulau Ku’u itu lebih banyak orang yang pandai madihin dibandingkan dengan orang yangdi kampung Buntu Karau. Sekarang yang menggantikan Supiani dan Acih adalah Ramlan. Tapi Ramlan masih merasa malu-malu kalau tampil dihadapan orang banyak . Ini karena Ramlan umurnya masih muda dan baru belajar, Seharusnya dia tidak malu dengan kepandaian yang ia miliki itu. Karena tidak semua orang bisa melakukan itu
    Sebenarnya kehadiran madihin ini sangat disenangi oleh masyarakat desa Buntu Karau, namun orang –orang yang pintar memainkan madihin ini sangat sedikit. Jadi untuk mengembangkan kesenian ini agak sulit atau lambat.

    B. RUMUSAN MASALAH

    Sehubungan dengan itu, masalah pokok yang hendak dijawab dalam penelitian ini berkaitan dengan sasra lisan, yaitu tentang :

    1. Bagaimana sejarah dan perkembangan madihin di kampong Buntu Karau.
    2. Sejauh mana partisipasi masyarakat terhadap perkemkembangan sastra madihin ini.
    3. Adakah motivasi dari pemerintah daerah untuk melestarikan kesenian madihin ini sebagai kebudayaan daerahnya

    (1)

    C. TUJUAN PENELITIAN

    1. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sejarah dan perkembangan
    madihin di kampung Buntu Karau.
    2. Mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam melestarikan dan
    mengembangkan kesenian ini, agar tidak punah atau hilang dari kalangan
    masyarakat Buntu Karau.
    3. Memberi masukan kepada pemerintah daerah bahwa di kampung Buntu Karau ada
    kesenian madihin yang harus dilestarikan dan dikembangkan sebagai kebudayaan
    daerah

    D. MANFAAT PENELITIAN

    Setelah malaksanakan penelitian ini, saya mengetahui sejarah perkembangan madihin yang ada di kampung Buntu Karau. Saya berharap kepada masyarakat agar kesenian madihin ini harus dikembangkan. Saya juga berharap kepada pemerintah daerah untuk membina dan memajukan kesenian madihin ini. Dengan cara memberikan bantuan alat-alat ,seperti terbang, alat pengeras suara, pakaian, dan alat-alat lain yang digunakan untuk madihin, serta diadakan pembinaan terhadap orang-orang pamadihinan. Misalnya diadakan pelatihan-pelatihan atau kursus tentang madihin sehingga lebih pandai dan profisional.

    E. KAJIAN PUSTAKA

    Penelitian yang mengambil objek sastra lisan “Madihin” , sudah ada dilakukan di daerah Kalimantan selatan.Diantaranya dilakukan oleh,”Superi Kadir {1992}, dengan pokok masalah, “Sastra Lisan Tradisional Madihin”, yang berbentuk makalah dibuat di Banjarmasin namun tidak diterbitkan.
    Dan oleh Thaha pada tahun 1994 mengemukakan masalah “Pengembangan Permainan Madihin Sebagai Teknek Bimbingan Kelompok Meningkatkan Sikap Siswa Terhadap Perilaku Penyesuaian Sosial Siswa di Sekolah”, yang berbentuk teses.
    Serta pada tahun 1996 Thaha juga mengemukakan tentang “ Eksprimentasi Madihin Sebagai Teknek Bimbingan Karir di Sekolah”{Penelitian Muda Dirjendikti Depdikbud}
    Sekarang saya mencoba meneliti tentang “Sejarah Madihin di Kampung Buntu Karau”.

    F. METODE PENELITIAN

    Dalam penelitian ini akan ditempuh tiga tahapan, yaitu:
    1 Tahap pengumpulan data.
    2 Tahap analisis data
    3.Tahap penyajian hasil analisis data.
    Pengumpulan data dilakukan dengan metode cakap atau wawancara, teknik pancing dan catat. Metode teknik pancing ini digunakan untuk menggali data dari informan tentang sejarah madihin ini. Adapun para informan yang saya wawancarai adalah sebagai berikut:

    1.. Nama : Jarkasi
    Umur : 76 tahun
    Alamat : Desa Buntu Karau, RT. 04 Kecamatan Juai Kabupaten Balangan.

    2. Nama : Hj Biah
    Umur : 69 tahun
    Alamat : Desa Buntu Karau, RT. 04 Kecamatan Juai, Kabupaten Balangan

    3. Nama : Ramlan
    Umur : 48 tahun
    Alamat : Desa Buntu Karau, RT 03 Kecamatan Juai Kabupaten Balangan.

    (2)
    DAFTAR PUSTAKA/DAFTAR RUJUKAN

    Drs.H.M.Thaha,M.Pd dan Drs. H. Bakhtiar Sanderta, {2000}. Pantun, Madihin , Lamut {Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan TK.I Kalimantan Selatan Dan Dewan Kesenian Kalimantan Selatan.

    Syamsiar Saman, {2002}. Kesenian Tradisional Banjar Lamut, Madihin Dan Pantun {Bina Budaya Banjar Banjarmasin}

  4. RUMILLA ( 3060811504 )
    25/06/2010 pukul 2:30 am

    Pantun Dalam Acara Pengantar Pertalian di Kab. Hulu Sungai Utara

    Di susun oleh : Rumilla
    Npm : 3060811504

    I. Latar belakang
    Pantun dalam acara pengantar pertalian di Kab.HSU demikianlah judul yang dipilih untuk proposal ini. Memang pantun sudah banyak yang mengenal dan mengetahuinya,namun pantun dalam acara pengantar pertalian pada saat ini sudah jarang di kenal,khususnya di Kab. HSU.
    Pantun menurut istilah sasrta indonesia merupakan jenis puisi lama,pantun di kenal dalam masyarakat indonesia di mana saja dalam bahasa daerah setempat,oleh karena itu pantun yang saya pilih untuk judul proposal ini. Acara pengantar pertalian adalah suatu acara di awal perkawinan,dalam acara pengantar pertalian sang keluarga mempelai laki-laki memberikan cincin dan tanda mata berupa alat-alat kecantikan dan pakaian kepada mempelai wanita sebagai tanda bahwa calon mempelei laki-laki telah mengikat sang gadis untuk dijadikan calon isteri( sebagai acara pinangan ). Dan kenapa di Kab. HSU yang dipilih untuk dijadikan judul dikarenakan di Kab.HSU tersebut dulu saya pernah melihat orang mengadakan pantun dalam acara pengantar pertalian.

    II. Rumusan Masalah
    Pantun sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia dimana saja dalam daerah setempat,termasuk didaerah Banjar dikenal dengan pantun-pantun Banjar,dan pantun-pantun Banjar inilah yang digunakan dalam acara pengantar pertalian di Kabupaten Hulu Sungai Utara.
    Mengapa pantun dipakai dalam acara pengantar pertalian ? karena pantun merupakan tradisi lisan lisan dan dengan pantun dapat digunakan sebagai media untuk menasehati seseorang karena pantun tersebut merupakan jenis pantun nasehat,dan isi pantun tersebut merupakan nasehat-nasehat yang ditujukan kepada pengantar pertalian. Selain itu pantun juga sebagai hiburan dalam acara tersebut.

    III> Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian pantun dalam acara pengantar pertalian di Kabupaten Hulu Sungai Utara adalah:
    a. Bermakna sebagai acara dari warisan orang-orang tua zaman dulu yang semestinya harus tetap dilestarikan,karena adat dahulu kala dalam meminang seorang gadis untuk dijadikan seorang isteri harus dengan kata-kata yang paling halus,yaitu dengan kata-kata kiasan melalui pantun-pantun.
    b. Fungsinya adalah sebagai misi dari orang tua untuk memberi fatwa,pesan atau nasehat sesuai dengan tugasnya sebagai orang yang sudah berumur baik orang dalam keluaga maupun orang lain,dan juga sebagai perantara untuk menyampaikan niat suatu keluarga untuk mempersuntaing gadis untuk anak lelaki keluarga tersebut.

    IV. Manfaat Penelitian
    Manfaat teori dari penelitian ini adalah untuk lebih mengetahui tentang sastra terutama untuk lebih mengenal dan memahami tentang stuktur pantun,yaitu pantun dua seuntai dan pantun empat seuntai dan juga tentang rima pada pantun sehingga dapat mengetahui kosa kata bahasa Banjar,ejaannya dan cara mengucapkannya.
    Sedangkan tujuan praktis dari penelitian ini bermanfaat untuk masyarakat terutama anak-anak muda dizaman sekarang yang belum mengetahui dan mengenal pantun dalam acara pengantar pertalian di Kabupaten Hulu Sungai Utara,supaya dapat mengetahui dan juga dikarenakan pantun merupakan tradisi lisan,dengan penelitian ini diharapkan pantun-pantun Banjar ini dapat ditulis untuk dikenal,bagaimana memanfaatkannya,bagaimana cara membacanya dan bagaiamana cara membacanya kalau sudah tertulis.

    V. Kajian Pustaka
    Sastra daerah Banjar,seperti sastra pada umumnya terdiri dari prosa dan puisi. Prosa berupa cerita rakyat dituturkan turun-temurun.Demikian juga puisi lama berupa pantun merupakan tradisi lisan.
    Suku Banjar termasuk kedalam rumpun Melayu,karena kenyaan keberadaan bahasa dann seni budayanya walaupun mempunyai ciri-ciri yang khas dan spesifik. Justu itulah suku Banjar memiliki pantun-pantun seperti umumnya rumpun Melayu.
    Pantun-pantun Banjar terutama pantun-pantun diacara pengantar pertalian di Kabupaten Hulu Sungai Utara belum banyak yang tertulis untuk dikumpulkan dan dikenal,jadi melalui penelitian ini diharapkan akan lebih mengetaui bagaimana memenfaatkannya,bagaimana cara melahirkannya dan bagaimana membacanya kalau sudah tertulis. Artinya untuk melisankan atau membacanya harus mengetahui nuasa daerah Banjar khususnya di daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara.

    VI. Metode Penelitian
    Karena pantun merupakan sastra lisan maka metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode pengumpulan data,yang dilakukan kepada para informan melalui wawancara,lalu data-data tersebut di analisa kembali melalui metode analisis data,dan data yang sudah dianalisa jika sesuai dengan penelitian dilanjutkatkan dengan metode penyajian hasil analisis data.
    informan-informan yang diwawancari :
    1. Hidayati,50 Tahun
    Desa Telaga Silaba Kec. Amuntai Selatan Kab.HSU
    2. Wahidah,52 Tahun
    Jl.Simpangtiga Rt.01 Kec.Amuntai Selatan Kab.HSU
    3. Norhasanah,60 Tahun
    Jl.H.Ali Rt.05 Kelurahan Antasari Kec.Amuntai Tengah Kab.HSU

    VII. Daftar pustaka
    Drs.H.M.Thaha,M.Pd dan Drs.H.Sanderta,Bakhtiar (2000).Pantun,Madihin,Lamut (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan TK.I Kalimantan Selatan dan Dewan Kesenian Kalimantan Selatan).
    Seman,Syamsiar (2002),Kesenian Tradisional Banjar Lamut,Madihin dan Pantun (Bina Budaya Banjar, Banjarmasin).
    Fitriansyah (2000),Lancar Babahasa Banjar.

  5. RUMILLA ( 3060811504 )
    25/06/2010 pukul 2:33 am

    Pantun Dalam Acara Pengantar Pertalian di Kab. Hulu Sungai Utara

    Di susun oleh : Rumilla
    Npm : 3060811504

    I. Latar belakang
    Pantun dalam acara pengantar pertalian di Kab.HSU demikianlah judul yang dipilih untuk proposal ini. Memang pantun sudah banyak yang mengenal dan mengetahuinya,namun pantun dalam acara pengantar pertalian pada saat ini sudah jarang di kenal,khususnya di Kab. HSU.
    Pantun menurut istilah sasrta indonesia merupakan jenis puisi lama,pantun di kenal dalam masyarakat indonesia di mana saja dalam bahasa daerah setempat,oleh karena itu pantun yang saya pilih untuk judul proposal ini. Acara pengantar pertalian adalah suatu acara di awal perkawinan,dalam acara pengantar pertalian sang keluarga mempelai laki-laki memberikan cincin dan tanda mata berupa alat-alat kecantikan dan pakaian kepada mempelai wanita sebagai tanda bahwa calon mempelei laki-laki telah mengikat sang gadis untuk dijadikan calon isteri( sebagai acara pinangan ). Dan kenapa di Kab. HSU yang dipilih untuk dijadikan judul dikarenakan di Kab.HSU tersebut dulu saya pernah melihat orang mengadakan pantun dalam acara pengantar pertalian.

    II. Rumusan Masalah
    Pantun sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia dimana saja dalam daerah setempat,termasuk didaerah Banjar dikenal dengan pantun-pantun Banjar,dan pantun-pantun Banjar inilah yang digunakan dalam acara pengantar pertalian di Kabupaten Hulu Sungai Utara.
    Mengapa pantun dipakai dalam acara pengantar pertalian ? karena pantun merupakan tradisi lisan lisan dan dengan pantun dapat digunakan sebagai media untuk menasehati seseorang karena pantun tersebut merupakan jenis pantun nasehat,dan isi pantun tersebut merupakan nasehat-nasehat yang ditujukan kepada pengantar pertalian. Selain itu pantun juga sebagai hiburan dalam acara tersebut.

    III. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian pantun dalam acara pengantar pertalian di Kabupaten Hulu Sungai Utara adalah:
    a. Bermakna sebagai acara dari warisan orang-orang tua zaman dulu yang semestinya harus tetap dilestarikan,karena adat dahulu kala dalam meminang seorang gadis untuk dijadikan seorang isteri harus dengan kata-kata yang paling halus,yaitu dengan kata-kata kiasan melalui pantun-pantun.
    b. Fungsinya adalah sebagai misi dari orang tua untuk memberi fatwa,pesan atau nasehat sesuai dengan tugasnya sebagai orang yang sudah berumur baik orang dalam keluaga maupun orang lain,dan juga sebagai perantara untuk menyampaikan niat suatu keluarga untuk mempersuntaing gadis untuk anak lelaki keluarga tersebut.

    IV. Manfaat Penelitian
    Manfaat teori dari penelitian ini adalah untuk lebih mengetahui tentang sastra terutama untuk lebih mengenal dan memahami tentang stuktur pantun,yaitu pantun dua seuntai dan pantun empat seuntai dan juga tentang rima pada pantun sehingga dapat mengetahui kosa kata bahasa Banjar,ejaannya dan cara mengucapkannya.
    Sedangkan tujuan praktis dari penelitian ini bermanfaat untuk masyarakat terutama anak-anak muda dizaman sekarang yang belum mengetahui dan mengenal pantun dalam acara pengantar pertalian di Kabupaten Hulu Sungai Utara,supaya dapat mengetahui dan juga dikarenakan pantun merupakan tradisi lisan,dengan penelitian ini diharapkan pantun-pantun Banjar ini dapat ditulis untuk dikenal,bagaimana memanfaatkannya,bagaimana cara membacanya dan bagaiamana cara membacanya kalau sudah tertulis.

    V. Kajian Pustaka
    Sastra daerah Banjar,seperti sastra pada umumnya terdiri dari prosa dan puisi. Prosa berupa cerita rakyat dituturkan turun-temurun.Demikian juga puisi lama berupa pantun merupakan tradisi lisan.
    Suku Banjar termasuk kedalam rumpun Melayu,karena kenyaan keberadaan bahasa dann seni budayanya walaupun mempunyai ciri-ciri yang khas dan spesifik. Justu itulah suku Banjar memiliki pantun-pantun seperti umumnya rumpun Melayu.
    Pantun-pantun Banjar terutama pantun-pantun diacara pengantar pertalian di Kabupaten Hulu Sungai Utara belum banyak yang tertulis untuk dikumpulkan dan dikenal,jadi melalui penelitian ini diharapkan akan lebih mengetaui bagaimana memenfaatkannya,bagaimana cara melahirkannya dan bagaimana membacanya kalau sudah tertulis. Artinya untuk melisankan atau membacanya harus mengetahui nuasa daerah Banjar khususnya di daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara.

    VI. Metode Penelitian
    Karena pantun merupakan sastra lisan maka metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode pengumpulan data,yang dilakukan kepada para informan melalui wawancara,lalu data-data tersebut di analisa kembali melalui metode analisis data,dan data yang sudah dianalisa jika sesuai dengan penelitian dilanjutkatkan dengan metode penyajian hasil analisis data.
    informan-informan yang diwawancari :
    1. Hidayati,50 Tahun
    Desa Telaga Silaba Kec. Amuntai Selatan Kab.HSU
    2. Wahidah,52 Tahun
    Jl.Simpangtiga Rt.01 Kec.Amuntai Selatan Kab.HSU
    3. Norhasanah,60 Tahun
    Jl.H.Ali Rt.05 Kelurahan Antasari Kec.Amuntai Tengah Kab.HSU

    VII. Daftar pustaka
    Drs.H.M.Thaha,M.Pd dan Drs.H.Sanderta,Bakhtiar (2000).Pantun,Madihin,Lamut (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan TK.I Kalimantan Selatan dan Dewan Kesenian Kalimantan Selatan).
    Seman,Syamsiar (2002),Kesenian Tradisional Banjar Lamut,Madihin dan Pantun (Bina Budaya Banjar, Banjarmasin).
    Fitriansyah (2000),Lancar Babahasa Banjar.

  6. SUGIANA
    25/06/2010 pukul 7:52 am

    JUDUL :Meningkatkan daya kreatifitas siswa dalam menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) di kelas V MIS NU Guntung Kecamatan Haruyan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun Pelajaran 2009/2010.

    DI SUSUN OLEH : SUGIANA
    NPM : 3060811508

    A.LATAR BELAKANG
    Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini semakin menunjukkan kemajuan yang pesat. Berbagai kemajuan yang di alami dapat terwujud karena penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang dapat mencerdaskan kehidupan bangsa, memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan.
    Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah merupakan salah satu komponen dalam dunia pendidikan yang mempunyai peranan penting dalam mewujudkan penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Mata pelajaran Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah juga bisa melestarikan budaya-budaya Indonesia yang sekarang ini hampir tidak di pakai lagi oleh masyarakat.
    Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ada salah satu bagian yang dibahas dalam Bahasa Indonesia untuk sekolah Madrasah (MI) yaitu tentang puisi. Dalam penulisan puisi sepertinya banyak siswa yang mengalami kesulitan. Hal ini di mungkinkan karena pembelajaran konvensional, murid pasif, dan guru yang dominan. Untuk itu perlu adanya solusi agar masalah itu dapat di atasi yaitu dengan melakukan perubahan pada proses pembelajaran, salah satu model pembelajaran tersebut adalah kooperatif. Pembelajaran kooperatif ( Cooperative Learning) mengandung pengertian sebagai suatu model pembelajaran yang menggunakan grup kecil dimana siswa bekerja sama, belajar satu sama lain, berdiskusi dan saling membagi pengetahuan, saling berkomunikasi, saling membantu untuk memahami materi pelajaran.
    Beberapa model pembelajaran kooperatif, yang salah satu di antaranya adalah model Numbered Head Together (NHT). Numbered Head Together (NHT) merupakan model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan untuk semua bidang studi dan semua tingkatan. Di sini para siswa di motivasi untuk mempelajari materi sebaik mungkin dan bekerja keras di dalam kelompok sehingga dapat membantu anggota kelompok lainnya.
    Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “ Meningkatakan Daya Kreatifitas Siswa dalam Menulis Puisi dengan Model Pembelajaran Koperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) di kelas V MIS NU Guntung Kecamatan Haruyan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun Pelajaran 2009/2010”.
    B.RUMUSAN MASALAH
    Rumusan masalah yang akan di teliti adalah sebagai berikut :
    1.Bagaimana peningkatan daya kreatifitas siswa dengan menggunakan model pembalajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pada materi penulisan puisi di kelas V MIS NU Guntung Kecamatan Haruyan Tahun Pelajaran 2009/2010 ?
    2.Bagaimana respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pada materi penulisan puisi di kelas V MIS NU Guntung Kecamatan Haruyan Tahun Pelajaran 2009/2010 ?
    3.Bagaimana aktivitas guru dan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pada materi penulisan puisi di kelas V MIS NU Guntung Kecamatan Haruyan Tahun Pelajaran 2009/2010 ?
    C. TUJUAN PENELITIAN
    Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
    1.Untuk mengetahui peningkatan daya kreatifitas siswa dengan menggunakan model pembalajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pada materi penulisan puisi di kelas V MIS NU Guntung Kecamatan Haruyan Tahun Pelajaran 2009/2010 ?
    2.Untuk mengetahui respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pada materi penulisan puisi di kelas V MIS NU Guntung Kecamatan Haruyan Tahun Pelajaran 2009/2010 ?
    3.Untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pada materi penulisan puisi di kelas V MIS NU Guntung Kecamatan Haruyan Tahun Pelajaran 2009/2010 ?
    D. MANFAAT PENELITIAN
    Hasil dari penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat yaitu :
    1.Bagi guru, dengan secara bertahap guru mengetahui pola dan strategi pembelajaran yang tepat dalam upaya memperbaiki pengajaran. Salah satunya adalah dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT).
    2.Bagi siswa, dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan pemahaman siswa, sekaligus mempermudah bagi siswa khususnya siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam memahami materi penulisan puisi.
    3.Bagi sekolah, hasil penelitian ini akan memberikan kontribusi terhadap perbaikan pembelajaran matematika, khususnya pembelajaran pada materi penulisan puisi.
    E. KAJIAN PUSTAKA
    1. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya
    (1) Pengertian belajar.
    Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar akan dikemukakan beberapa definisi:
    Menurut Skinner (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 9) belajar merupakan suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar maka responnya menurun.
    Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. (Slameto, 2003: 2)
    Berdasarkan beberapa definisi yang telah diuraikan di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha atau aktivitas yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkahlaku yang baru secara keseluruhan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
    (2) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
    Menurut Slameto (2003: 54-72) Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu:
    (1) Faktor-faktor Intern
    Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar.Faktor ini terbagi menjadi tiga faktor yaitu:
    (a) Faktor Jasmaniah
    Terdiri dari faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh.
    (b) Faktor Psikologis
    Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengarihi belajar. Faktor-faktor itu adalah: inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.
    (c) Faktor Kelelahan
    (2) Faktor-faktor Ektern
    Faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu. Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapat dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu:
    (a) Faktor Keluarga
    Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggoto keluarga, suasana rumah tangga, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.
    (b) Faktor Sekolah
    Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dangan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
    (c)Faktor Masyarakat
    Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswas dalam masyarakat. Faktor masyarakat tersebut antara lain adalah kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.
    2. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
    1. Pengertian model pembelajaran kooperatif
    Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) mengandung pengertian sebagai suatu model pembelajaran yang menggunakan grup kecil dimana siswa bekerja sama, belajar satu sama lain, berdiskusi dan saling membagi pengetahuan, saling berkomunikasi, saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif setiap anggota kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan tujuan pembelajaran.
    Slavin mendefinisikan belajar kooperatif (cooperative learning) sebagai suatu teknik pembelajaran dimana siswa belajar dalm suatu kelompok yang beranggotakan 4-5 orang yang heterogen. Heterogenitas anggota kelompok dapat ditinjau dari jenis kelamin, etnis, prestasi akademik maupun status sosial.
    2. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif
    Kebanyakan pembelajaran yang menggunakan model kooperatif dapat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
    (1)Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
    (2)Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemaampuan tinggi, sedang dan rendah.
    (3)Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda.
    (4)Penghargaan lebih berorientasi kelompok dari pada individu.
    (Ibrahim dkk, 2000: 6-7)
    3. Tujuan pembelajaran kooperatif
    Model pembelajaran kooperatif dikembangkaan untuk mencapai setidak-tidaknyaa tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu:
    (1) Hasil Belajar Akademik
    Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
    (2) Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu
    Efek penting yang kedua dari model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidak mampuan
    (3) Pengembangan Keterampilan Sosial
    Tujuan penting yang ketiga dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.
    (Ibrahim dkk, 2000: 7-9)
    4. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
    Menurut Ibrahim dkk (2000: 10) langkah-langkah model pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada Tabel 2.1.
    Tabel 2.1 Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
    Fase -1
    Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
    Fase -2
    Menyajikan informasi
    Fase -3
    Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
    Fase -4
    Membimbing kelompok bekerja dan belajar
    Fase -5
    Evaluaasi
    Fase -6
    Memberikan Penghargaan Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
    .
    Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
    Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
    Guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas-tugas mereka.
    Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempersentasikan hasil kerjanya.
    Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
    6. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)
    Numbered heads together adalah suatu model yang dikembangkan oleh Spancer Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Sebagai gantinya mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat langkah seperti berikut ini.
    Langkah -1 Penomoran. Guru membagi siswa kedalam kelompok beranggotakan 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor 1-5
    Langkah -2 Mengajukan Pertanyaan. Guru mengaajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat Tanya.
    Langkah -3 Berpikir Bersama. Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu.
    Langkah -4 Menjawab. Guru memanggil satu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
    F. DAFTAR PUSTAKA
    Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
    Ibrahim, M. dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : University Press
    Nur, M. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Pusat Sains dan Matematika Sekolah UNESA
    Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
    Rineka Cipta.

  7. M.Alfian Malkan
    25/06/2010 pukul 8:32 am

    Nama : M. Alfian Malkan
    NPM : 3060811480
    Jur : PBSID Transfer
    JUDUL: KEMAMPUAN SISWA KELAS IV SDN GUNUNG MANAU DALAM PENULISAN PANTUN.

    BAB I
    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang
    Sebelum membahas lebih jauh Saya akan mengajak kita untuk merenungi beberapa kenyataan pahit yang menjadi masalah dunia sastra terutama di lingkungan pendidikan, masalah pahit ini dapat kita tinjau dari segi kurikulum, kepedulian siswa, materi pembelajaran, dan kemampuan siswa. Hal ini dapat kita simak dari Pernyataan kritikus dan sastrawan sastra Moh, Wan Anwar “Dari sekian banyak masalah dalam dunia sastra, pembelajaran Sastra merupakan masalah pelik dalam dunia sastra karena implikasinya yang luas trehadap masalah-masalah lainnya, keterpencilan sastra, kurang lakunya buku sastra, rendahnya minat baca siswa terhadap sastra, kurangnya kuantitas dan kualitas kritik sastra (Horison Edisi Desember 2003:12).
    Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan, dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan, dan dalam bahasa Batak dikenal sebagai umpasa (baca: uppasa). Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), bersajak akhir dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.
    Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.
    Pantun Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berfikir. Pantun melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar. Ia juga melatih orang berfikir asosiatif, bahwa suatu kata bisa memiliki kaitan dengan kata yang lain. Secara sosial pantun memiliki fungsi pergaulan yang kuat, bahkan hingga sekarang. Di kalangan pemuda sekarang, kemampuan berpantun biasanya dihargai. Pantun menunjukkan kecepatan seseorang dalam berfikir dan bermain-main dengan kata. Namun demikian, secara umum peran sosial pantun adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan.
    Menurut Sutan Takdir Alisjahbana fungsi sampiran terutama menyiapkan rima dan irama untuk mempermudah pendengar memahami isi pantun. Ini dapat dipahami karena pantun merupakan sastra lisan.
    Beberapa sarjana Eropa berusaha mencari aturan dalam pantun maupun puisi lama lainnya. Misalnya satu larik pantun biasanya terdiri atas 4-6 kata dan 8-12 suku kata. Namun aturan ini tak selalu berlaku.
    Macam-macam Pantun :
    1. Pantun Adat
    2. Pantun Agama
    3. Pantun Budi
    4. Pantun Jagoan
    5. Pantun Kias
    6. Pantun Nasehat
    7. Pantun Percintaan
    8. Pantun Peribahasa
    9. Pantun Teka-Teki.
    Pantun merupakan salah satu bentuk sastra rakyat yang menyuarakan nilai-nilai dan kritik budaya masyarakat. Sastra rakyat tersebut biasanya disuarakan lisan dan diiringi berbagai alat musik seperti rebab dan salung di Minangkabau atau gendang dan kecai serta alat musik lainnya.

    Pantun juga digunakan dalam upacara adat dan kesenian lisan lainnya (folklore). karena tidak adanya batasan usia dalam penggunaannya, banyak yang menggunakan pantun dalam percakapan sehari-hari.
    Selain itu, pantun juga digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan sederhana sehingga pesan-pesan tersebut dapat berterima pada penerimanya. Terakhir kali, juga dapat dijumpai pantun digunakan untuk kampanye pilihan kepala daerah.
    Hal itu menunjukkan bahwa pantun merupakan karya sastra yang tidak bersifat tekstual melainkan bersifat kontekstual dan fleksibel hingga dapat mengikuti perkembangan zaman dan bersifat menghibur.
    Pengamat barat cenderung menganggap sampiran pada pantun sebagai nonsens atau omong kosong belaka. Tetapi, pengamat bahasa Melayu menganggap bahwa sampiran merupakan bentuk keindahan bersastra rakyat melayu.
    Pada zaman sekarang ini, pantun, khususnya pantun banjar, tidak lagi menjadi puisi rakyat yang fungsional di Kalsel. Sudah puluhan tahun tidak ada lagi forum Baturai Pantun yang digelar secara resmi sebagai ajang adu kreatifitas bagi para Pamantunan yang tinggal di desa-desa di seluruh daerah Kalsel.
    Pantun Banjar yang masih bertahan hanya pantun adat yang dibacakan pada kesempatan meminang atau mengantar pinengset (bahasa Banjar Patalian). Selebihnya, pantun Banjar cuma diselipkan sebagai sarana retorika bernuansa humor dalam pidato-pidato resmi para pejabat atau dalam naskah-naskah tausiah para ulama.
    Syukurlah, seiring dengan maraknya otonomi daerah sejak tahun 2000 yang lalu, ada juga para pihak yang mulai peduli dan berusaha untuk menghidupkan kembali Pantun Banjar sebagai sarana retorika yang fungsional (bukan sekedar tempelan). Ada yang berinisiatif menggelar pertunjukan eksibisi Pantun Banjar di berbagai kesempatan formal dan informal, memperkenalkannya melalui publikasi di berbagai koran/majalah, melalui siaran khusus yang bersifat insidental di berbagai stasiun radio milik pemerintah atau swasta, dan ada pula yang berinisiatif mememasukannya sebagai bahan pengajaran muatan lokal di sekolah-sekolah yang ada di seantero daerah Kalsel
    Sekarang ini di Kalsel sudah beberapa puluh kali digelar kegiatan lomba tulis Pantun Banjar bagi para peserta di berbagai tingkatan usia.
    Adapun Di Kabupaten BALANGAN Pantun masih sering digunakan dalam upacara adat Lamaran atau Pernikahan, ini hanya dilakukan oleh orang tua atau Tokoh-Tokoh adat di kabupaten tersebut sedangkan para remaja atau para siswa tidak terlalu peduli dengan hal ini sehingga lama-kelamaan kebiasaan penggunaan Pantun dalam upacara adat akan terkikis.
    Ketidakcintaan para siswa terhadap sastra, dapat kita lihat dari proses pembelajaran berlangsung mereka mudah mengeluh ketika guru menugaskan untuk menulis Puisi/cerpen. Keluhan itu muncul sama halnya ketika mereka di tugaskan untuk menulis Pantun. Bagi mereka begitu sulitnya jika berhadapan dengan sastra dan kreativitas menulis, kalau mereka di tugaskan membaca karya sastra ada kesan berat di keningnya.
    Kenyataan-kenyataan di atas tentu saja berdampak negative bagi siswa dan sastra. Kenyataan tersebut juga terjadi di SDN Gunung Manau khususnya siswa kelas IV.
    1. Kemampuan siswa dalam kreativitas dan aktivitas penulisan pantun di kungkung oleh ketidak percayaan diri.
    2. Belum adanya motivasi khusus terhadap siswa dalam melakukan aktivitas sastra.
    3. Muncul kejenuhan dalam proses pembelajaran Pantun.
    B. Rumusan Masalah
    Kemampuan Siswa Kelas IV SDN Gunung Manau dalam menulis Pantun masih sangat kurang hal itulah yang mendorong penulis untuk melakukan Penelitian tentang “Kemampuan Siswa Kelas IV SDN Gunung Manau dalam Penulisan Pantun”

    C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
    1. Memberikan motivasi pada Siswa kelas IV SDN Gunung Manau dalam menulis Pantun
    2. Meningkatan Aktivitas dan Kreativitas Siswa Kelas IV SDN Gunung Manau dalam menulis Pantun

    BAB II
    TINJAUAN PUSTAKA
    A. Pengertian Pantun
    Pantun merupakan salah satu karya sastra Melayu yang sampai sekarang masih dikembangkan. Kata pantun mempunyai arti ucapan yang teratur, pengarahan yang mendidik. Pantun juga dapat berarti sindiran. Pantun ialah puisi lama yang terikat oleh syarat-syarat tertentu (jumlah baris, jumlah suku kata, kata, persajakan, dan isi).(Fdpqueen.com, 2010)
    Zaman dahulu, pantun digunakan sebagai bahasa pengantar atau bahasa pergaulan. Pantun dikenal di berbagai daerah, namun dengan nama yang berbeda. Di Jawa Tengah dikenal dengan parikan, di Toraja dikenal bolingoni, di Jawa Barat dapat ditemukan
    Pantun dalam bentuk nyanyian doger, di Surabaya ludruk , di Banjarmasin tirik dan ahui , gandrung di Banyuwangi, dan di Makassar kelong-kelong. Selain merupakan ungkapan perasaan, pantun dipakai untuk menghibur orang. (Nilaika.blogspot.com, 2003)
    • Ciri-ciri pantun
    Pantun memiliki ciri-ciri tersebut, antara lain:
    a. Pantun terdiri dari sejumlah baris yang selalu genap yang merupakan satu kesatuan yang disebut bait/kuplet.
    b. Setiap baris terdiri dari empat kata yang dibentuk dari 8-12 suku kata (umumnya 10 suku kata).
    c. Separoh bait pertama merupakan sampiran (persiapan memasuki isi pantun), separoh bait berikutnya merupakan isi (yang mau disampaikan).
    d. Persajakan antara sampiran dan isi selalu paralel (ab-ab atau abc-abc atau abcd-abcd atau aa-aa)
    e. Beralun dua
    Berdasarkan bentuk/jumlah baris tiap bait, pantun dibedakan menjadi
    a. Pantun biasa, yaitu pantun yang terdiri dari empat baris tiap bait.
    b. Pantun kilat/karmina, yiatu pantun yang hanya tersusun atas dua baris.
    c. Pantun berkait, yiatu pantun yang tersusun secara berangkai, saling mengkait antara bait pertama dan bait berikutnya.
    d. Talibun, yaitu pantun yang terdiri lebih dari empat baris tetapi selalu genap jumlahnya, separoh merupakan sampiran, dan separho lainnya merupakan isi.
    e. Seloka, yaitu pantun yang terdiri dali empat baris sebait tetapi persajakannya datar (aaaa)
    Berdasarkan isinya, pantun dibedakan menjadi
    a. Pantun anak-anak
    – pantun bersuka cita
    – pantun berduka cita
    b. Pantun muda
    – pantun perkenalan
    – pantun berkasih-kasihan
    – pantun perceraian
    – pantun beriba hati
    – pantun dagang
    c. Pantun tua
    – pantun nasehat
    – pantun adat
    – pantun agama
    d. Pantun jenaka
    e. Pantun teka-teki (Sma11sby.com,2007)
    • Pantun berbalas
    Pantun berbalas adalah pantun yang dimainkan dua kelompok. Kelompok tersebut dapat dikembangkan menjadi kelompok “pro” dan “kontra” atau kelompok gadis dan kelompok jejaka. Jumlah anggota per kelompok tiga sampai lima orang. Berbalas pantun dipimpin oleh seorang moderator yang bertugas untuk menengahi permainan. Setiap sesi berbalas pantun harus mempunyai tema. Urutan berbalas pantun terdiri atas pembukaan, isi, dan penutup.(Wartawarga.gunadarma.ac.id,2003).
    B. Aktivitas dan Kreatifitas Siswa dalam Penulisan Pantun.
    William Burton dalam Mohd Uzer Usman mengatakan bahwa mengajar adalah membimbing kegiatan belajar Siswa sehingga Dia mau belajar(1955:21) pendapat tersebut menekankan akan pentingnya aktivitas siswa. William Burton menggolongkan aktivitas siswa sebagai berikut :
    1. Aktivitas Lisan : Membaca, Menulis Sajak, Cerita, Tanya jawab (diskusi).
    2. Aktivitas Visual : Membaca, Menulis, Melakukan Eksperimen dan Demontrasi
    3. Aktivitas Mendengarkan
    4. Aktivitas Gerak
    5. Aktivitas Menulis : Mengarang.
    BAB III
    METODE PENELITIAN
    A. Kerangka Pemikiran

    B. Hipotesis Penelitian
    Kurangnya minat Siswa Terhadap Sastra Mempengaruhi Kemampuan Siswa Dalam Penulisan Pantun.
    C. Pengumpulan Dan Teknik Analisis
    Pengumpulan data dalam Penelitian menggunakan metode Observasi terbuka. Dalam pelaksanaan Observasi terbuka ini penulis mencatat berbagai permasalahan penting yang terjadi proses Penelitian terhadap Siswa Kelas IV SDN Gunung Manau dalam Penulisan pantun. Sedangkan Teknik analisis Data adalah teknik analisis kualitatif aktivitas siswa setelah dilakukan tindakan.
    D. Waktu dan tempat Penelitian
    a. Waktu Penelitian
    Penelitian Dilakukan pada Bulan Juni Selama tugas di Berikan
    b. Tempat Penelitian
    SDN Gunung Manau, Desa Gunung Manau Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan Propinsi Kalimantan Selatan (KAL-SEL).

    DAFTAR PUSTAKA

    Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung : Sinar Baru
    Depdiknas. 2003. Pendekatan Kontekstual, Jakarta : Depdiknas
    Horison Edisi Desember 2003 halaman 12
    Uzer Usman, Mohd. 2002, Menjadi Guru Profesional. Yogyakarta : PT Remaja Rodakarya
    WWW. Fdpqueen.com, 2010 tanggal 25 juni 2010
    WWW. Nilaika.blogspot.com, 2003 tanggal 25 juni 2010
    WWW. Sma11sby.com,2007 tanggal 25 juni 2010
    WWW. Wartawarga.gunadarma.ac.id,2003 tanggal 25 juni 2010

  8. NINGSIH ( NPM : 3060811484 )
    25/06/2010 pukul 10:11 am

    Judul Ternatif
    Meningkatkan Kemampuan Membaca Puisi dengan Menggunakan Media
    Pemodelan Pada Murid Kelas V SDN PIMPING Kecamatan Lampihong Kabupaten
    Balangan

    A. Latar Belakang Masalah

    Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar meliputi berbagai bentuk

    aspek kebahasaan. Dari berbagai aspek tersebut salah satunya adalah Apresiasi

    Bahasa dan Sastra Indonesia. Pembelajaran Apresiasi Bahasa dan Sastra Indonesia

    di sekolah dasar memang telah lama dilaksanakan . Namun Kenyataan yang terjdi

    dilapangan , tidak semua guru Bahasa Indonesia menguasai tentang pembelajaran

    sastra , khususnya puisi. Pelaksanaan pembelajaran umumnya hanya pada teori –

    teori saja. Tentunya hal ini belum memenuhi tujuan pengajaran sastra yang

    meliputi teori dan praktek.

    Pembelajaran sastra dimaksud untuk meningkatkan kemampuan murid

    dalam membaca puisi. Dalam pengajaran puisi selama ini dilakukan adalah murid

    disuruh membacakan puisi didepan kelas dengan suara nyaring. Setelah itu murid

    murid disuruh menentukan tema dari puisi tersebut.

    Dalam upaya mempertinggi dan meningkatkan membaca puisi , maka

    sangatlah penting meningkatkan kualitas pengajaran puisi itu sendiri , terutama

    pada memahami isi puisi yang dibacanya. Salah satu caranya ialah dengan

    menggunakan media pemodelan untuk pelaksanaan pengajaran puisi.

    B. Rumusan Masalah

    Hasil pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah Dasar khususnya puisi akan

    lebih efektif apabila menggunakan suatu pelajaran yang cocok dan tepat dalam

    menunjang proses kegiatan belajar mengajar.

    Dalam hal ini guru sangat berperan sekali dalam menentukan teknik dan cara

    mengajar yang digunakan untuk menunjang proses belajar mengajar dengan baik.

    Berdasarkan hal tersebut di atas , penelitian ini menyajikan rumusan masalah

    sebagai berikut :

    Apakah dengan menggunkan media permodelan dapat meningkatkan kemampuan
    membaca puisi murid kelas 5 SDN Pimping Kecamatan Lampihong Kabupaten
    Balangan ?

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian yang diharapkan dari penelitian tindakan kelas ini adalah

    Sebagai berikut : Untuk mendiskripsikan penggunaan media permodelan dapat

    meningkatkan pengajaran membaca puisi pada murid kelas 5 SDN Pimping

    Kecamatan Lampihong Kabupaten Balangan.

    D. Manfaat penelitian
    Hasil penelitian ini , diharapkan dapat bernanfaat:

    1. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan upaya meningkatkan mengembangkan

    kemampuan profesioanal sebagai tenaga pendidik dalam pembelajaran Bahasa

    Indonesia di Sekolah Dasar.

    2. Bagi murid , penelitian ini dapat memberikan suasana baru dalam proses

    pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya dengan penggunaan media permodelan

    dalam pengajaran puisi di kelas v SDN Pimping.

    3. Bagi guru, hasil penelitian ini merupakan alternatif untuk melakukan inovasi

    pembelajaran sebagai upaya mengatasi kendala yang mungkin akan dihadapi

    pada proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar.

    4. Bagi sekolah , Hasil penelitian ini memberikan kontribusi terhadap perbaikan

    proses pembelajaran khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia.

    E. Kajian pustaka

    1. Pengertian Membaca

    Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan
    oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis
    media kata – kata atau bahasa tulis ( Tarigan, 1984 : 7 ).

    Adapun tujuan membaca sastra yaitu untuk menikmati karya sastra
    sebagai suatu yang indah dan menyenangkan.
    Zaidan , dkk. ( 2004 : 159 – 160 ) mengatakan bahwa puisi adalah gubahan
    dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga
    mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan
    khusus lewat penataan bunyi, irama , dan makna khusus.
    Puisi adalah ragam sastra yang pada awal perkembangannya memperlihatkan
    cirri khusus, yaitu bahasa yang dipergunakan sangat terikat oleh irama , rima, serta
    penyusunannya juga sangat terikat pada larik dan bait.
    Dalam bukub – buku yang lain ada beberapa pengertian puisi antara lain :
    a. Puisi adalah bentiuk kesusastraan yang mengunakan pengulangan suara sebagai

    ciri khasnya ( Slamet Muljana )

    b. Puisi merupakan kritik kehidupan ( Mathew Arnold )

    c. Puisi merupakan luapan yang gelora persaan yang bersifat imajinatif.

    2. Media permodelan

    Yang dimaksud dengan media permodelan adalah proses pembelajaran

    dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.

    Misalnya guru member contoh cara membaca puisi yang baik , atau bagaiman cara

    melapalkan baris demi baris dalam sebuah puisi dengan benar.

    Proses permodelan tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga

    memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan membaca puisi.

    3. Pengajaran Puisi di Sekolah Dasar

    Pelaksanaan pengajaran puisi di Sekolah Dasar sebenarnya tidak jauh

    beda dengan pelaksanaan pengajaran puisi di sekolah lanjutan. Yang mungkin
    membedakan dari pengajaran puisi itu ada kalau di sekolah Dasar muridnya masih

    memerlukan system pengajaran yang masih dapat dijangkau oleh nalar murid itu

    sendiri. Pengajaran bersifat kongkret bukan abstrak. Karena wawasan murid

    Sekolah Dasar masih rendah dan di lingkungan tidak dapat diajak berpikir secara

    abstrak. Tentunya dengan kondisi demikian guru bahasa Indonesia di Ssekolah

    Dasar yang akan mengajarkan puisi harus bisa menciptakan suasana pembelajaran

    yang dapat dipahami oleh anak.

    F. Metode penelitian

    1. Penentuan Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di SDN Pinmping Kecamatan Lampihong

    Kabupaten Balangan , khususnya untuk murid kelas V mata pelajaran Bahasa

    Indonesia.

    2. Metode Yang Digunakan

    Penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah yang menggunakan langkah –

    langkah atau metode yang ilmiah agar data yang diperoleh melalui piranti atau

    alat penggali data dapat diolah secara metodologis dan sistematis sehingga hasil

    dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

    Penelitian yang dilkukan menggunakan metode deskriptif. ‘’ Penelitian

    deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulakan informasi

    mengenai status segala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada

    saat penelitian dilakukan.

    3. Skenario Tindakan

    Dalam melaksanakan penelitian ada beberapa tahapan yang dilakukan yaitu :

    1. Perencanaan

    Pada tahap perencanaan ini dilakukan hal – hal berikut :

    a. Membuat format perencanaan untuk memecahkan masalah yang dihadapi , yaitu dalam mendeklamasikan puisi berupa pelafalan yang sering terjadi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya puisi di kelas V SDN Pimping .
    b. Menyiapkan lembar observasi yang akan digunakan untuk mengamati guru maupun siswa dalam setiap pembelajaran yang akan dilaksanakan.
    c. Menyiapkan media alat/ media pembelajaran puisi yang akan diajarkan.

    4. Populasi dan Sampel

    Populasi penelitian adalah semua siswa kelas V SDN Pimping Kecamatan

    Lampihong Kabupaten Balangan. Populasi tersebut terdiri dari 13 orang siswa,

    dengan rincian 6 orang siswa laki – laki dan 7 orang siswa perempuan.

    Sampel penelitian ini pada seluruh populasi, atau sampel total

    dilaksanakan pada sisiwa kelas V SDN Pimping yang berjumlah 13 orang siswa.

    5. Jenis dan Sumber Data

    Data merupakan masalah yang esensial dalam sebuah penelitian. Data

    diolah sedemikian rupa dengan metodologi yang sudah ditetapkan hasil penelitian

    yang dianggap valid.

    a. Jenis data

    Pada penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunkan jenis data

    kuantitatif , yakni dengan cara membuat daftar nilai – nilai hasil tes siswa setiap

    kali pertamuan dalam pembelajaran.

    b. Sumber data

    Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini adalah dari kelas V SDN Pimping

    tahun pelajaran 2010.

    6. Teknik pengumpulan Data

    Data berupa aspek masalah yang sedang dihadapi murid bersumber dari

    responden dan hasil prestasi belajar murid diperoleh dengan teknik

    pengumpulan data, yaitu : Kegiatan pembelajaran guru diambil melalui

    pengamatan KMB dengan menggunkan lembar observasi. Sedangkan data

    tentang kegiatan siswa diambil melalui pengamatan dan observasi , pada saat

    siswa melaksanakan tugas yakni membaca puisi.

    7. Pengolahan Data dan Analisis Data

    Data yang telah diperoleh, yaitu data tentang permasalahan yang

    dihadapi murid dan perolehan hasil belajar, sebelum dianalisis diolah

    sedemikian rupa dengan langkah , sebagai berikut :

    a. Ceking , yaitu data yang terkumpul diperiksa kembali apakah sudah lengkap terkumpul seluruhnya atau belum. Apabila ternyata masih ada yang kurang maka akan dilakukan penggalian ulang seperlunya sehingga data yang akan diolah merupakan data yang sudah siap keseluruhan. Kalau ternyata sudah lengkap maka dapat dilakukan langkah berikut.

    b. Editing, yaitu mengedit kembali data yang telah terkumpul , apakah jawaban responden sudah lengkap dan dapat dipahami, apakah jawaban sudah terisi semua, apakah data dokumenter sudah lengkap keseluruhan.

    c. Koding, yaitu memberiakan kode tertentu untuk mengklsifikasikan semua jawaban responden dan data documenter yang sudah diperoleh menurut macamnya.

    d. Klasifikasi, yaitu data yang telah diberi kode tertentu diklasifikasikan atau dikelompokan berdasarkan kategri jawaban.

    e. Tabulasi, yaitu menyusun dan memasukan data ke dalam tabel yang telah disiapkan terlebih dahulu.
    Semua data yang terkumpul diolah kemudian dianalisa dengan
    menggunakan metode kualitatif diskriptif, kemudian diambil kesimpulan
    dengan menggunakan metode induktif.
    Indikator keberhasilan tindakan kelas ini adalah apabila siswa dalam
    melaksanakan tugas membaca puisi mampu mencapai kualifikasi baik atau
    dengan nilai rata – rata 7,0 sebagaimana ditentukan dalam standar
    ketuntasan minimum belajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
    Untuk menentukan keberhasilan siswa secara keseluruhan adalah
    apabila 75 % dari seluruh siswa kelas V yang membacakan puisi berhasil
    memperoleh nilai rata – rata 7,0.

    8. Jadwal Waktu Penelitian

    Adapun jadwal penelitian yang akan direncanakan tersebut seperti yang tertera dibawah ini :

    NO KEGIATAN TANGGAL BULAN TAHUN
    1 Persiapan 21 JUNI 2010
    2 perencanaan 22 JUNI 2010
    3 pelaksanaan 23 – 24 JUNI 2010

    G. Daftar Pustaka

    Zulkifli.1989. Keterampilan Membaca , Banjarmasin

    Aqib , Zainal. 2006 Penelitian Tindakan Kelas, Bandung : Yrama Widya

    Solistyowati , Endang & Tarsyad Tarman Effendi. 2009. Pengkajian Puisi : Teori dan Aplikasi . Banjarmasin . Tahura Media
    Asrori , M. 2007 Penelitian Tindakan Kelas , Bandung : CV Wacana Prima
    Atar , Semi, M. 1984 Anatoni Sastra , Padang : Angkasa Raya
    Depdiknas , 2003 Ensiklopedi Sastra Indinesia, Bandung : Titian ilmu
    Sowanto , agus & Kussatyo Aslam . 2004 : Bahasa Dan Sastra Indonesia kelas 5 untuk SD/MI ,Yogyakarta : PT Citra Aji Parama

  9. I PATIMAH ( NPM : 3060811520 )
    25/06/2010 pukul 10:19 am

    NAMA : I PATIMAH
    NPM : 3060811520
    JURUSAN : PBSID
    SEMESTER : IV B

    Judul Ternatif
    Meningkatkan Kemampuan Membaca Puisi dengan Menggunakan Media
    Pemodelan Pada Murid Kelas V SDN PIMPING Kecamatan Lampihong Kabupaten
    Balangan

    A. Latar Belakang Masalah

    Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar meliputi berbagai bentuk

    aspek kebahasaan. Dari berbagai aspek tersebut salah satunya adalah Apresiasi

    Bahasa dan Sastra Indonesia. Pembelajaran Apresiasi Bahasa dan Sastra Indonesia

    di sekolah dasar memang telah lama dilaksanakan . Namun Kenyataan yang terjdi

    dilapangan , tidak semua guru Bahasa Indonesia menguasai tentang pembelajaran

    sastra , khususnya puisi. Pelaksanaan pembelajaran umumnya hanya pada teori –

    teori saja. Tentunya hal ini belum memenuhi tujuan pengajaran sastra yang

    meliputi teori dan praktek.

    Pembelajaran sastra dimaksud untuk meningkatkan kemampuan murid

    dalam membaca puisi. Dalam pengajaran puisi selama ini dilakukan adalah murid

    disuruh membacakan puisi didepan kelas dengan suara nyaring. Setelah itu murid

    murid disuruh menentukan tema dari puisi tersebut.

    Dalam upaya mempertinggi dan meningkatkan membaca puisi , maka

    sangatlah penting meningkatkan kualitas pengajaran puisi itu sendiri , terutama

    pada memahami isi puisi yang dibacanya. Salah satu caranya ialah dengan

    menggunakan media pemodelan untuk pelaksanaan pengajaran puisi.

    B. Rumusan Masalah

    Hasil pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah Dasar khususnya puisi akan

    lebih efektif apabila menggunakan suatu pelajaran yang cocok dan tepat dalam

    menunjang proses kegiatan belajar mengajar.

    Dalam hal ini guru sangat berperan sekali dalam menentukan teknik dan cara

    mengajar yang digunakan untuk menunjang proses belajar mengajar dengan baik.

    Berdasarkan hal tersebut di atas , penelitian ini menyajikan rumusan masalah

    sebagai berikut :

    Apakah dengan menggunkan media permodelan dapat meningkatkan kemampuan
    membaca puisi murid kelas 5 SDN Pimping Kecamatan Lampihong Kabupaten
    Balangan ?

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian yang diharapkan dari penelitian tindakan kelas ini adalah

    Sebagai berikut : Untuk mendiskripsikan penggunaan media permodelan dapat

    meningkatkan pengajaran membaca puisi pada murid kelas 5 SDN Pimping

    Kecamatan Lampihong Kabupaten Balangan.

    D. Manfaat penelitian
    Hasil penelitian ini , diharapkan dapat bernanfaat:

    1. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan upaya meningkatkan mengembangkan

    kemampuan profesioanal sebagai tenaga pendidik dalam pembelajaran Bahasa

    Indonesia di Sekolah Dasar.

    2. Bagi murid , penelitian ini dapat memberikan suasana baru dalam proses

    pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya dengan penggunaan media permodelan

    dalam pengajaran puisi di kelas v SDN Pimping.

    3. Bagi guru, hasil penelitian ini merupakan alternatif untuk melakukan inovasi

    pembelajaran sebagai upaya mengatasi kendala yang mungkin akan dihadapi

    pada proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar.

    4. Bagi sekolah , Hasil penelitian ini memberikan kontribusi terhadap perbaikan

    proses pembelajaran khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia.

    E. Kajian pustaka

    1. Pengertian Membaca

    Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan
    oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis
    media kata – kata atau bahasa tulis ( Tarigan, 1984 : 7 ).

    Adapun tujuan membaca sastra yaitu untuk menikmati karya sastra
    sebagai suatu yang indah dan menyenangkan.
    Zaidan , dkk. ( 2004 : 159 – 160 ) mengatakan bahwa puisi adalah gubahan
    dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga
    mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan
    khusus lewat penataan bunyi, irama , dan makna khusus.
    Puisi adalah ragam sastra yang pada awal perkembangannya memperlihatkan
    cirri khusus, yaitu bahasa yang dipergunakan sangat terikat oleh irama , rima, serta
    penyusunannya juga sangat terikat pada larik dan bait.
    Dalam bukub – buku yang lain ada beberapa pengertian puisi antara lain :
    a. Puisi adalah bentiuk kesusastraan yang mengunakan pengulangan suara sebagai

    ciri khasnya ( Slamet Muljana )

    b. Puisi merupakan kritik kehidupan ( Mathew Arnold )

    c. Puisi merupakan luapan yang gelora persaan yang bersifat imajinatif.

    2. Media permodelan

    Yang dimaksud dengan media permodelan adalah proses pembelajaran

    dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.

    Misalnya guru member contoh cara membaca puisi yang baik , atau bagaiman cara

    melapalkan baris demi baris dalam sebuah puisi dengan benar.

    Proses permodelan tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga

    memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan membaca puisi.

    3. Pengajaran Puisi di Sekolah Dasar

    Pelaksanaan pengajaran puisi di Sekolah Dasar sebenarnya tidak jauh

    beda dengan pelaksanaan pengajaran puisi di sekolah lanjutan. Yang mungkin
    membedakan dari pengajaran puisi itu ada kalau di sekolah Dasar muridnya masih

    memerlukan system pengajaran yang masih dapat dijangkau oleh nalar murid itu

    sendiri. Pengajaran bersifat kongkret bukan abstrak. Karena wawasan murid

    Sekolah Dasar masih rendah dan di lingkungan tidak dapat diajak berpikir secara

    abstrak. Tentunya dengan kondisi demikian guru bahasa Indonesia di Ssekolah

    Dasar yang akan mengajarkan puisi harus bisa menciptakan suasana pembelajaran

    yang dapat dipahami oleh anak.

    F. Metode penelitian

    1. Penentuan Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di SDN Pinmping Kecamatan Lampihong

    Kabupaten Balangan , khususnya untuk murid kelas V mata pelajaran Bahasa

    Indonesia.

    2. Metode Yang Digunakan

    Penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah yang menggunakan langkah –

    langkah atau metode yang ilmiah agar data yang diperoleh melalui piranti atau

    alat penggali data dapat diolah secara metodologis dan sistematis sehingga hasil

    dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

    Penelitian yang dilkukan menggunakan metode deskriptif. ‘’ Penelitian

    deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulakan informasi

    mengenai status segala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada

    saat penelitian dilakukan.

    3. Skenario Tindakan

    Dalam melaksanakan penelitian ada beberapa tahapan yang dilakukan yaitu :

    1. Perencanaan

    Pada tahap perencanaan ini dilakukan hal – hal berikut :

    a. Membuat format perencanaan untuk memecahkan masalah yang dihadapi , yaitu dalam mendeklamasikan puisi berupa pelafalan yang sering terjadi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya puisi di kelas V SDN Pimping .
    b. Menyiapkan lembar observasi yang akan digunakan untuk mengamati guru maupun siswa dalam setiap pembelajaran yang akan dilaksanakan.
    c. Menyiapkan media alat/ media pembelajaran puisi yang akan diajarkan.

    4. Populasi dan Sampel

    Populasi penelitian adalah semua siswa kelas V SDN Pimping Kecamatan

    Lampihong Kabupaten Balangan. Populasi tersebut terdiri dari 13 orang siswa,

    dengan rincian 6 orang siswa laki – laki dan 7 orang siswa perempuan.

    Sampel penelitian ini pada seluruh populasi, atau sampel total

    dilaksanakan pada sisiwa kelas V SDN Pimping yang berjumlah 13 orang siswa.

    5. Jenis dan Sumber Data

    Data merupakan masalah yang esensial dalam sebuah penelitian. Data

    diolah sedemikian rupa dengan metodologi yang sudah ditetapkan hasil penelitian

    yang dianggap valid.

    a. Jenis data

    Pada penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunkan jenis data

    kuantitatif , yakni dengan cara membuat daftar nilai – nilai hasil tes siswa setiap

    kali pertamuan dalam pembelajaran.

    b. Sumber data

    Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini adalah dari kelas V SDN Pimping

    tahun pelajaran 2010.

    6. Teknik pengumpulan Data

    Data berupa aspek masalah yang sedang dihadapi murid bersumber dari

    responden dan hasil prestasi belajar murid diperoleh dengan teknik

    pengumpulan data, yaitu : Kegiatan pembelajaran guru diambil melalui

    pengamatan KMB dengan menggunkan lembar observasi. Sedangkan data

    tentang kegiatan siswa diambil melalui pengamatan dan observasi , pada saat

    siswa melaksanakan tugas yakni membaca puisi.

    7. Pengolahan Data dan Analisis Data

    Data yang telah diperoleh, yaitu data tentang permasalahan yang

    dihadapi murid dan perolehan hasil belajar, sebelum dianalisis diolah

    sedemikian rupa dengan langkah , sebagai berikut :

    a. Ceking , yaitu data yang terkumpul diperiksa kembali apakah sudah lengkap terkumpul seluruhnya atau belum. Apabila ternyata masih ada yang kurang maka akan dilakukan penggalian ulang seperlunya sehingga data yang akan diolah merupakan data yang sudah siap keseluruhan. Kalau ternyata sudah lengkap maka dapat dilakukan langkah berikut.

    b. Editing, yaitu mengedit kembali data yang telah terkumpul , apakah jawaban responden sudah lengkap dan dapat dipahami, apakah jawaban sudah terisi semua, apakah data dokumenter sudah lengkap keseluruhan.

    c. Koding, yaitu memberiakan kode tertentu untuk mengklsifikasikan semua jawaban responden dan data documenter yang sudah diperoleh menurut macamnya.

    d. Klasifikasi, yaitu data yang telah diberi kode tertentu diklasifikasikan atau dikelompokan berdasarkan kategri jawaban.

    e. Tabulasi, yaitu menyusun dan memasukan data ke dalam tabel yang telah disiapkan terlebih dahulu.
    Semua data yang terkumpul diolah kemudian dianalisa dengan
    menggunakan metode kualitatif diskriptif, kemudian diambil kesimpulan
    dengan menggunakan metode induktif.
    Indikator keberhasilan tindakan kelas ini adalah apabila siswa dalam
    melaksanakan tugas membaca puisi mampu mencapai kualifikasi baik atau
    dengan nilai rata – rata 7,0 sebagaimana ditentukan dalam standar
    ketuntasan minimum belajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
    Untuk menentukan keberhasilan siswa secara keseluruhan adalah
    apabila 75 % dari seluruh siswa kelas V yang membacakan puisi berhasil
    memperoleh nilai rata – rata 7,0.

    8. Jadwal Waktu Penelitian

    Adapun jadwal penelitian yang akan direncanakan tersebut seperti yang tertera dibawah ini :

    NO KEGIATAN TANGGAL BULAN TAHUN
    1 Persiapan 21 JUNI 2010
    2 perencanaan 22 JUNI 2010
    3 pelaksanaan 23 – 24 JUNI 2010

    G. Daftar Pustaka

    Zulkifli.1989. Keterampilan Membaca , Banjarmasin

    Aqib , Zainal. 2006 Penelitian Tindakan Kelas, Bandung : Yrama Widya

    Solistyowati , Endang & Tarsyad Tarman Effendi. 2009. Pengkajian Puisi : Teori dan Aplikasi . Banjarmasin . Tahura Media
    Asrori , M. 2007 Penelitian Tindakan Kelas , Bandung : CV Wacana Prima
    Atar , Semi, M. 1984 Anatoni Sastra , Padang : Angkasa Raya
    Depdiknas , 2003 Ensiklopedi Sastra Indinesia, Bandung : Titian ilmu
    Sowanto , agus & Kussatyo Aslam . 2004 : Bahasa Dan Sastra Indonesia kelas 5 untuk SD/MI ,Yogyakarta : PT Citra Aji Parama

  10. Abdul hadi
    25/06/2010 pukul 12:52 pm
    NAMA : YULI NPM : 3060811512 JUR : PBSID Transfer JUDUL: KEMAMPUAN MENULIS PUISI, MENYIMAK LAGU DAN MEMBACA KREATIF PADA SISWA KELAS VI SDN KARUH KECAMATAN BATU MANDI KABUPATEN BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN (KALSEL) BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil ciptaan sastrawan, tidak datang dengan sendirinya. Sastrawan adalah bagian masyarakat yang menyadari perlunya berkomunikasi dengan manusia lain. Dengan demikian, sastrawan memerlukan pendengar atau pembaca untuk memahami hasil karyanya sebagai salah satu bentuk komunikasi. Sehubungan dengan hal itu, sastrawan berusaha menciptakan dunia rekaan berdasarkan kemampuan imajinasinya. Di dalam proses komunikasi semacam itu, sastrawan adalah pengirim pesan lewat karya sastranya sedangkan pendengar atau pembaca adalah penerima pesan. Untuk lebih memperkenalkan karya sastra kepada masyarakat, perlu diadakan pembelajaran sastra. Oleh karena itu, pembelajaran sastra diadakan di lembaga-lembaga pendidikan, terutama di sekolah. Pembelajaran sastra di sekolah tidak hanya bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan tentang apresiasi sastra, tetapi juga bertujuan agar siswa memiliki kemampuan dan keterampilan menciptakan/memproduksi atau menulis karya sastra. Dalam pelaksanaannya, pengajaran sastra sering diarahkan pada aspek pengetahuan saja. Materi yang diberikan kepada siswa hanya sampai pada pengetahuan tentang pengertian dan jenis karya sastra, periodisasi sastra Indonesia, nama-nama sastrawan dan karya-karyanya, dan materi-materi la aspek afektif dan psikomotorik masih sangat kurang porsinya. Karya sastra sendiri merupakan salah satu genre dari lingkup yang lebih luas, yakni seni. Dalam perkembangan tiap-tiap genre seni, acap kali terjadi dialog antargenre seni. Dialog tersebut menghasilkan suatu bentuk kolaborasi seni. Sebagai contoh adalah kolaborasi antara seni rupa dengan seni sastra menghasilkan bentuk kaligrafi, kolaborasi antara seni gerak dengan seni musik menghasilkan seni tari. Begitu pula dengan seni lagu. Lagu merupakan kolaborasi antara seni musik dengan seni sastra, khususnya puisi. Puisi merupakan salah satu genre sastra sedangkan sastra sendiri adalah bagian dari seni. Menurut Sudaryat dan Natasasmita (1987: 170), keindahan puisi terletak pada persamaan bunyi (rima, sajak) dan iramanya yang indah. Dengan demikian, sangat dimungkinkan terjadinya kolaborasi antara seni sastra (puisi) dengan seni musik. Keduanya (musik dan puisi) saling mendukung satu sama lain, baik isi maupun bentuknya. Keindahan puisi akan lebih terasa kalau dilagukan, misalnya dalam bentuk musikalisasi puisi. Begitu pula keindahan musik (lagu) akan terasa bermakna kalau dibahasakan (dengan puisi), dalam bentuk lirik lagu. Adanya kolaborasi antargenre seni, seperti seni musik dengan seni sastra (puisi), akan menghasilkan karya-karya kreatif. Dalam usaha menghasilkan karya- karya kreatif yang berupa puisi, baik yang berkolaborasi menjadi lirik lagu maupun yang independen sebagai puisi dapat melalui kegiatan menulis kreatif karya sastra berbentuk puisi. Kegiatan menulis puisi itu sendiri tidak datang dengan sendirinya melainkan melalui proses. Proses menghasilkan karya puisi dapat melalui kegiatan menyimak dan membaca terlebih dahulu. in yang hanya mencakup aspek kognitif saja. Adapun pembelajaran mengapresiasi dan memproduksi karya sastra (melalui kegiatan menulis karya sastra) yang mencakup Tidak dipungkiri bahwa puisi adalah seni yang bermediakan bahasa. Dalam pengajaran bahasa dan sastra, di sekolah diberikan empat jenis keterampilan berbahasa. Keempat jenis keterampilan tersebut adalah mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis. Penguasaan keterampilan berbahasa tersebut terjadi secara bertahap. Awalnya, anak mengenal bahasa melalui menyimak. Setelah menyimak, anak tersebut berusaha untuk berbicara menirukan bahasa yang disimak. Tahap berikutnya, anak akan berlatih membaca dan berusaha untuk mengenal bentuk tulisan (wacana). Setelah itu, ia akan berusaha untuk menulis. Jadi, antarkeempat keterampilan berbahasa tersebut memiliki keterkaitan yang erat. Empat keterampilan tersebut merupakan satu kesatuan, merupakan catur tunggal (Tarigan 1986: 2). Hubungan antarjenis keterampilan berbahasa ini sangat berkaitan dengan proses penciptaan puisi. Proses kreatif menulis puisi berkaitan dengan kegiatan menyimak, misalnya menyimak lagu. Mengingat, lagu erat kaitannya dengan lirik dan lirik itu sendiri identik dengan puisi. Dengan membiasakan diri menyimak lagu, penyimak akan mendapatkan referensi untuk kemudian diaplikasikan atau dituangkan kembali dalam bentuk puisi. Dengan menyimak lagu, setidak-tidaknya penulis puisi mendapatkan referensi tentang lirik, irama, ritme, dan kosakata – yang merupakan unsur-unsur penting yang terkandung dalam puisi – melalui lirik lagu yang disimak. Proses kreatif menulis puisi juga berkaitan dengan kegiatan membaca, utamanya membaca kreatif. Menurut Harras dan Sulistyaningsih (1997: 2.30), membaca kreatif memerlukan pencermatan ide-ide yang dikemukakan penulis kemudian dibandingkan dengan ide-ide sejenis yang mungkin berbeda. Dengan membaca kreatif, akan didapatkan ide baru yang diaplikasikan pembaca setelah kegiatan membaca itu dalam bentuk aktivitas yang akan meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam proses menulis puisi, aktivitas yang dimaksud setelah membaca kreatif adalah kegiatan menulis puisi itu sendiri berdasarkan ide-ide yang didapatkan dari bahan bacaan. Mengapa kegiatan menulis harus diajarkan? Sebab menulis dapat memberikan berbagai manfaat. Menurut Akhadiah (1995: 1), ada beberapa manfaat menulis. Menulis dapat menambah wawasan mengenai suatu topik karena penulis mencari sumber informasi tentang topik tersebut. Menulis merupakan sarana mengembangkan daya pikir atau nalar dengan mengumpulkan fakta, menghubungkannya, kemudian menarik kesimpulan. Menulis juga dapat memperjelas sesuatu kepada diri penulis karena gagasan-gagasan yang semula masih berserakan dan tidak runtut di dalam pikiran, dapat dituangkan secara runtut dan sistematis. Melalui kegiatan menulis, sebuah gagasan akan dapat dinilai dengan mudah. Manfaat menulis yang lainnya adalah dapat memecahkan masalah dengan lebih mudah, memberi dorongan untuk belajar secara aktif, dan membiasakan diri berpikir dan berbahasa secara tertib. Mengingat kemampuan menulis merupakan sebuah keterampilan penting yang harus dikuasai oleh siswa, perlu adanya pembinaan dan pengembangan secara intensif dan berkesinambungan Lebih khusus lagi, Jabrohim dkk (2003: 67) mengemukakan bahwa menulis kreatif sastra (puisi) merupakan suatu kegiatan seseorang “intelektual yang menuntut seorang penulis harus benar-benar cerdas, menguasai bahasa, luas wawasannya, sekaligus peka perasaannya. Syarat-syarat tersebut menjadikan hasil penulisan puisi berbobot intelektual, tidak sekedar bait-bait kenes, cengeng, dan sentimental. Menulis puisi juga dapat menggabungkan antara pengembangan fakta-fakta empirik dengan daya imajinasi menjadi sebuah tulisan yang bermakna bagi manusia yang mempunyai kesadaran eksistensial. Hal ini akan tercapai apabila penulis puisi (penyair) banyak mengasah kepekaan kritisnya dan banyak melaksanakan proses kreatif. Proses kreatif menulis puisi memberikan hasil yang positif bagi para siswa. Dengan menulis puisi, siswa dilatih untuk tidak meremehkan pengalaman- pengalamannya. Segala sesuatu yang dilihat dan dialaminya selalu tidak luput dari perhatiannya. Dia menjadikan semua yang dilihat, didengar, dan dirasa sebagai sesuatu yang bermakna bagi manusia. Wujud perhatian dan usaha menjadikan pengalaman-pengalaman itu sebagai sesuatu yang bermakna bagi manusia di antaranya adalah menuangkan atau menuliskan apa yang dialaminya ke dalam bentuk puisi (Jabrohim dkk, 2003: 31). Dengan demikian, ternyata untuk menghasilkan suatu karya puisi diperlukan serentetan tahapan proses kreatif, tidak semata-mata asal menulis. Proses kreatif yang akan dilalui penulis puisi, apalagi penulis yang masih dalam taraf pemula, harus dipelajari terlebih dahulu. Oleh karena itu, diperlukan suatu pembelajaran proses kreatif menulis puisi. Pengajaran menulis, khususnya penulisan kreatif sastra (puisi) ini menarik untuk dijadikan suatu penelitian. Tentu saja penelitian tersebut dapat dilakukan dengan melihat beberapa aspek. Salah satu aspek yang dapat diteliti adalah bagaimana proses kreatif menulis puisi siswa. Adakah hubungannya dengan kegiatan menyimak lagu dan membaca kreatif sebagai rentetan proses menulis puisi sehingga menghasilkan karya puisi? Kemudian, seberapa besarkah kontribusi kebiasaan menyimak dan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi? Hal inilah yang mendorong penelitian ini, yakni untuk meneliti seberapa besar sumbangan atau kontribusi kebiasaan menyimak lagu dan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi siswa. Sasaran penelitian adalah siswa kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi KALSEL mengingat siswa yang notabene berusia remaja tentunya menyukai dan membiasakan diri mendengarkan musik atau lagu, terutama yang sesuai dengan kondisi psikis mereka. kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi Kalimantan Selatan sebagai tempat penelitian karena SDN tersebut belum pernah dilakukan penelitian yang serupa. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, ternyata penelitian ini mengandung beberapa permasalahan yang dapat diteliti. Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain sebagai berikut. Adakah hubungan antara kebiasaan menyimak lagu dengan kemampuan menulis puisi siswa Kelas ?kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi KALSEL Adakah hubungan antara kebiasaan menyimak lagu dengan membaca kreatif siswa ?kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi KALSEL Adakah hubungan antara membaca kreatif dengan kemampuan menulis puisi siswa Kelas?kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi KALSEL Adakah hubungan antara kebiasaan menyimak lagu dan membaca kreatif dengan kemampuan menulis puisi siswa Kelas kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi KALSEL? Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi hubungan kebiasaan menyimak lagu dan membaca kreatif dengan kemampuan menulis puisi siswa Kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi KALSEL Seberapa besarkah kontribusi kebiasaan menyimak lagu terhadap kemampuan menulis puisi siswa kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi KALSEL? Seberapa besarkah kontribusi kebiasaan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi siswa Kelas kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi KALSEL? Seberapa besarkah kontribusi kebiasaan menyimak lagu dan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi siswa Kelaskelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi KALSEL ? Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah seperti tersebut di atas, masalah yang timbul cukup kompleks sehingga tidak memungkinkan untuk membahas semua masalah yang ada. Oleh karena itu, perlu adanya pembatasan masalah agar penelitian lebih terfokus. Adapun permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan besarnya kontribusi kebiasaan menyimak lagu terhadap kemampuan menulis puisi siswa Kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi KALSEL , (2) mendeskripsikan besarnya kontribusi kebiasaan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi siswa Kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi KALSEL dan (3) mendeskripsikan besarnya kontribusi kebiasaan menyimak lagu dan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi siswa Kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi KALSEL Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut. Seberapa besarkah kontribusi kebiasaan menyimak lagu terhadap kemampuan menulis puisi siswa Kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi KALSEL Seberapa besarkah kontribusi kebiasaan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi siswa Kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi KALSEL Seberapa besarkah kontribusi kebiasaan menyimak lagu dan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi siswa Kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi KALSEL Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang masalah, pembatasan masalah, dan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk:erhadap kemampuan menulis puisi siswa Kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi KALSEL mengetahui dan mendeskripsikan besarnya kontribusi kebiasaan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi siswa Kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi KALSEL mengetahui dan mendeskripsikan besarnya kontribusi kebiasaan menyimak lagu dan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi siswa Kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi KALSEL. Manfaat Penelitian Penelitian ini berada dalam lingkup kebiasaan menyimak lagu, membaca kreatif, dan kemampuan menulis puisi siswa Kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi KALSEL . Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut. Teoritis Penelitian ini berguna sebagai informasi untuk mengoptimalkan kebiasaan menyimak lagu dan membaca kreatif dalam hubungannya dengan kemampuan menulis puisi, khususnya bagi para siswa SD di sekolah dan masyarakat pada umumnya. Penelitian ini juga berguna untuk memberikan sumbangan bagi pengajaran apresiasi sastra, khususnya puisi, melalui pemanfaatan media lagu. Penelitian ini berguna pula untuk mengembangkan keterampilan menyimak dan membaca, khususnya membaca kreatif untuk mendukung keterampilan menulis kreatif sastra (puisi). Praktis Penelitian ini diharapkan menjadi landasan atau dasar dan sumber informasi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan upaya meningkatkan kebiasaan menyimak lagu, mengoptimalkan kebiasaan membaca kreatif, dan kemampuan menulis puisi G. Batasan Istilah Untuk memperoleh kejelasan konsep dan kesatuan pandangan dalam pembahasan, berikut ini dikemukakan pembatasan istilah untuk tiap-tiap variabel dalam penelitian ini. Kebiasaan adalah sesuatu yang telah biasa dilakukan. Menyimak ialah salah satu aspek keterampilan berbahasa yang menggunakan indera pendengar dengan intensif, interpretatif, dan apresiatif untuk memperoleh informasi atau pesan. Lagu ialah ragam suara yang berirama atau nyanyian, biasanya dengan disertai lirik yang bergaya puitis. Kebiasaan menyimak lagu merupakan kecenderungan individu untuk lebih memperhatikan dan menyenangi lagu-lagu dengan mendengarkannya melalui radio, tape recorder, atau televisi, atau media lain dan biasanya dilakukan secara rutin atau teratur. Membaca adalah suatu kegiatan untuk memperoleh dan memahami informasi dalam tulisan yang disampaikan penulis melalui media bahasa tulis. Membaca kreatif yaitu proses membaca untuk mendapatkan nilai tambah dari pengetahuan yang baru dalam bacaan kemudian diterapkan dalam kehidupan sehingga menghasilkan perubahan atau sesuatu yang berguna pada diri pembaca. Menulis ialah kegiatan menuangkan gagasan, ide, atau pendapat yang akan disampaikan kepada orang lain (pembaca) melalui media bahasa tulis untuk dipahami tepat seperti yang dimaksud oleh penulis. Puisi ialah salah satu genre karya sastra yang biasanya terdiri atas satu atau beberapa larik/baris yang membentuk kesatuan berupa bait dan membentuk kesatuan makna serta mempunyai nilai estetik. Menulis puisi merupakan kegiatan menuangkan ide dan imajinasi dalam bentuk puisi untuk mencapai efek keindahan atau estetis. Kemampuan menulis puisi yaitu kemampuan seseorang untuk menuangkan ide dan imajinasi dalam bentuk tulisan puisi BAB II KAJIAN TEORI Deskripsi Teori Keterampilan berbahasa yang meliputi keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis menjadi aspek penting dalam belajar bahasa dan sastra Indonesia. Keempat keterampilan berbahasa tersebut tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan lainnya. Keempat keterampilan tersebut juga mempunyai kedudukan yang saling mendukung dalam pencapaian keterampilan berbahasa seseorang. Dalam pengajaran keterampilan berbahasa, satu aspek keterampilan berhubungan dengan aspek keterampilan yang lain dalam kedudukan sejajar. Walaupun demikian, pemerolehan berbahasa secara umum dikuasai secara bertahap, yaitu mula-mula menyimak, berbicara, membaca, kemudian menulis. 1. Hakikat Menyimak Lagu Menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa. Salah satu kegiatan menyimak yang berhubungan erat dengan ragam bahasa sastra adalah menyimak lagu. Mengingat, lagu memuat lirik-lirik yang ragam bahasanya mirip dengan salah satu genre sastra, yaitu puisi. Berikut ini akan dipaparkan pengertian dan hakikat menyimak, lagu, dan hakikat menyimak lagu itu sendiri. a. Hakikat Menyimak Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 1066), menyimak berarti mendengarkan (memperhatikan) apa yang diucapkan atau dibaca orang atau meninjau (memeriksa, mempelajari) dengan teliti. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa menyimak merupakan kegiatan mendengarkan. Hanya bedanya, dalam kegiatan mendengarkan, kegiatan menerima bunyi ujaran melalui indra pendengar tidak secara intensif dan interpretatif. Sementara itu, Tarigan (1987: 28) mengidentifikasi bahwa menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan. Kegiatan itu dilakukan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, dan interpretasi untuk memperoleh informasi serta menangkap isi atau pesan yang disampaikan oleh penulisnya dengan media bahasa lisan. Menurut Suriamiharja (1996: 12-13), menyimak merupakan kegiatan melakukan proses pemahaman yang berarti menambah pengetahuan. Kegiatan menyimak berperan sebagai: (1) dasar belajar bahasa, (2) penunjang keterampilan berbicara, membaca, dan menulis, (3) pelancar komunikasi lisan, dan (4) penambahan informasi. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat diketahui bahwa menyimak merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang menggunakan indera pendengar dengan intensif, interpretatif, dan apresiatif untuk memperoleh informasi atau pesan. Lagu Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 624), lagu berarti ragam suara yang berirama (dalam bercakap, bernyanyi, membaca, dan sebagainya), nyanyian, atau ragam nyanyi (musik, gamelan, dan sebagainya). Di dalam lagu biasanya terdapat lirik lagu yang menggunakan kata-kata puitis. Oleh karena itu, lagu sangat berhubungan dengan puisi karena keduanya sama-sama mempunyai unsur irama. Sakdiyah (2002) mengutip pendapat Maley yang menyatakan bahwa lagu dan puisi sangatlah berirama. Unsur irama ini merupakan petunjuk susunan atau struktur pesan yang terdapat di dalam lagu atau puisi. Sakdiyah (2002) juga menyatakan bahwa lagu dapat dianggap sebagai suatu alat dan bahan yang efektif untuk pengajaran apresiasi puisi. Hal ini sejalan dengan pendapat Orlova yang dikutip Sakdiyah (2002), yang menyebutkan bahwa lagu dianggap sebagai suatu alat yang efektif untuk pengajaran bahasa. Untuk mendukung pendapatnya tersebut, Orlova juga mengemukakan beberapa alasan antara lain: (1) lagu dapat menampilkan fungsi yang berbeda dalam pengajaran bahasa (terutama puisi), (2) lagu dapat menjadi pendorong untuk melakukan percakapan di kelas, (3) lagu dapat memotivasi suatu pendekatan emosional untuk belajar bahasa, (4) lewat lagu siswa dapat mengekspresikan sikapnya terhadap apa-apa yang telah dia dengar, dan (5) lagu juga dapat membantu perkembangan estetis seseorang. Berdasarkan uraian tersebut, lagu berhubungan erat dengan puisi. Lagu dapat dijadikan sebagai salah satu media pembelajaran puisi, baik pembelajaran apresiasi maupun penulisan kreatif puisi. Penggunaan media lagu akan menambah ketertarikan siswa dalam belajar sastra terutama puisi. Menyimak Lagu Menyimak lagu adalah suatu kegiatan mendengarkan secara intensif dan interpretatif suatu pesan yang berbentuk lagu. Adapun kebiasaan menyimak lagu merupakan kegiatan menyimak lagu yang dilakukan terus-menerus dan telah menjadi suatu kebiasaan. Kegiatan menyimak lagu yang telah menjadi kebiasaan akan menumbuhkan pengalaman musikal. Pengalaman ini sangat berguna bagi siswa. Pengalaman musikal ini dapat digunakan sebagai salah satu sarana pembelajaran menulis kreatif puisi. 2. Hakikat Membaca Kreatif Membaca juga termasuk salah satu keterampilan berbahasa. Kegiatan membaca kreatif, sebagai salah satu tingkatan dalam keterampilan membaca, mempunyai peran yang besar dalam penciptaan sebuah karya sastra, khususnya puisi. Berikut ini dijelaskan hakikat membaca, tujuan membaca, dan pengertian membaca kreatif. a. Pengertian Membaca Menurut Hodgoson yang dikutip oleh Tarigan (1987: 7), membaca merupakan suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media bahasa tulis. Dijelaskan pula bahwa membaca dapat dianggap sebagai proses untuk memahami hal tersirat dan melibatkan pikiran yang terkandung dalam kata-kata yang tertulis. Saat melakukan kegiatan membaca, pembaca memerlukan kejelian untuk mengetahui isi yang tersurat sekaligus yang tersirat. Finochiaro dan Bonomo seperti dikutip oleh Tarigan (1987: 8), secara singkat menjelaskan bahwa reading adalah bringing meaning and getting meaning from printed or written material, memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahasa tertulis. Pendapat lain yang dikemukakan oleh Lado dalam tulisan Tarigan (1987: 9) bahwa membaca adalah memahami pola-pola bahasa dari gambaran tertulisnya. Di lain pihak, Sugirin (1997: 3) menyatakan bahwa membaca adalah memahami isi buku sesuai dengan yang dimaksud oleh penulisnya. Pemahaman akan suatu isi buku atau bacaan merupakan hasil dari proses membaca, yaitu proses interaksi antara pembaca dan penulis. Paham akan suatu isi bacaan merupakan indikator kemampuan pembaca dalam memahami teks. Dengan demikian, kemampuan membaca pada dasarnya berkaitan dengan tingkat pemahaman dalam membaca sedangkan pemahaman terhadap suatu bacaan sangat dipengaruhi oleh faktor kebiasaan membaca. Berdasarkan beberapa kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu kegiatan untuk memperoleh dan memahami informasi dalam tulisan yang disampaikan penulis melalui media bahasa tulis. b. Tujuan Membaca Tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, dan memahami makna bacaan (Tarigan, 1987: 9). Anderson lewat Tarigan (1987: 9-10) mengemukakan tujuan membaca adalah untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details facts), memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas), mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for sequence or organization), menyimpulkan (reading for inference), mengklasifikasikan (reading to classify), mengevaluasi (reading to evaluate), membandingkan (reading to compare or contrast). c. Membaca Kreatif Harras dan Sulistyaningsih (1997: 2.29) mengutip dari Dictionary of Reading menyebutkan bahwa membaca kreatif (creative reading) merupakan proses membaca untuk mendapatkan nilai tambah dari pengetahuan yang baru yang terdapat dalam bacaan dengan mengidentifikasi gagasan yang menonjol atau mengkombinasikan pengetahuan yang sebelumnya pernah didapatkan. Pembaca kreatif dituntut untuk cermat dalam menyikapi ide-ide dari bahan bacaan. Setelah itu, pembaca kreatif harus membandingkannya dengan ide sejenis yang mungkin berbeda. Membaca kreatif merupakan tingkatan tertinggi dari kemampuan membaca. Hal ini disebabkan oleh tuntutan bahwa setelah membaca, seseorang harus menerapkannya untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Menurut Nurhadi seperti dikutip oleh Harras dan Sulistyaningsih (1997: 2.30), ciri-ciri pembaca kreatif ialah: (1) kegiatan membaca tidak berhenti pada saat menutup buku, (2) mampu menerapkan bahan bacaan untuk kepentingan hidupnya, (3) muncul perubahan sikap dan perilaku setelah membaca, (4) hasil membaca berlaku sepanjang masa, (5) kritis dan kreatif dalam menilai bahan-bahan bacaan, (6) mampu memecahkan masalah kehidupan berdasarkan hasil bacaan yang telah dibaca. Sejalan dengan pendapat di atas, Jabrohim dkk (2003: 72 – 75) secara lebih umum memperinci ciri-ciri orang kreatif, yaitu; (1) keterbukaan terhadap pengalaman baru dan mudah bereaksi alternatif-alternatif baru mengenai suatu keadaan, (2) keluwesan (fleksibel) dalam berpikir artinya ia dapat memilih dan mengetahui berbagai pendekatan yang mungkin dapat dipergunakan dalam memecahkan suatu persoalan tanpa mengabaikan tujuan utamanya, (3) kebebasan dalam mengemukakan pendapat, cenderung tidak suka berdiam diri terhadap keadaan sebagaimana adanya yang kurang memuaskan, dan cenderung ingin membuat bentuk yang baru dari suatu objek yang diamatinya, (4) imajinatif, dan berpendapat bahwa tidak ada yang tidak mungkin terjadi, (5) perhatiannya yang besar pada kegiatan cipta-mencipta suatu karya kreatif, (6) keteguhan dalam mengajukan pendapat atau pandangan, dan (7) kemandiriannya dalam mengambil keputusan. Dalam Kompas Cyber Media (2005) disebutkan lebih spesifik bahwa ciri- ciri pembaca kreatif adalah: (1) Kegiatan membaca yang dilakukan tidak berhenti sampai pada saat ia selesai membaca buku, (2) Ia mampu menerapkan hasil membacanya untuk kehidupan sehari-hari, (3) Muncul perubahan sikap serta tingkah laku setelah proses membaca dilakukan, (4) Hasil membaca akan berlaku dan diingat sepanjang masa, (5) Mampu menilai secara kritis dan kreatif bahan- bahan bacaannya, (6) Mampu memilih atau menentukan bahan bacaan yang tepat sesuai dengan kebutuhan atau minatnya, (7) Mampu memecahkan masalah kehidupan sehari-hari yang sedang dihadapi dengan menggunakan bacaan sebagai pegangan, (8) Tampak kemajuan dalam cara berpikir atau cara pandang terhadap suatu masalah, (9) Terbentuk kematangan dalam cara pandang, sikap, dan cara berpikir, (10) Tampak wawasan semakin jauh ke depan dan mampu membuat analisis sederhana terhadap suatu persoalan, (11) Ada peningkatan dalam prestasi atau profesionalisme kerja, (12) Semakin berpikir praktis dan pragmatis dalam segala persoalan, (13) Semakin kaya ide baik dalam meningkatkan mutu maupun membuat terobosan baru dalam memecahkan persoalan, (14) Semakin kuat dorongan untuk membaca dan mencari terus sumber-sumber baru, dan (15) Semakin enak diajak bertukar pikiran atau pengalaman karena ia semakin kaya wawasan. Ciri-ciri pembaca kreatif tersebut di atas tidak akan dimiliki oleh seseorang tanpa adanya suatu pembiasaan. Kegiatan membaca kreatif harus menjadi sebuah kebiasaan agar ciri-ciri tersebut di atas dapat tercapai. Kebiasaan membaca kreatif akan memberikan banyak manfaat yang positif bagi diri pembaca. Untuk memicu daya kreatif, ada empat langkah yang ditawarkan: (1) berjanjilah untuk membaca secara kreatif setiap hari, (2) membaca secara sedikit demi sedikit, (3) bacalah sesuatu dari beragam sumber bacaan, (4) terapkan apa yang dibaca dalam kehidupan sehari-hari (Kisyani dan Laksono, 2002). Pada sisi lain, menurut Kisyani dan Laksono (2002), membaca buku merupakan kegiatan yang memasukkan kata-kata dan ide ke dalam diri seseorang (pembaca). Semakin berkualitas kata-kata dan ide yang masuk dalam diri pembaca, semakin berkualitaslah pembaca itu. Tulisan yang berkualitas akan mendorong timbulnya gagasan cemerlang, tambahan kosakata, dan hal-hal penting lainnya. Semua itu akan diserap otak dan disimpan serta dipancarkan ke seluruh tubuh. Lewat kata dan ide yang berkualitas, pembaca dapat meneruskan dan menindaklanjuti hasil bacaannya pada tahap menulis dan berbicara kepada orang lain untuk membaca atau mendengarkan apa yang dia tulis dan ujarkan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada intinya kegiatan membaca kreatif adalah suatu proses membaca yang memerlukan follow up (tindak lanjut), yakni berupa penerapan terhadap apa yang dibaca dalam kehidupan sehari-hari untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Adapun bentuk follow up tersebut bermacam-macam. Sebagai contoh, setelah kita membaca teks lirik lagu secara kreatif kita dapat menuangkan kembali ide yang terdapat dalam teks lagu itu ke dalam bentuk puisi. Contoh lain misalnya, setelah kita membaca suatu cerpen secara kreatif kita dapat membuat sebuah film berdasarkan cerita di dalam cerpen tersebut. 3. Hakikat Kemampuan Menulis Puisi Puisi sebagai salah satu genre sastra, sebagian besar diciptakan dan dituangkan dalam bentuk tulisan. Dengan dituangkannya hasil penciptaan puisi dalam bentuk tulisan, puisi akan lebih bertahan lama daripada hanya diciptakan dan disampaikan dalam bentuk lisan. Dengan demikian, sangat jelas bahwa aktivitas penciptaan karya sastra beserta proses kreatifnya berkaitan erat dengan keterampilan menulis, mengingat karya sastra adalah salah satu genre seni yang bermediakan bahasa. Berikut ini dipaparkan pengertian menulis, tujuan dan manfaat menulis, hakikat puisi, pengertian menulis puisi, dan penilaian keterampilan menulis puisi a. Pengertian Menulis Keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan untuk mengungkapkan ide, pikiran, perasaan kepada orang lain. Melalui tulisan, seseorang dapat berkomunikasi tanpa berhadap-hadapan langsung. Menurut Hastuti (1992), keterampilan menulis adalah keterampilan yang sangat kompleks. Menulis melibatkan cara berpikir dan kemampuan mengungkapkan pikiran gagasan, perasaan dalam bentuk bahasa tertulis dengan memperhatikan beberapa syarat, yaitu: (1) keteraturan gagasan, (2) kemampuan menyusun kalimat yang jelas dan efektif, (3) keterampilan menyusun paragraf, (4) menguasai teknik penulisan seperti penemuan tanda baca (pungtuasi), dan (5) memiliki sejumlah kata yang diperlukan. Tarigan (1986: 21) menyatakan bahwa menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan salah satu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang- lambang grafik tersebut. Menulis bukan sekedar menggambarkan huruf-huruf, tetapi juga menyampaikan pesan melalui gambar huruf-huruf tersebut berupa karangan. Karangan sebagai ekspresi pikiran, gagasan ide, pendapat, pengalaman disusun secara sistematis dan logis. Keterampilan menulis dibutuhkan untuk merekam, meyakinkan, memberitahukan, serta mempengaruhi orang lain. Semua tujuan hanya dapat diperoleh apabila disusun dan disampaikan dengan jelas. Menurut Akhadiah (1995: 2), menulis dapat didefinisikan sebagai: (1) merupakan suatu bentuk komunikasi, (2) merupakan proses pemikiran yang dimulai dengan pemikiran tentang gagasan yang akan disampaikan, (3) merupakan bentuk komunikasi yang berbeda dengan bercakap-cakap; dalam tulisan tidak terdapat intonasi, ekspresi wajah, gerakan fisik, serta situasi yang menyertai percakapan, (4) merupakan suatu ragam komunikasi yang perlu dilengkapi dengan alat-alat penjelas serta ejaan dan tanda baca, (5) merupakan bentuk komunikasi untuk menyampaikan gagasan penulis kepada khalayak pembaca yang dibatasi oleh jarak,tempat, dan waktu. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah salah satu bentuk komunikasi untuk menyampaikan ide secara teratur dan sistematik melalui bahasa tulis dengan tujuan tertentu. b. Tujuan dan Manfaat Menulis Hakim (1995) menyatakan bahwa keterampilan menulis menjadi salah cara untuk berkomunikasi, karena dalam pengertian tersebut muncul adanya kesan pengiriman dan penerimaan pesan. Dengan demikian, tulisan harus dapat dibaca dan mudah dipahami agar penerima pesan dapat menangkap pesan secara baik dan benar. Hipple (dalam Tarigan, 1987: 309-311) mengemukakan tujuan menulis yang meliputi: (1) penugasan, (2) altruistik, (3) persuasif, (4) informasional tujuan penerangan, (5) pernyataan diri, (6) kreatif, dan (7) pemecahan masalah. Selain memiliki tujuan, kegiatan menulis dapat memberikan berbagai manfaat. Menurut Akhadiah (1995: 1), beberapa manfaat menulis adalah: (1) wawasan mengenai suatu topik bertambah karena penulis mencari sumber informasi tentang topik tersebut, (2) mengembangkan daya pikir atau nalar dengan mengumpulkan fakta, menghubungkan, kemudian menarik kesimpulan, (3) memperjelas sesuatu kepada diri penulis karena gagasan-gagasan yang semula masih berserakan di dalam pikiran, dituangkan secara runtut dan sistematis, (4) dengan mudah dapat menilai gagasan karena gagasan tersebut sudah berbentuk sesuatu yang riil dan dapat dilihat secara langsung, (5) dapat memecahkan masalah dengan lebih mudah, (6) memberi dorongan untuk belajar secara aktif, dan (7) membiasakan diri berpikir dan berbahasa secara tertib. Manfaat-manfaat menulis tersebut akan dapat dirasakan jika penulis mempunyai tujuan yang jelas dalam menulis. c. Hakikat Puisi Puisi merupakan salah satu genre sastra. Pengertian puisi sungguh beragam dan masih sering dipertanyakan. Beberapa ahli sastra merumuskan pengertian puisi dengan menggunakan berbagai pendekatan. Padahal, satu pendekatan saja tidak mungkin mencakup seluruh aspek yang terdapat dalam puisi. Oleh karena itu, wajar jika satu pengertian yang dikemukakan seorang ahli berbeda dengan pengertian yang dilontarkan oleh ahli yang lain. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 903), puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait atau merupakan gubahan di bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus. Sumardjo dan Saini K.M. menggolongkan puisi sebagai karya sastra imajinatif. Puisi merupakan jaringan irama dan bunyi serta jaringan citra dan lambang. Sementara itu, Pradopo (2002: 7) menyatakan bahwa puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indra dalam susunan yang berirama. Puisi merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting dan digubah dalam wujud yang paling berkesan. Puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Semua itu merupakan sesuatu yang penting, yang direkam dan diekspresikan, dinyatakan dengan menarik dan memberi kesan. Puisi itu merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan (Pradopo, 1993 : 7). Sementara itu, Sayuti (2002: 3 – 4) menyatakan bahwa secara sederhana puisi dapat dirumuskan sebagai “sebentuk pengucapan bahasa yang memperhitungkan adanya aspek bunyi-bunyi di dalamnya, yang mengungkapkan pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual penyair yang ditimba dari kehidupan individual dan sosialnya; yang diungkapkan dengan teknik pilihan tertentu, sehingga puisi itu mampu membangkitkan pengalaman tertentu pula dalam diri pembaca atau pendengar-pendengarnya”. Luxemburg dkk. (1986: 175) menyatakan bahwa teks puisi ialah teks-teks monolog yang isinya tidak pertama-tama sebuah alur. Teks puisi bercirikan penyajian tipografik tertentu. Definisi ini tidak hanya mencakup jenis-jenis sastra, melainkan juga ungkapan bahasa yang bersifat pepatah, pesan iklan, semboyan politik, syair lagu-lagu pop, dan doa-doa. Adapun A. Richard seperti dikutip Tarigan (1991: 9) menyatakan bahwa hakikat puisi mengandung makna keseluruhan yang merupakan perpaduan dari tema, perasaan, nada, dan amanat. Dengan demikian, hakekat puisi menurut Richards terdiri atas (1) tema/makna (sense), (2) rasa (feeling), (3) nada (tone), dan (4) amanat/tujuan/maksud (intention) (Tarigan, 1991: 10). Hal ini sejalan dengan Sumardjo dan Saini K.M. (1997: 124-125) yang menyatakan 4 arti puisi, yakni arti lugas (gagasan penyair), perasaan penyair, nada, dan itikad. Puisi sebagai salah satu bentuk karya sastra harus mengandung fungsi estetik yang ada dalam setiap penciptaan karya sastra. Wellek dan Warren (1968: 25) mengemukakan bahwa paling baik kita memandang kesusastraan sebagai karya yang di dalamnya fungsi estetikanya dominan, yaitu fungsi seninya yang berkuasa. Tanpa fungsi seni, karya kebahasaan tidak dapat disebut sebagai karya (seni) sastra. Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra. Oleh karena itu, fungsi estetiknya dominan, artinya di dalamnya terdapat unsur-unsur keindahan. Unsur- unsur keindahan ini merupakan unsur-unsur kepuitisan, misalnya persajakan, diksi (pilihan kata), irama, dan gaya bahasa. Gaya bahasa dalam puisi meliputi semua penggunaan bahasa secara khusus yang bertujuan untuk mendapatkan efek tertentu, yakni efek estetikanya atau aspek kepuitisannya (Pradopo, 1994: 47). Jenis-jenis gaya bahasa itu meliputi semua aspek bahasa, yaitu bunyi, kata, kalimat, dan wacana yang dipergunakan secara khusus untuk mendapatkan efek tertentu itu. Semua itu merupakan aspek estetika atau aspek keindahan puisi. Berdasarkan pengertian-pengertian puisi di atas, dapat disimpulkan bahwa puisi ialah hasil imajinasi dan gagasan penyair yang dituangkan dalam bentuk tipografi yang spesifik. Menulis Puisi Menulis puisi merupakan salah satu bentuk menulis kreatif. Menulis puisi adalah suatu kegiatan intelektual, yakni kegiatan yang menuntut seseorang harus benar-benar cerdas, menguasai bahasa, luas wawasannya, dan peka perasaannya. Menulis puisi bermula dari proses kreatif, yakni mengimajikan atau mengembangkan fakta-fakta empirik yang kemudian diwujudkan dalam bentuk puisi. Kemudian, untuk menuangkannya menjadi sebentuk puisi, kita harus terlebih dahulu memahami unsur-unsur pembentuk puisi (Jabrohim dkk., 2003: 31-33). Adapun unsur-unsur pembangun puisi menurut Jabrohim dkk. (2003: 35- 57) ialah diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif, versifikasi, tipografi, dan sarana retorika. Tarigan (1991: 28) menyatakan bahwa metode puisi terdiri atas (1) diksi, (2) imaji/imagery, (3) kata nyata, (4) majas, (5) ritme dan rima. Hal ini sejalan dengan unsur-unsur puisi yang disebutkan oleh Sayuti. Sayuti (2002) menyebutkan bahwa unsur-unsur yang terkandung dalam puisi meliputi bunyi dan aspek-aspeknya, diksi, citraan, bahasa kias, sarana retorik, wujud visual, dan makna puisi. Kedua pendapat tersebut didukung oleh Waluyo (1987: 27) yang menyatakan bahwa struktur fisik puisi terdiri atas baris-baris puisi yang bersama sama membangun bait-bait puisi. Selanjutnya, bait-bait itu membangun kesatuan makna di dalam keseluruhan puisi sebagai sebuah wacana. Struktur fisik ini merupakan medium pengungkap struktur batin puisi. Adapun unsur-unsur yang termasuk dalam struktur fisik puisi menurut Waluyo adalah (1) diksi, (2) pengimajian, (3) kata konkret, (4) majas (meliputi lambang dan kiasan), (5) versifikasi (meliputi rima,ritma, dan metrum), (6) tipografi, dan (7) sarana retorika. Dengan demikian ada tujuh macam unsur yang termasuk struktur fisik. Adapun struktur batin puisi menurut Waluyo terdiri atas tema, nada, perasaan, dan amanat.Diksi atau pilihan kata mempunyai peranan penting dan utama untuk mencapai keefektifan dalam penulisan suatu karya sastra, khususnya puisi. Agar mencapai diksi yang baik, seorang penulis harus memahami secara lebih baik masalah kata dan maknanya, tahu bagaimana memperluas dan mengaktifkan kosakata, harus mampu memilih kata yang tepat yang sesuai dengan situasi yang dihadapinya, dan harus mengenali dengan baik macam corak gaya bahasa sesuai dengan tujuan penulisan. Adapun pengimajian berguna untuk memberi gambaran yang jelas, menimbulkan suasana khusus, membuat hidup gambaran dalam pikiran dan pengindraan, untuk menarik perhatian, dan untuk memberikan kesan mental atau bayangan visual penyair. Gambaran angan, gambaran pikiran, kesan mental, dan bahasa yang menggambarkannya biasa disebut dengan istilah citra atau imaji. adapun cara membentuk kesan mental atau gambaran sesuatu biasa disebut dengan istilah citraan (imagery). Hal-hal yang berkaitan dengan citra ataupun citraan disebut pencitraan atau pengimajian. Kata konkret adalah kata-kata yang digunakan oleh penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca. Di sini, penyair berusaha mengkonkretkan kata- kata. Maksudnya, kata-kata itu diupayakan agar dapat menyaran kepada arti yang menyeluruh. Dalam hubungannya dengan pengimajian, kata konkret merupakan syarat atau sebab terjadinya pengimajian. Bahasa figuratif dapat disebut juga sebagai majas. Bahasa puisi dapat membuat puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Adapun versifikasi meliputi ritma, rima, dan metrum. Secara umum, ritma dikenal sebagai irama, yakni pergantian turun naik, panjang pendek, keras lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Rima adalah pengulangan bunyi di dalam baris atau larik puisi, pada akhir baris puisi, atau bahkan juga pada keseluruhan baris dan bait puisi. Jika fonetik itu berpadu dengan ritma, maka akan mampu mempertegas makna puisi. Rima meliputi onomatope (tiruan terhadap bunyi-bunyi), bentuk intern pola bunyi (misalnya: aliterasi, asonansi, persamaan akhir, peramaan awal, sajak berulang, sajak penuh), intonasi, repetisi bunyi atau kata, dan persamaan bunyi. Metrum adalah irama yang tetap, artinya pergantiannya sudah tetap menurut pola tertentu. Hal ini disebabkan oleh jumlah suku kata yang tetap, tekanan yang tetap, dan alun suara menaik dan menurun yang tetap. Tipografi merupakan pembeda yang paling awal dapat dilihat dalam membedakan puisi dengan prosa fiksi dan drama. Dalam prosa, baik fiksi maupun bukan, baris-baris kata atau kalimat membentuk sebuah periodisitas. Namun, dalam puisi tidak demikian halnya. Baris-baris dalam puisi membentuk sebuah periodisitas yang khas yang disebut bait. Dalam kaitannya dengan puisi, sarana retorika merupakan sarana kepuitisan yang berupa muslihat pikiran. Dengan muslihat itu, para penyair berusaha menarik perhatian, pikiran, sehingga pembaca berkontemplasi dan tersugesti atas apa yang dikemukakan penyair. Pada umumnya, sarana retorika menimbulkan ketegangan puitis karena pembaca harus memikirkan efek apa yang ditimbulkan dan dimaksud oleh penyairnya. Jenis sarana retorika itu bermacam- macam.Selain terdapat struktur fisik dalam puisi, Waluyo juga menjelaskan tentang struktur batin yang terdapat dalam puisi. Menurut Waluyo, struktur batin mencakup tema, perasaan penyair, nada atau sikap penyair terhadap pembaca, dan amanat. Keempat unsur itu menyatu dalam ujud penyampaian bahasa penyair. Tema adalah sesuatu yang menjadi pikiran pengarang dan menjadi dasar bagi puisi yang diciptakan penyair. Tema puisi berhubungan erat dengan penyairnya, terutama pada konsep-konsep yang diimajinasikannya. Tarigan (1991: 10) mengemukakan bahwa setiap puisi mengandung suatu “subject matter” yang dikemukakan atau ditonjolkan. Makna yang terkandung dalam “subject matter” itulah yang dimaksudkan dengan istilah tema. Tema sering kali dituangkan atau disampaikan oleh penyairnya secara implisit, tidak disebutkan secara gamblang dalam puisi. Rasa adalah sikap sang penyair terhadap pokok permasalahan yang terkandung dalam puisinya (Tarigan, 1991: 11). Perasaan penyair ikut terekspresikan dalam puisi. Oleh karena itulah, suatu tema yang sama sering kali menghasilkan puisi yang berbeda, tergantung suasana perasaan penyair yang menciptakan puisi itu. Nada dalam puisi adalah sikap penyair kepada pembaca (Jabrohim dkk, 2003: 66). Hal ini sesuai dengan pernyataan Tarigan (1991: 18) bahwa nada adalah sikap sang penyair terhadap pembacanya atau dengan kata lain sikap sang penyair terhadap para penikmat karyanya. Dalam menulis puisi, penyair bisa bersikap menggurui, mengejek, menasihati, atau menyindir meski kadang sikap itu disamarkan melalui gaya bahasa dan sarana retorika yang dipakai dalam puisi. Amanat atau tujuan dalam puisi ialah hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya Amanat berbeda dengan tema. Dalam puisi, tema berkaitan dengan arti sedangkan amanat berkaitan dengan makna karya sastra. Arti puisi bersifat lugas, objektif, dan khusus sedangkan makna bersifat kias, subjektif, dan umum (Jabrohim dkk, 2003: 67). Stephen Spender melalui Tarigan (1991: 48) menyebutkan lima hal yang diperlukan dalam menciptakan suatu puisi, yakni: (1) konsentrasi/consentration, (2) inspirasi/inspiration, (3) kenangan/memory, (4) keyakinan/faith, (5) lagu/song. Kelima unsur ini akan sangat berperan dalam menciptakan atau menulis puisi. Penilaian Keterampilan Menulis Puisi Menurut Arifin yang dikutip Suriamiharja dkk (1996: 5), keterampilan menulis dapat dilihat melalui jalan tes; karena tes merupakan suatu cara dalam angka kegiatan evaluasi, yang di dalamnya terdapat berbagai item atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh siswa, kemudian pekerjaan dan jawaban itu akan menghasilkan nilai tentang perilaku siswa tersebut. Nurgiyantoro (2001: 298 – 305) mengungkapkan bahwa cara menilai kemampuan menulis adalah melalui jalan tes. Namun, ditegaskan olehnya bahwa penilaian yang dilakukan terhadap karangan siswa biasanya bersifat holistik, impresif, dan selintas; yaitu penilaian yang bersifat menyeluruh berdasarkan kesan yang diperoleh dari membaca karangan siswa secara selintas. Selain penilaian yang bersifat holistik, diperlukan pula penilaian secara analitis agar guru dalam memberikan nilai secara lebih objektif dan dapat memperoleh informasi lebih rinci tentang kemampuan siswanya. Penilaian dengan pendekatan analitis merinci tulisan dalam kategori tertentu. Pengkategorian itu sangatlah bervariasi, bergantung pada jenis tulisan itu sendiri. Namun, pada pokoknya pengkategorian hendaknya meliputi: (1) kualitas dan ruang lingkup isi, (2) organisasi dan penyajian isi, (3) gaya dan bentuk bahasa, (4) mekanik: tata bahasa, ejaan, tanda baca, keterampilan tulisan, dan kebersihan, dan (5) respon afektif guru terhadap karya tulis. Nurgiyantoro (2001: 306) mencontohkan model penilaian dengan pemberian skala terhadap kategori-kategori seperti yang disebutkan di atas. Selain model di atas, terdapat pendekatan analisis lain yang dikemukakan Halim (lewat Nurgiyantoro, 2001: 306), meliputi: (1) isi gagasan yang dikemukakan, (2) organisasi isi, (3) tata bahasa dan pola kalimat, (4) pilihan struktur dan kosakata, dan (5) ejaan. Nurgiyantoro (2001: 307) memberikan contoh model penilaian tiap-tiap unsur dengan kemungkinan skor maksimum 100. Selain kedua model penilaian di atas, terdapat model lain yang lebih rinci dalam melakukan penyekoran sehingga lebih dapat dipertanggungjawabkan. Dalam penyekoran, model ini menggunakan skala interval untuk tiap tingkat tertentu pada setiap aspek yang dinilai. Model ini banyak dipergunakan pada program ESL (English as a Second Language). Bentuk model penilaian yang dimaksud, oleh Nurgiyantoro (2001: 307–308) yang dimodifikasi dari Hartfield dkk Penilaian terhadap kemampuan menulis puisi dirasakan sulit oleh berbagai kalangan. Penentuan kriteria penilaian juga mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan oleh sulitnya menentukan kisi-kisi penilaian yang dapat mencakup semua aspek yang terdapat dalam puisi. Bentuk tulisan puisi memang sangat bervariasi sehingga untuk menentukan kriteria penilaian tes menulis puisi menjadi sulit. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan digunakan kriteria yang sekiranya dapat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menulis puisi. Adapun kisi-kisi penilaian tes menulis puisi memuat unsur-unsur yang terdapat dalam puisi, yakni bentuk (metode) dan isi (hakekat) puisi Kerangka Pikir Sumbangan Kebiasaan Menyimak Lagu terhadap Kemampuan Menulis Puisi Hubungan antara lagu dengan puisi jelas sangat erat. Salah satu unsur yang menonjol dalam puisi ialah ritme dan nada. Unsur tersebut juga terdapat dalam lagu. Bahkan Tarigan (1991: 5) mengemukakan bahwa salah satu maksud utama puisi pada umumnya “not to speak but to sing”, “bukan berbicara tetapi berdendang”. Dengan membiasakan diri menyimak lagu, tentunya penyimak akan mendapatkan referensi tentang irama yang dapat digunakan sebagai modal untuk menulis puisi. Penyimak bahkan akan mendapatkan kosakata melalui lirik lagu yang disimak. Kosakata yang terdapat dalam lirik lagu tentunya mengandung gaya bahasa yang tinggi. Kosakata tersebut juga menjadi modal bagi seseorang untuk menulis puisi. Dengan demikian, kebiasaan menyimak lagu akan memberikan kontribusi terhadap kemampuan menulis puisi siswa. Semakin besar intensitas menyiak lagu seorang siswa akan semakin banyak kosakata yang didapat, semakin matang pengalaman musikal yang didapat, dan semakin banyak pula pengalaman estetik. Semua itu dapat menjadi penyumbang dalam menulis puisi. Sumbangan Kebiasaan Membaca Kreatif terhadap Kemampuan Menulis Puisi Membaca kreatif pada hakikatnya adalah menerapkan hasil bacaannya dalam kehidupan sehari-hari. Hasil kreativitas membaca dapat diterapkan dalam bentuk tulisan. Semakin banyak kita membaca dengan kreatif, semakin banyak hasil menulis kreatif. Sebab, dengan membaca, kita akan mendapatkan bahan untuk menulis. Salah satu bentuk menulis kreatif ialah menulis puisi. Dalam menulis puisi, diperlukan suatu proses kreatif. Salah satunya ialah melalui membaca kreatif. Sebagai contoh ialah membaca teks lagu atau membaca cerita. Hasil bacaan itu dapat dimodifikasi menjadi sebuah tulisan puisi. Tentu saja dalam memodifikasi bahan bacaan itu memerlukan teknik membaca, yaitu dengan membaca kreatif. Dengan demikian, antara membaca kreatif dengan kemampuan menulis puisi mempunyai hubungan yang erat. Seseorang tidak akan mempunyai kemampuan yang baik untuk menulis tanpa kebiasaan membaca. Apalagi menulis puisi yang memerlukan proses kreatif terlebih dahulu. Membaca kreatif dapat dijadikan sebuah proses kreatif dalam menulis puisi. Jadi, kebiasaan membaca kreatif akan memberikan sumbangan terhadap kemampuan menulis puisi melalui proses kreatif menulis puisi yang didahului dengan proses kreatif dalam membaca. Sumbangan Kebiasaan Menyimak Lagu dan Kebiasaan Membaca Kreatif terhadap Kemampuan Menulis Puisi Anak mengenal bahasa melalui menyimak. Setelah menyimak anak tersebut berusaha untuk berbicara menirukan bahasa yang disimak. Tahap berikutnya, anak akan berlatih membaca dan berusaha untuk mengenal bentuk tulisan (wacana). Setelah itu, ia akan berusaha untuk menulis. Dengan kebiasaan menyimak lagu misalnya, pemerolehan kosakata dan model atau bentuk puisi yang diperoleh dari lirik lagu serta irama lagu akan menjadi sebuah kontribusi yang signifikan dalam proses kreatif menulis puisi. Proses kreatif menulis puisi itu akan semakin sempurna dengan kegiatan membaca kreatif. Hasil bacaan lirik lagu atau bacaan cerita dapat menjadi kontribusi dalam menulis puisi. Dengan demikian, keberhasilan menulis kreatif karya sastra khususnya puisi berhubungan dengan kegiatan menyimak dan membaca. Kesanggupan mengamalkan pemerolehannya dari kegiatan menyimak lagu dan membaca kreatif merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam kegiatan menulis puisi. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa menyimak lagu dan membaca kreatif memberikan sumbangan yang signifikan terhadap kemampuan menulis puisi. Pengajuan Hipotesis Hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah: terdapat sumbangan yang efektif kebiasaan menyimak lagu terhadap kemampuan menulis puisi siswa kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi Kalimantan Selatan terdapat sumbangan yang efektif kebiasaan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi siswa kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi Kalimantan Selatan terdapat sumbangan yang efektif kebiasaan menyimak lagu dan kebiasaan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi siswa kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi Kalimantan Selatan BAB III METODE PENELITIAN Desain Penelitian Sesuai dengan tujuannya, penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain regresi, yakni pada prinsipnya hampir sama dengan korelasi karena mencari hubungan antarvariabel. Namun dalam desain regresi, kekuatan arah hubungan sudah jelas, mana yang dipandang sebagai variabel bebas dan mana yang dipandang sebagai variabel terikat. Penelitian ini menggunakan desain ex post facto. Penelitian ini hanya mengambil data yang telah tersedia dan tidak melakukan tindakan di lapangan. Peneliti tidak perlu memberikan perlakuan terhadap sampel penelitian tetapi tinggal melihat efeknya pada variabel terikat. Terdapat tiga variabel dalam penelitian ini. Kebiasaan menyimak lagu (X1) dan membaca kreatif (X2) merupakan variabel bebas sedangkan kemampuan menulis puisi (Y) merupakan variabel terikat. Hubungan antarvariabel dapat digambarkan dalam desain penelitian sebagai berikut Gambar 1: Desain penelitian Keterangan: X1 = kebiasaan menyimak lagu X2 = kebiasaan membaca kreatif Y = kemampuan menulis puisi Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). 1. Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kebiasaan menyimak lagu (X1) dan kebiasaan membaca kreatif (X2). 2. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis puisi (Y). Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Penelitian Menurut Arikunto (1996: 115) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Selanjutnya, populasi ditinjau dari jumlahnya terdiri atas (1) jumlah terhingga, dan (2) jumlah tidak terhingga. Populasi jumlah terhingga terdiri atas elemen dengan jumlah tertentu sedangkan populasi jumlah tak terhingga adalah elemen yang sukar dicari batasnya. Populasi penelitian ini termasuk dalam populasi jumlah terhingga karena yang menjadi populasi sudah diketahui jumlahnya, yaitu siswa kelas XII SMA Negeri 1 Parakan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah tahun ajaran 2006/2007. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas Y = kemampuan menulis puisi Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). 1. Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kebiasaan menyimak lagu (X1) dan kebiasaan membaca kreatif (X2). 2. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis puisi (Y). Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Penelitian Menurut Arikunto (1996: 115) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Selanjutnya, populasi ditinjau dari jumlahnya terdiri atas (1) jumlah terhingga, dan (2) jumlah tidak terhingga. Populasi jumlah terhingga terdiri atas elemen dengan jumlah tertentu sedangkan populasi jumlah tak terhingga adalah elemen yang sukar dicari batasnya. Populasi penelitian ini termasuk dalam populasi jumlah terhingga karena yang menjadi populasi sudah diketahui jumlahnya, yaitu siswa kelas Y = kemampuan menulis puisi Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). 1. Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kebiasaan menyimak lagu (X1) dan kebiasaan membaca kreatif (X2). 2. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis puisi (Y). Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Penelitian Menurut Arikunto (1996: 115) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Selanjutnya, populasi ditinjau dari jumlahnya terdiri atas (1) jumlah terhingga, dan (2) jumlah tidak terhingga. Populasi jumlah terhingga terdiri atas elemen dengan jumlah tertentu sedangkan populasi jumlah tak terhingga adalah elemen yang sukar dicari batasnya. Populasi penelitian ini termasuk dalam populasi jumlah terhingga karena yang menjadi populasi sudah diketahui jumlahnya, yaitu siswa kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi Kalimantan Selatan Sampel Penelitian Menurut Sugiyono (2005: 56), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Untuk menentukan berapa besarnya sampel yang harus diambil, digunakan Nomogram Harry King. Harry King menghitung sampel tidak hanya didasarkan kesalahan 5% saja, tetapi bervariasi sampai 15% (Sugiyono, 2005: 62). Dengan taraf signifikansi 5%, maka jumlah sampel yang diambil sebesar 60% sehingga jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 60% x 187 = 112,2 dan dibulatkan menjadi 113. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknikcluster random samplingat au cluster sampling. Suyata (1994: 34) mengemukakan bahwa cluster sampling ialah prosedur seleksi sampel yang unit seleksinya berupa klaster (kelas-kelas atau kelompok-kelompok). Pengambilan sampel dengan metode ini karena populasi telah terkelompok ke dalam bentuk kelas-kelas. Metode cluster sampling digunakan agar peneliti lebih mudah dan praktis dalam mengumpulkan data, dengan tidak mengabaikan bahwa setiap anggota populasi mendapatkan kesempatan yang sama untuk sampel. Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, digunakan teknik kuesioner dan tes. Kuesioner merupakan satu perangkat pertanyaan atau pernyataan tentang suatu hal dipakai untuk menjaring data yang sifatnya informatif faktual atau yang bersifat fakta konkret (Suyata, 1994: 38). Teknik kuesioner atau angket ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kebiasaan menyimak lagu dan kebiasaan membaca kreatif. Jenis angket dalam penelitian ini adalah: 1) angket tertutup, artinya responden tinggal memilih jawaban yang disediakan, 2) angket langsung, yaitu responden menjawab secara langsung, 3) angket jenis check list (responden memberi tanda √). Alasan pemilihan angket atau kuesioner sebagai teknik pengumpulan data karena: 1) subjek merupakan orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri, 2) apa yang dinyatakan subjek merupakan sesuatu yang benar dan dapat dipercaya, dan 3) subjek dapat menginterpretasikan pertanyaan dengan mudah. Adapun tes digunakan untuk menunjuk semua jenis instrumen yang dirancang untuk mengukur kemampuan seseorang dalam bidang tertentu (Suyata, 1994: 39). Dalam penelitian ini, metode tes digunakan untuk mengumpulkan data emampuan menulis puisi, yakni dengan menggunakan tes kemampuan menulis puisi. Instrumen Pengumpulan Data Dalam penelitian ini digunakan tiga instrumen untuk mengumpulkan data. Instrumen tersebut meliputi instrumen kebiasaan menyimak lagu, instrumen kebiasaan membaca kreatif, dan instrumen kemampuan menulis puisi. Adapun jenis instrumen yang digunakan berupa kuesioner atau angket dan tes. a. Instrumen Kebiasaan Menyimak Lagu Instrumen untuk memperoleh data mengenai kebiasaan menyimak lagu berbentuk angket. Isi angket ini berhubungan dengan faktor kebiasaan menyimak lagu dan diukur dengan kisi-kisi sebagai berikut: (1) perhatian terhadap lagu, (2) waktu dan intensitas mengikuti lagu, (3) keseriusan mengikuti lagu, (4) manfaat mengikuti lagu, dan (5) kesan terhadap lagu. Kelima hal tersebut dijadikan indikator dalam kisi-kisi instrumen. Setiap indikator diberi porsi 7 butir pertanyaan. Dengan demikian, jumlah pertanyaan dalam instrumen kebiasaan menyimak lagu adalah 35 butir pertanyaan. Setiap butir terdiri atas empat jawaban alternatif. Agar data yang diperoleh berupa data kuantitatif, setiap jawaban diberi skor. Skor pengukuran yang digunakan adalah model skala likert yang dilakukan dengan menyediakan skala jawaban terhadap suatu pernyataan/pertanyaan yang diberikan (Nurgiyantoro, 2001: 328). Skala jawaban SL (selalu) dengan skor 4, SR (sering) dengan skor 3, KD (kadang-kadang) dengan skor 2, dan TP (tidak pernah) dengan skor 1 Penyekoran ini tidak mutlak, artinya jika pertanyaan negatif maka skala penyekoran dibalik menjadi SL (selalu) dengan skor 1, SR (sering) dengan skor 2, KD (kadang-kadang) dengan skor 3, dan TP (tidak pernah) dengan skor 4. b. Instrumen Kebiasaan Membaca Kreatif Untuk memperoleh data mengenai kebiasaan membaca kreatif juga digunakan instrumen berupa angket. Adapun kisi-kisi instrumen angket yang berhubungan dengan kebiasaan membaca kreatif ialah (1) waktu dan intensitas membaca kreatif, (2) keseriusan membaca kreatif, (3) manfaat membaca kreatif, (4) kesan yang diperoleh setelah membaca kreatif, (5) hasil membaca kreatif. Setiap indikator diberi porsi 7 butir pertanyaan. Dengan demikian, jumlah pertanyaan dalam instrumen kebiasaan membaca kreatif adalah 35 butir pertanyaan. Instrumen kebiasaan membaca kreatif juga menggunakan empat alternatif jawaban dengan kriteria penyekoran seperti yang digunakan pada penyekoran instrumen kebiasaan menyimak lagu. Adapun penjabaran tiap-tiap indikator ke dalam butir pertanyaan Instrumen Kemampuan Menulis Puisi Instrumen untuk memperoleh data mengenai kemampuan menulis puisi berupa tes kemampuan menulis puisi. Tes kemampuan menulis puisi dibuat dalam bentuk tes esai. Penilaiannya dilakukan dengan berpedoman pada rambu-rambu penilaian tes menulis puisi. Adapun kisi-kisi penilaian menulis puisi 2. Uji Coba Instrumen Agar instrumen yang dipersiapkan untuk mengumpulkan data penelitian benar-benar mengukur apa yang hendak diukur, dilakukan ujicoba instrumen terhadap populasi. Tujuannya adalah untuk menguji validitas dan realibitas. Arikunto (1996: 158) mengatakan bahwa instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting, yaitu valid dan reliabel. Instrumen penelitian kebiasaan yang berupa 35 butir soal diujicobakan di kelas yang tidak dijadikan sampel penelitian. Ujicoba instrumen dilakukan di kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi pada hari selasa, tanggal 22 juni 2010 selama 2 jam pelajaran atau 90 menit. Ujicoba dilakukan pada 35 siswa. Selanjutnya, instrumen penelitian ini dievaluasi. Evaluasi dilakukan agar validitas dan reliabilitas sebuah instrumen dapat diketahui. Validitas Instrumen Instrumen penelitian dikatakan valid apabila dapat mengungkap data secara tepat atas variabel yang diteliti. Validitas konstruk (construct validity) digunakan untuk menguji kelayakan instrumen kebiasaan sedangkan pengujian instrumen tes kemampuan menulis puisi menggunakan validitas isi Untuk mengukur validitas butir soal, penelitian ini menggunakan korelasi product moment dari Pearson pada taraf signifikansi 5%. Kriteria uji validitas adalah apabila harga rhitung setelah dikonsultasikan dengan rtabel hasilnya sama atau lebih besar pada taraf signifikansi 5%, maka butir soal tersebut valid. Akan tetapi, jika harga rhitung setelah dikonsultasikan dengan rtabel harganya lebih kecil pada taraf signifikansi 5%, maka butir soal tersebut dinyatakan gugur. Pengujian kelayakan instrumen tes kemampuan menulis puisi menggunakan uji validitas isi. Menurut Nurgiyantoro (2001: 103), kesahihan isi menunjukkan pada pengertian apakah alat tes itu mempunyai kesejajaran (sesuai) dengan tujuan dan deskripsi bahan pelajaran yang diajarkan. Untuk mengetahui apakah instrumen tersebut mempunyai kesahihan isi, instrumen tersebut dikonsultasikan terlebih dahulu kepada orang yang ahli (expert judgement), dalam hal ini dengan dosen pembimbing dan guru bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia. Berdasarkan hasil uji validitas pada instrumen kebiasaan menyimak lagu dengan jasa komputer Program SPSS, 26 butir pertanyaan dinyatakan sahih/valid dan 9 butir dinyatakan gugur. Butir yang dinyatakan sahih yaitu butir nomor 2, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 14, 16, 17, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, dan 34 sedangkan butir yang dinyatakan gugur yaitu butir nomor 1, 3, 6, 12, 13, 15, 19, 25, dan 35. Ringkasan hasil uji validitas Hasil uji validitas instrumen kebiasaan membaca kreatif dengan jasa komputer Program SPSS adalah 26 butir soal dinyatakan sahih/valid dan 9 butir dinyatakan gugur. Butir pertanyaan yang dinyatakan sahih yaitu butir nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 25, 26, 27, 28, 29, , 31, 32, 33, 34, dan 35 sedangkan butir pertanyaan yang dinyatakan gugur adalah butir nomor 9, 11, 15, 20, 21, 22, 23, 24, dan 30. Ringkasan hasil uji validitas Setelah diperoleh butir-butir soal yang sahih, penulis menyusun kembali kisi-kisi instrumen kebiasaan menyimak lagu dan instrumen kebiasaan membaca kreatif yang semula tiap-tiap instrumen berjumlah 35 butir soal menjadi 26 butir soal eliabilitas Instrumen Reliabilitas menunjuk pada pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Reliabel artinya dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas menunjuk pada keterandalan pada sesuatu (Arikunto, 2002: 154). Instrumen dikatakan reliabel jika menunjukkan hasil yang tetap walaupun diujikan oleh siapa saja dan kapan saja. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik alpha cronbach. Suatu konstruk dinyatakan reliabel apabila memberikan nilai alpha cronbach > 0,60 (Nurgiyantoro dkk, 2000: 312). Teknik ini digunakan untuk mengetahui indeks reliabilitas alat ukur yang memerlukan jawaban bukan benar salah, melainkan semua jawaban benar, yang membedakan jawaban satu dengan lainnya hanyalah peringkat kebenarannya itu Nomor Koefisien Korelasi Kategori 1. 0.800 – 1.000
  11. YULI
    25/06/2010 pukul 12:57 pm
    NAMA : YULI NPM : 3060811512 JUR : PBSID Transfer JUDUL: KEMAMPUAN MENULIS PUISI, MENYIMAK LAGU DAN MEMBACA KREATIF PADA SISWA KELAS VI SDN KARUH KECAMATAN BATU MANDI KABUPATEN BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN (KALSEL) BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil ciptaan sastrawan, tidak datang dengan sendirinya. Sastrawan adalah bagian masyarakat yang menyadari perlunya berkomunikasi dengan manusia lain. Dengan demikian, sastrawan memerlukan pendengar atau pembaca untuk memahami hasil karyanya sebagai salah satu bentuk komunikasi. Sehubungan dengan hal itu, sastrawan berusaha menciptakan dunia rekaan berdasarkan kemampuan imajinasinya. Di dalam proses komunikasi semacam itu, sastrawan adalah pengirim pesan lewat karya sastranya sedangkan pendengar atau pembaca adalah penerima pesan. Untuk lebih memperkenalkan karya sastra kepada masyarakat, perlu diadakan pembelajaran sastra. Oleh karena itu, pembelajaran sastra diadakan di lembaga-lembaga pendidikan, terutama di sekolah. Pembelajaran sastra di sekolah tidak hanya bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan tentang apresiasi sastra, tetapi juga bertujuan agar siswa memiliki kemampuan dan keterampilan menciptakan/memproduksi atau menulis karya sastra. Dalam pelaksanaannya, pengajaran sastra sering diarahkan pada aspek pengetahuan saja. Materi yang diberikan kepada siswa hanya sampai pada pengetahuan tentang pengertian dan jenis karya sastra, periodisasi sastra Indonesia, nama-nama sastrawan dan karya-karyanya, dan materi-materi la aspek afektif dan psikomotorik masih sangat kurang porsinya. Karya sastra sendiri merupakan salah satu genre dari lingkup yang lebih luas, yakni seni. Dalam perkembangan tiap-tiap genre seni, acap kali terjadi dialog antargenre seni. Dialog tersebut menghasilkan suatu bentuk kolaborasi seni. Sebagai contoh adalah kolaborasi antara seni rupa dengan seni sastra menghasilkan bentuk kaligrafi, kolaborasi antara seni gerak dengan seni musik menghasilkan seni tari. Begitu pula dengan seni lagu. Lagu merupakan kolaborasi antara seni musik dengan seni sastra, khususnya puisi. Puisi merupakan salah satu genre sastra sedangkan sastra sendiri adalah bagian dari seni. Menurut Sudaryat dan Natasasmita (1987: 170), keindahan puisi terletak pada persamaan bunyi (rima, sajak) dan iramanya yang indah. Dengan demikian, sangat dimungkinkan terjadinya kolaborasi antara seni sastra (puisi) dengan seni musik. Keduanya (musik dan puisi) saling mendukung satu sama lain, baik isi maupun bentuknya. Keindahan puisi akan lebih terasa kalau dilagukan, misalnya dalam bentuk musikalisasi puisi. Begitu pula keindahan musik (lagu) akan terasa bermakna kalau dibahasakan (dengan puisi), dalam bentuk lirik lagu. Adanya kolaborasi antargenre seni, seperti seni musik dengan seni sastra (puisi), akan menghasilkan karya-karya kreatif. Dalam usaha menghasilkan karya- karya kreatif yang berupa puisi, baik yang berkolaborasi menjadi lirik lagu maupun yang independen sebagai puisi dapat melalui kegiatan menulis kreatif karya sastra berbentuk puisi. Kegiatan menulis puisi itu sendiri tidak datang dengan sendirinya melainkan melalui proses. Proses menghasilkan karya puisi dapat melalui kegiatan menyimak dan membaca terlebih dahulu. in yang hanya mencakup aspek kognitif saja. Adapun pembelajaran mengapresiasi dan memproduksi karya sastra (melalui kegiatan menulis karya sastra) yang mencakup Tidak dipungkiri bahwa puisi adalah seni yang bermediakan bahasa. Dalam pengajaran bahasa dan sastra, di sekolah diberikan empat jenis keterampilan berbahasa. Keempat jenis keterampilan tersebut adalah mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis. Penguasaan keterampilan berbahasa tersebut terjadi secara bertahap. Awalnya, anak mengenal bahasa melalui menyimak. Setelah menyimak, anak tersebut berusaha untuk berbicara menirukan bahasa yang disimak. Tahap berikutnya, anak akan berlatih membaca dan berusaha untuk mengenal bentuk tulisan (wacana). Setelah itu, ia akan berusaha untuk menulis. Jadi, antarkeempat keterampilan berbahasa tersebut memiliki keterkaitan yang erat. Empat keterampilan tersebut merupakan satu kesatuan, merupakan catur tunggal (Tarigan 1986: 2). Hubungan antarjenis keterampilan berbahasa ini sangat berkaitan dengan proses penciptaan puisi. Proses kreatif menulis puisi berkaitan dengan kegiatan menyimak, misalnya menyimak lagu. Mengingat, lagu erat kaitannya dengan lirik dan lirik itu sendiri identik dengan puisi. Dengan membiasakan diri menyimak lagu, penyimak akan mendapatkan referensi untuk kemudian diaplikasikan atau dituangkan kembali dalam bentuk puisi. Dengan menyimak lagu, setidak-tidaknya penulis puisi mendapatkan referensi tentang lirik, irama, ritme, dan kosakata – yang merupakan unsur-unsur penting yang terkandung dalam puisi – melalui lirik lagu yang disimak. Proses kreatif menulis puisi juga berkaitan dengan kegiatan membaca, utamanya membaca kreatif. Menurut Harras dan Sulistyaningsih (1997: 2.30), membaca kreatif memerlukan pencermatan ide-ide yang dikemukakan penulis kemudian dibandingkan dengan ide-ide sejenis yang mungkin berbeda. Dengan membaca kreatif, akan didapatkan ide baru yang diaplikasikan pembaca setelah kegiatan membaca itu dalam bentuk aktivitas yang akan meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam proses menulis puisi, aktivitas yang dimaksud setelah membaca kreatif adalah kegiatan menulis puisi itu sendiri berdasarkan ide-ide yang didapatkan dari bahan bacaan. Mengapa kegiatan menulis harus diajarkan? Sebab menulis dapat memberikan berbagai manfaat. Menurut Akhadiah (1995: 1), ada beberapa manfaat menulis. Menulis dapat menambah wawasan mengenai suatu topik karena penulis mencari sumber informasi tentang topik tersebut. Menulis merupakan sarana mengembangkan daya pikir atau nalar dengan mengumpulkan fakta, menghubungkannya, kemudian menarik kesimpulan. Menulis juga dapat memperjelas sesuatu kepada diri penulis karena gagasan-gagasan yang semula masih berserakan dan tidak runtut di dalam pikiran, dapat dituangkan secara runtut dan sistematis. Melalui kegiatan menulis, sebuah gagasan akan dapat dinilai dengan mudah. Manfaat menulis yang lainnya adalah dapat memecahkan masalah dengan lebih mudah, memberi dorongan untuk belajar secara aktif, dan membiasakan diri berpikir dan berbahasa secara tertib. Mengingat kemampuan menulis merupakan sebuah keterampilan penting yang harus dikuasai oleh siswa, perlu adanya pembinaan dan pengembangan secara intensif dan berkesinambungan Lebih khusus lagi, Jabrohim dkk (2003: 67) mengemukakan bahwa menulis kreatif sastra (puisi) merupakan suatu kegiatan seseorang “intelektual yang menuntut seorang penulis harus benar-benar cerdas, menguasai bahasa, luas wawasannya, sekaligus peka perasaannya. Syarat-syarat tersebut menjadikan hasil penulisan puisi berbobot intelektual, tidak sekedar bait-bait kenes, cengeng, dan sentimental. Menulis puisi juga dapat menggabungkan antara pengembangan fakta-fakta empirik dengan daya imajinasi menjadi sebuah tulisan yang bermakna bagi manusia yang mempunyai kesadaran eksistensial. Hal ini akan tercapai apabila penulis puisi (penyair) banyak mengasah kepekaan kritisnya dan banyak melaksanakan proses kreatif. Proses kreatif menulis puisi memberikan hasil yang positif bagi para siswa. Dengan menulis puisi, siswa dilatih untuk tidak meremehkan pengalaman- pengalamannya. Segala sesuatu yang dilihat dan dialaminya selalu tidak luput dari perhatiannya. Dia menjadikan semua yang dilihat, didengar, dan dirasa sebagai sesuatu yang bermakna bagi manusia. Wujud perhatian dan usaha menjadikan pengalaman-pengalaman itu sebagai sesuatu yang bermakna bagi manusia di antaranya adalah menuangkan atau menuliskan apa yang dialaminya ke dalam bentuk puisi (Jabrohim dkk, 2003: 31). Dengan demikian, ternyata untuk menghasilkan suatu karya puisi diperlukan serentetan tahapan proses kreatif, tidak semata-mata asal menulis. Proses kreatif yang akan dilalui penulis puisi, apalagi penulis yang masih dalam taraf pemula, harus dipelajari terlebih dahulu. Oleh karena itu, diperlukan suatu pembelajaran proses kreatif menulis puisi. Pengajaran menulis, khususnya penulisan kreatif sastra (puisi) ini menarik untuk dijadikan suatu penelitian. Tentu saja penelitian tersebut dapat dilakukan dengan melihat beberapa aspek. Salah satu aspek yang dapat diteliti adalah bagaimana proses kreatif menulis puisi siswa. Adakah hubungannya dengan kegiatan menyimak lagu dan membaca kreatif sebagai rentetan proses menulis puisi sehingga menghasilkan karya puisi? Kemudian, seberapa besarkah kontribusi kebiasaan menyimak dan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi? Hal inilah yang mendorong penelitian ini, yakni untuk meneliti seberapa besar sumbangan atau kontribusi kebiasaan menyimak lagu dan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi siswa. Sasaran penelitian adalah siswa kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi KALSEL mengingat siswa yang notabene berusia remaja tentunya menyukai dan membiasakan diri mendengarkan musik atau lagu, terutama yang sesuai dengan kondisi psikis mereka. kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi Kalimantan Selatan sebagai tempat penelitian karena SDN tersebut belum pernah dilakukan penelitian yang serupa. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, ternyata penelitian ini mengandung beberapa permasalahan yang dapat diteliti. Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain sebagai berikut. Adakah hubungan antara kebiasaan menyimak lagu dengan kemampuan menulis puisi siswa Kelas ?kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi KALSEL Adakah hubungan antara kebiasaan menyimak lagu dengan membaca kreatif siswa ?kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi KALSEL Adakah hubungan antara membaca kreatif dengan kemampuan menulis puisi siswa Kelas?kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi KALSEL Adakah hubungan antara kebiasaan menyimak lagu dan membaca kreatif dengan kemampuan menulis puisi siswa Kelas kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi KALSEL? Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi hubungan kebiasaan menyimak lagu dan membaca kreatif dengan kemampuan menulis puisi siswa Kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi KALSEL Seberapa besarkah kontribusi kebiasaan menyimak lagu terhadap kemampuan menulis puisi siswa kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi KALSEL? Seberapa besarkah kontribusi kebiasaan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi siswa Kelas kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi KALSEL? Seberapa besarkah kontribusi kebiasaan menyimak lagu dan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi siswa Kelaskelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi KALSEL ? Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah seperti tersebut di atas, masalah yang timbul cukup kompleks sehingga tidak memungkinkan untuk membahas semua masalah yang ada. Oleh karena itu, perlu adanya pembatasan masalah agar penelitian lebih terfokus. Adapun permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan besarnya kontribusi kebiasaan menyimak lagu terhadap kemampuan menulis puisi siswa Kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi KALSEL , (2) mendeskripsikan besarnya kontribusi kebiasaan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi siswa Kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi KALSEL dan (3) mendeskripsikan besarnya kontribusi kebiasaan menyimak lagu dan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi siswa Kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi KALSEL Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut. Seberapa besarkah kontribusi kebiasaan menyimak lagu terhadap kemampuan menulis puisi siswa Kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi KALSEL Seberapa besarkah kontribusi kebiasaan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi siswa Kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi KALSEL Seberapa besarkah kontribusi kebiasaan menyimak lagu dan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi siswa Kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi KALSEL Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang masalah, pembatasan masalah, dan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk:erhadap kemampuan menulis puisi siswa Kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi KALSEL mengetahui dan mendeskripsikan besarnya kontribusi kebiasaan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi siswa Kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi KALSEL mengetahui dan mendeskripsikan besarnya kontribusi kebiasaan menyimak lagu dan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi siswa Kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi KALSEL. Manfaat Penelitian Penelitian ini berada dalam lingkup kebiasaan menyimak lagu, membaca kreatif, dan kemampuan menulis puisi siswa Kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi KALSEL . Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut. Teoritis Penelitian ini berguna sebagai informasi untuk mengoptimalkan kebiasaan menyimak lagu dan membaca kreatif dalam hubungannya dengan kemampuan menulis puisi, khususnya bagi para siswa SD di sekolah dan masyarakat pada umumnya. Penelitian ini juga berguna untuk memberikan sumbangan bagi pengajaran apresiasi sastra, khususnya puisi, melalui pemanfaatan media lagu. Penelitian ini berguna pula untuk mengembangkan keterampilan menyimak dan membaca, khususnya membaca kreatif untuk mendukung keterampilan menulis kreatif sastra (puisi). Praktis Penelitian ini diharapkan menjadi landasan atau dasar dan sumber informasi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan upaya meningkatkan kebiasaan menyimak lagu, mengoptimalkan kebiasaan membaca kreatif, dan kemampuan menulis puisi G. Batasan Istilah Untuk memperoleh kejelasan konsep dan kesatuan pandangan dalam pembahasan, berikut ini dikemukakan pembatasan istilah untuk tiap-tiap variabel dalam penelitian ini. Kebiasaan adalah sesuatu yang telah biasa dilakukan. Menyimak ialah salah satu aspek keterampilan berbahasa yang menggunakan indera pendengar dengan intensif, interpretatif, dan apresiatif untuk memperoleh informasi atau pesan. Lagu ialah ragam suara yang berirama atau nyanyian, biasanya dengan disertai lirik yang bergaya puitis. Kebiasaan menyimak lagu merupakan kecenderungan individu untuk lebih memperhatikan dan menyenangi lagu-lagu dengan mendengarkannya melalui radio, tape recorder, atau televisi, atau media lain dan biasanya dilakukan secara rutin atau teratur. Membaca adalah suatu kegiatan untuk memperoleh dan memahami informasi dalam tulisan yang disampaikan penulis melalui media bahasa tulis. Membaca kreatif yaitu proses membaca untuk mendapatkan nilai tambah dari pengetahuan yang baru dalam bacaan kemudian diterapkan dalam kehidupan sehingga menghasilkan perubahan atau sesuatu yang berguna pada diri pembaca. Menulis ialah kegiatan menuangkan gagasan, ide, atau pendapat yang akan disampaikan kepada orang lain (pembaca) melalui media bahasa tulis untuk dipahami tepat seperti yang dimaksud oleh penulis. Puisi ialah salah satu genre karya sastra yang biasanya terdiri atas satu atau beberapa larik/baris yang membentuk kesatuan berupa bait dan membentuk kesatuan makna serta mempunyai nilai estetik. Menulis puisi merupakan kegiatan menuangkan ide dan imajinasi dalam bentuk puisi untuk mencapai efek keindahan atau estetis. Kemampuan menulis puisi yaitu kemampuan seseorang untuk menuangkan ide dan imajinasi dalam bentuk tulisan puisi BAB II KAJIAN TEORI Deskripsi Teori Keterampilan berbahasa yang meliputi keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis menjadi aspek penting dalam belajar bahasa dan sastra Indonesia. Keempat keterampilan berbahasa tersebut tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan lainnya. Keempat keterampilan tersebut juga mempunyai kedudukan yang saling mendukung dalam pencapaian keterampilan berbahasa seseorang. Dalam pengajaran keterampilan berbahasa, satu aspek keterampilan berhubungan dengan aspek keterampilan yang lain dalam kedudukan sejajar. Walaupun demikian, pemerolehan berbahasa secara umum dikuasai secara bertahap, yaitu mula-mula menyimak, berbicara, membaca, kemudian menulis. 1. Hakikat Menyimak Lagu Menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa. Salah satu kegiatan menyimak yang berhubungan erat dengan ragam bahasa sastra adalah menyimak lagu. Mengingat, lagu memuat lirik-lirik yang ragam bahasanya mirip dengan salah satu genre sastra, yaitu puisi. Berikut ini akan dipaparkan pengertian dan hakikat menyimak, lagu, dan hakikat menyimak lagu itu sendiri. a. Hakikat Menyimak Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 1066), menyimak berarti mendengarkan (memperhatikan) apa yang diucapkan atau dibaca orang atau meninjau (memeriksa, mempelajari) dengan teliti. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa menyimak merupakan kegiatan mendengarkan. Hanya bedanya, dalam kegiatan mendengarkan, kegiatan menerima bunyi ujaran melalui indra pendengar tidak secara intensif dan interpretatif. Sementara itu, Tarigan (1987: 28) mengidentifikasi bahwa menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan. Kegiatan itu dilakukan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, dan interpretasi untuk memperoleh informasi serta menangkap isi atau pesan yang disampaikan oleh penulisnya dengan media bahasa lisan. Menurut Suriamiharja (1996: 12-13), menyimak merupakan kegiatan melakukan proses pemahaman yang berarti menambah pengetahuan. Kegiatan menyimak berperan sebagai: (1) dasar belajar bahasa, (2) penunjang keterampilan berbicara, membaca, dan menulis, (3) pelancar komunikasi lisan, dan (4) penambahan informasi. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat diketahui bahwa menyimak merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang menggunakan indera pendengar dengan intensif, interpretatif, dan apresiatif untuk memperoleh informasi atau pesan. Lagu Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 624), lagu berarti ragam suara yang berirama (dalam bercakap, bernyanyi, membaca, dan sebagainya), nyanyian, atau ragam nyanyi (musik, gamelan, dan sebagainya). Di dalam lagu biasanya terdapat lirik lagu yang menggunakan kata-kata puitis. Oleh karena itu, lagu sangat berhubungan dengan puisi karena keduanya sama-sama mempunyai unsur irama. Sakdiyah (2002) mengutip pendapat Maley yang menyatakan bahwa lagu dan puisi sangatlah berirama. Unsur irama ini merupakan petunjuk susunan atau struktur pesan yang terdapat di dalam lagu atau puisi. Sakdiyah (2002) juga menyatakan bahwa lagu dapat dianggap sebagai suatu alat dan bahan yang efektif untuk pengajaran apresiasi puisi. Hal ini sejalan dengan pendapat Orlova yang dikutip Sakdiyah (2002), yang menyebutkan bahwa lagu dianggap sebagai suatu alat yang efektif untuk pengajaran bahasa. Untuk mendukung pendapatnya tersebut, Orlova juga mengemukakan beberapa alasan antara lain: (1) lagu dapat menampilkan fungsi yang berbeda dalam pengajaran bahasa (terutama puisi), (2) lagu dapat menjadi pendorong untuk melakukan percakapan di kelas, (3) lagu dapat memotivasi suatu pendekatan emosional untuk belajar bahasa, (4) lewat lagu siswa dapat mengekspresikan sikapnya terhadap apa-apa yang telah dia dengar, dan (5) lagu juga dapat membantu perkembangan estetis seseorang. Berdasarkan uraian tersebut, lagu berhubungan erat dengan puisi. Lagu dapat dijadikan sebagai salah satu media pembelajaran puisi, baik pembelajaran apresiasi maupun penulisan kreatif puisi. Penggunaan media lagu akan menambah ketertarikan siswa dalam belajar sastra terutama puisi. Menyimak Lagu Menyimak lagu adalah suatu kegiatan mendengarkan secara intensif dan interpretatif suatu pesan yang berbentuk lagu. Adapun kebiasaan menyimak lagu merupakan kegiatan menyimak lagu yang dilakukan terus-menerus dan telah menjadi suatu kebiasaan. Kegiatan menyimak lagu yang telah menjadi kebiasaan akan menumbuhkan pengalaman musikal. Pengalaman ini sangat berguna bagi siswa. Pengalaman musikal ini dapat digunakan sebagai salah satu sarana pembelajaran menulis kreatif puisi. 2. Hakikat Membaca Kreatif Membaca juga termasuk salah satu keterampilan berbahasa. Kegiatan membaca kreatif, sebagai salah satu tingkatan dalam keterampilan membaca, mempunyai peran yang besar dalam penciptaan sebuah karya sastra, khususnya puisi. Berikut ini dijelaskan hakikat membaca, tujuan membaca, dan pengertian membaca kreatif. a. Pengertian Membaca Menurut Hodgoson yang dikutip oleh Tarigan (1987: 7), membaca merupakan suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media bahasa tulis. Dijelaskan pula bahwa membaca dapat dianggap sebagai proses untuk memahami hal tersirat dan melibatkan pikiran yang terkandung dalam kata-kata yang tertulis. Saat melakukan kegiatan membaca, pembaca memerlukan kejelian untuk mengetahui isi yang tersurat sekaligus yang tersirat. Finochiaro dan Bonomo seperti dikutip oleh Tarigan (1987: 8), secara singkat menjelaskan bahwa reading adalah bringing meaning and getting meaning from printed or written material, memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahasa tertulis. Pendapat lain yang dikemukakan oleh Lado dalam tulisan Tarigan (1987: 9) bahwa membaca adalah memahami pola-pola bahasa dari gambaran tertulisnya. Di lain pihak, Sugirin (1997: 3) menyatakan bahwa membaca adalah memahami isi buku sesuai dengan yang dimaksud oleh penulisnya. Pemahaman akan suatu isi buku atau bacaan merupakan hasil dari proses membaca, yaitu proses interaksi antara pembaca dan penulis. Paham akan suatu isi bacaan merupakan indikator kemampuan pembaca dalam memahami teks. Dengan demikian, kemampuan membaca pada dasarnya berkaitan dengan tingkat pemahaman dalam membaca sedangkan pemahaman terhadap suatu bacaan sangat dipengaruhi oleh faktor kebiasaan membaca. Berdasarkan beberapa kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu kegiatan untuk memperoleh dan memahami informasi dalam tulisan yang disampaikan penulis melalui media bahasa tulis. b. Tujuan Membaca Tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, dan memahami makna bacaan (Tarigan, 1987: 9). Anderson lewat Tarigan (1987: 9-10) mengemukakan tujuan membaca adalah untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details facts), memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas), mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for sequence or organization), menyimpulkan (reading for inference), mengklasifikasikan (reading to classify), mengevaluasi (reading to evaluate), membandingkan (reading to compare or contrast). c. Membaca Kreatif Harras dan Sulistyaningsih (1997: 2.29) mengutip dari Dictionary of Reading menyebutkan bahwa membaca kreatif (creative reading) merupakan proses membaca untuk mendapatkan nilai tambah dari pengetahuan yang baru yang terdapat dalam bacaan dengan mengidentifikasi gagasan yang menonjol atau mengkombinasikan pengetahuan yang sebelumnya pernah didapatkan. Pembaca kreatif dituntut untuk cermat dalam menyikapi ide-ide dari bahan bacaan. Setelah itu, pembaca kreatif harus membandingkannya dengan ide sejenis yang mungkin berbeda. Membaca kreatif merupakan tingkatan tertinggi dari kemampuan membaca. Hal ini disebabkan oleh tuntutan bahwa setelah membaca, seseorang harus menerapkannya untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Menurut Nurhadi seperti dikutip oleh Harras dan Sulistyaningsih (1997: 2.30), ciri-ciri pembaca kreatif ialah: (1) kegiatan membaca tidak berhenti pada saat menutup buku, (2) mampu menerapkan bahan bacaan untuk kepentingan hidupnya, (3) muncul perubahan sikap dan perilaku setelah membaca, (4) hasil membaca berlaku sepanjang masa, (5) kritis dan kreatif dalam menilai bahan-bahan bacaan, (6) mampu memecahkan masalah kehidupan berdasarkan hasil bacaan yang telah dibaca. Sejalan dengan pendapat di atas, Jabrohim dkk (2003: 72 – 75) secara lebih umum memperinci ciri-ciri orang kreatif, yaitu; (1) keterbukaan terhadap pengalaman baru dan mudah bereaksi alternatif-alternatif baru mengenai suatu keadaan, (2) keluwesan (fleksibel) dalam berpikir artinya ia dapat memilih dan mengetahui berbagai pendekatan yang mungkin dapat dipergunakan dalam memecahkan suatu persoalan tanpa mengabaikan tujuan utamanya, (3) kebebasan dalam mengemukakan pendapat, cenderung tidak suka berdiam diri terhadap keadaan sebagaimana adanya yang kurang memuaskan, dan cenderung ingin membuat bentuk yang baru dari suatu objek yang diamatinya, (4) imajinatif, dan berpendapat bahwa tidak ada yang tidak mungkin terjadi, (5) perhatiannya yang besar pada kegiatan cipta-mencipta suatu karya kreatif, (6) keteguhan dalam mengajukan pendapat atau pandangan, dan (7) kemandiriannya dalam mengambil keputusan. Dalam Kompas Cyber Media (2005) disebutkan lebih spesifik bahwa ciri- ciri pembaca kreatif adalah: (1) Kegiatan membaca yang dilakukan tidak berhenti sampai pada saat ia selesai membaca buku, (2) Ia mampu menerapkan hasil membacanya untuk kehidupan sehari-hari, (3) Muncul perubahan sikap serta tingkah laku setelah proses membaca dilakukan, (4) Hasil membaca akan berlaku dan diingat sepanjang masa, (5) Mampu menilai secara kritis dan kreatif bahan- bahan bacaannya, (6) Mampu memilih atau menentukan bahan bacaan yang tepat sesuai dengan kebutuhan atau minatnya, (7) Mampu memecahkan masalah kehidupan sehari-hari yang sedang dihadapi dengan menggunakan bacaan sebagai pegangan, (8) Tampak kemajuan dalam cara berpikir atau cara pandang terhadap suatu masalah, (9) Terbentuk kematangan dalam cara pandang, sikap, dan cara berpikir, (10) Tampak wawasan semakin jauh ke depan dan mampu membuat analisis sederhana terhadap suatu persoalan, (11) Ada peningkatan dalam prestasi atau profesionalisme kerja, (12) Semakin berpikir praktis dan pragmatis dalam segala persoalan, (13) Semakin kaya ide baik dalam meningkatkan mutu maupun membuat terobosan baru dalam memecahkan persoalan, (14) Semakin kuat dorongan untuk membaca dan mencari terus sumber-sumber baru, dan (15) Semakin enak diajak bertukar pikiran atau pengalaman karena ia semakin kaya wawasan. Ciri-ciri pembaca kreatif tersebut di atas tidak akan dimiliki oleh seseorang tanpa adanya suatu pembiasaan. Kegiatan membaca kreatif harus menjadi sebuah kebiasaan agar ciri-ciri tersebut di atas dapat tercapai. Kebiasaan membaca kreatif akan memberikan banyak manfaat yang positif bagi diri pembaca. Untuk memicu daya kreatif, ada empat langkah yang ditawarkan: (1) berjanjilah untuk membaca secara kreatif setiap hari, (2) membaca secara sedikit demi sedikit, (3) bacalah sesuatu dari beragam sumber bacaan, (4) terapkan apa yang dibaca dalam kehidupan sehari-hari (Kisyani dan Laksono, 2002). Pada sisi lain, menurut Kisyani dan Laksono (2002), membaca buku merupakan kegiatan yang memasukkan kata-kata dan ide ke dalam diri seseorang (pembaca). Semakin berkualitas kata-kata dan ide yang masuk dalam diri pembaca, semakin berkualitaslah pembaca itu. Tulisan yang berkualitas akan mendorong timbulnya gagasan cemerlang, tambahan kosakata, dan hal-hal penting lainnya. Semua itu akan diserap otak dan disimpan serta dipancarkan ke seluruh tubuh. Lewat kata dan ide yang berkualitas, pembaca dapat meneruskan dan menindaklanjuti hasil bacaannya pada tahap menulis dan berbicara kepada orang lain untuk membaca atau mendengarkan apa yang dia tulis dan ujarkan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada intinya kegiatan membaca kreatif adalah suatu proses membaca yang memerlukan follow up (tindak lanjut), yakni berupa penerapan terhadap apa yang dibaca dalam kehidupan sehari-hari untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Adapun bentuk follow up tersebut bermacam-macam. Sebagai contoh, setelah kita membaca teks lirik lagu secara kreatif kita dapat menuangkan kembali ide yang terdapat dalam teks lagu itu ke dalam bentuk puisi. Contoh lain misalnya, setelah kita membaca suatu cerpen secara kreatif kita dapat membuat sebuah film berdasarkan cerita di dalam cerpen tersebut. 3. Hakikat Kemampuan Menulis Puisi Puisi sebagai salah satu genre sastra, sebagian besar diciptakan dan dituangkan dalam bentuk tulisan. Dengan dituangkannya hasil penciptaan puisi dalam bentuk tulisan, puisi akan lebih bertahan lama daripada hanya diciptakan dan disampaikan dalam bentuk lisan. Dengan demikian, sangat jelas bahwa aktivitas penciptaan karya sastra beserta proses kreatifnya berkaitan erat dengan keterampilan menulis, mengingat karya sastra adalah salah satu genre seni yang bermediakan bahasa. Berikut ini dipaparkan pengertian menulis, tujuan dan manfaat menulis, hakikat puisi, pengertian menulis puisi, dan penilaian keterampilan menulis puisi a. Pengertian Menulis Keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan untuk mengungkapkan ide, pikiran, perasaan kepada orang lain. Melalui tulisan, seseorang dapat berkomunikasi tanpa berhadap-hadapan langsung. Menurut Hastuti (1992), keterampilan menulis adalah keterampilan yang sangat kompleks. Menulis melibatkan cara berpikir dan kemampuan mengungkapkan pikiran gagasan, perasaan dalam bentuk bahasa tertulis dengan memperhatikan beberapa syarat, yaitu: (1) keteraturan gagasan, (2) kemampuan menyusun kalimat yang jelas dan efektif, (3) keterampilan menyusun paragraf, (4) menguasai teknik penulisan seperti penemuan tanda baca (pungtuasi), dan (5) memiliki sejumlah kata yang diperlukan. Tarigan (1986: 21) menyatakan bahwa menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan salah satu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang- lambang grafik tersebut. Menulis bukan sekedar menggambarkan huruf-huruf, tetapi juga menyampaikan pesan melalui gambar huruf-huruf tersebut berupa karangan. Karangan sebagai ekspresi pikiran, gagasan ide, pendapat, pengalaman disusun secara sistematis dan logis. Keterampilan menulis dibutuhkan untuk merekam, meyakinkan, memberitahukan, serta mempengaruhi orang lain. Semua tujuan hanya dapat diperoleh apabila disusun dan disampaikan dengan jelas. Menurut Akhadiah (1995: 2), menulis dapat didefinisikan sebagai: (1) merupakan suatu bentuk komunikasi, (2) merupakan proses pemikiran yang dimulai dengan pemikiran tentang gagasan yang akan disampaikan, (3) merupakan bentuk komunikasi yang berbeda dengan bercakap-cakap; dalam tulisan tidak terdapat intonasi, ekspresi wajah, gerakan fisik, serta situasi yang menyertai percakapan, (4) merupakan suatu ragam komunikasi yang perlu dilengkapi dengan alat-alat penjelas serta ejaan dan tanda baca, (5) merupakan bentuk komunikasi untuk menyampaikan gagasan penulis kepada khalayak pembaca yang dibatasi oleh jarak,tempat, dan waktu. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah salah satu bentuk komunikasi untuk menyampaikan ide secara teratur dan sistematik melalui bahasa tulis dengan tujuan tertentu. b. Tujuan dan Manfaat Menulis Hakim (1995) menyatakan bahwa keterampilan menulis menjadi salah cara untuk berkomunikasi, karena dalam pengertian tersebut muncul adanya kesan pengiriman dan penerimaan pesan. Dengan demikian, tulisan harus dapat dibaca dan mudah dipahami agar penerima pesan dapat menangkap pesan secara baik dan benar. Hipple (dalam Tarigan, 1987: 309-311) mengemukakan tujuan menulis yang meliputi: (1) penugasan, (2) altruistik, (3) persuasif, (4) informasional tujuan penerangan, (5) pernyataan diri, (6) kreatif, dan (7) pemecahan masalah. Selain memiliki tujuan, kegiatan menulis dapat memberikan berbagai manfaat. Menurut Akhadiah (1995: 1), beberapa manfaat menulis adalah: (1) wawasan mengenai suatu topik bertambah karena penulis mencari sumber informasi tentang topik tersebut, (2) mengembangkan daya pikir atau nalar dengan mengumpulkan fakta, menghubungkan, kemudian menarik kesimpulan, (3) memperjelas sesuatu kepada diri penulis karena gagasan-gagasan yang semula masih berserakan di dalam pikiran, dituangkan secara runtut dan sistematis, (4) dengan mudah dapat menilai gagasan karena gagasan tersebut sudah berbentuk sesuatu yang riil dan dapat dilihat secara langsung, (5) dapat memecahkan masalah dengan lebih mudah, (6) memberi dorongan untuk belajar secara aktif, dan (7) membiasakan diri berpikir dan berbahasa secara tertib. Manfaat-manfaat menulis tersebut akan dapat dirasakan jika penulis mempunyai tujuan yang jelas dalam menulis. c. Hakikat Puisi Puisi merupakan salah satu genre sastra. Pengertian puisi sungguh beragam dan masih sering dipertanyakan. Beberapa ahli sastra merumuskan pengertian puisi dengan menggunakan berbagai pendekatan. Padahal, satu pendekatan saja tidak mungkin mencakup seluruh aspek yang terdapat dalam puisi. Oleh karena itu, wajar jika satu pengertian yang dikemukakan seorang ahli berbeda dengan pengertian yang dilontarkan oleh ahli yang lain. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 903), puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait atau merupakan gubahan di bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus. Sumardjo dan Saini K.M. menggolongkan puisi sebagai karya sastra imajinatif. Puisi merupakan jaringan irama dan bunyi serta jaringan citra dan lambang. Sementara itu, Pradopo (2002: 7) menyatakan bahwa puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indra dalam susunan yang berirama. Puisi merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting dan digubah dalam wujud yang paling berkesan. Puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Semua itu merupakan sesuatu yang penting, yang direkam dan diekspresikan, dinyatakan dengan menarik dan memberi kesan. Puisi itu merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan (Pradopo, 1993 : 7). Sementara itu, Sayuti (2002: 3 – 4) menyatakan bahwa secara sederhana puisi dapat dirumuskan sebagai “sebentuk pengucapan bahasa yang memperhitungkan adanya aspek bunyi-bunyi di dalamnya, yang mengungkapkan pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual penyair yang ditimba dari kehidupan individual dan sosialnya; yang diungkapkan dengan teknik pilihan tertentu, sehingga puisi itu mampu membangkitkan pengalaman tertentu pula dalam diri pembaca atau pendengar-pendengarnya”. Luxemburg dkk. (1986: 175) menyatakan bahwa teks puisi ialah teks-teks monolog yang isinya tidak pertama-tama sebuah alur. Teks puisi bercirikan penyajian tipografik tertentu. Definisi ini tidak hanya mencakup jenis-jenis sastra, melainkan juga ungkapan bahasa yang bersifat pepatah, pesan iklan, semboyan politik, syair lagu-lagu pop, dan doa-doa. Adapun A. Richard seperti dikutip Tarigan (1991: 9) menyatakan bahwa hakikat puisi mengandung makna keseluruhan yang merupakan perpaduan dari tema, perasaan, nada, dan amanat. Dengan demikian, hakekat puisi menurut Richards terdiri atas (1) tema/makna (sense), (2) rasa (feeling), (3) nada (tone), dan (4) amanat/tujuan/maksud (intention) (Tarigan, 1991: 10). Hal ini sejalan dengan Sumardjo dan Saini K.M. (1997: 124-125) yang menyatakan 4 arti puisi, yakni arti lugas (gagasan penyair), perasaan penyair, nada, dan itikad. Puisi sebagai salah satu bentuk karya sastra harus mengandung fungsi estetik yang ada dalam setiap penciptaan karya sastra. Wellek dan Warren (1968: 25) mengemukakan bahwa paling baik kita memandang kesusastraan sebagai karya yang di dalamnya fungsi estetikanya dominan, yaitu fungsi seninya yang berkuasa. Tanpa fungsi seni, karya kebahasaan tidak dapat disebut sebagai karya (seni) sastra. Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra. Oleh karena itu, fungsi estetiknya dominan, artinya di dalamnya terdapat unsur-unsur keindahan. Unsur- unsur keindahan ini merupakan unsur-unsur kepuitisan, misalnya persajakan, diksi (pilihan kata), irama, dan gaya bahasa. Gaya bahasa dalam puisi meliputi semua penggunaan bahasa secara khusus yang bertujuan untuk mendapatkan efek tertentu, yakni efek estetikanya atau aspek kepuitisannya (Pradopo, 1994: 47). Jenis-jenis gaya bahasa itu meliputi semua aspek bahasa, yaitu bunyi, kata, kalimat, dan wacana yang dipergunakan secara khusus untuk mendapatkan efek tertentu itu. Semua itu merupakan aspek estetika atau aspek keindahan puisi. Berdasarkan pengertian-pengertian puisi di atas, dapat disimpulkan bahwa puisi ialah hasil imajinasi dan gagasan penyair yang dituangkan dalam bentuk tipografi yang spesifik. Menulis Puisi Menulis puisi merupakan salah satu bentuk menulis kreatif. Menulis puisi adalah suatu kegiatan intelektual, yakni kegiatan yang menuntut seseorang harus benar-benar cerdas, menguasai bahasa, luas wawasannya, dan peka perasaannya. Menulis puisi bermula dari proses kreatif, yakni mengimajikan atau mengembangkan fakta-fakta empirik yang kemudian diwujudkan dalam bentuk puisi. Kemudian, untuk menuangkannya menjadi sebentuk puisi, kita harus terlebih dahulu memahami unsur-unsur pembentuk puisi (Jabrohim dkk., 2003: 31-33). Adapun unsur-unsur pembangun puisi menurut Jabrohim dkk. (2003: 35- 57) ialah diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif, versifikasi, tipografi, dan sarana retorika. Tarigan (1991: 28) menyatakan bahwa metode puisi terdiri atas (1) diksi, (2) imaji/imagery, (3) kata nyata, (4) majas, (5) ritme dan rima. Hal ini sejalan dengan unsur-unsur puisi yang disebutkan oleh Sayuti. Sayuti (2002) menyebutkan bahwa unsur-unsur yang terkandung dalam puisi meliputi bunyi dan aspek-aspeknya, diksi, citraan, bahasa kias, sarana retorik, wujud visual, dan makna puisi. Kedua pendapat tersebut didukung oleh Waluyo (1987: 27) yang menyatakan bahwa struktur fisik puisi terdiri atas baris-baris puisi yang bersama sama membangun bait-bait puisi. Selanjutnya, bait-bait itu membangun kesatuan makna di dalam keseluruhan puisi sebagai sebuah wacana. Struktur fisik ini merupakan medium pengungkap struktur batin puisi. Adapun unsur-unsur yang termasuk dalam struktur fisik puisi menurut Waluyo adalah (1) diksi, (2) pengimajian, (3) kata konkret, (4) majas (meliputi lambang dan kiasan), (5) versifikasi (meliputi rima,ritma, dan metrum), (6) tipografi, dan (7) sarana retorika. Dengan demikian ada tujuh macam unsur yang termasuk struktur fisik. Adapun struktur batin puisi menurut Waluyo terdiri atas tema, nada, perasaan, dan amanat.Diksi atau pilihan kata mempunyai peranan penting dan utama untuk mencapai keefektifan dalam penulisan suatu karya sastra, khususnya puisi. Agar mencapai diksi yang baik, seorang penulis harus memahami secara lebih baik masalah kata dan maknanya, tahu bagaimana memperluas dan mengaktifkan kosakata, harus mampu memilih kata yang tepat yang sesuai dengan situasi yang dihadapinya, dan harus mengenali dengan baik macam corak gaya bahasa sesuai dengan tujuan penulisan. Adapun pengimajian berguna untuk memberi gambaran yang jelas, menimbulkan suasana khusus, membuat hidup gambaran dalam pikiran dan pengindraan, untuk menarik perhatian, dan untuk memberikan kesan mental atau bayangan visual penyair. Gambaran angan, gambaran pikiran, kesan mental, dan bahasa yang menggambarkannya biasa disebut dengan istilah citra atau imaji. adapun cara membentuk kesan mental atau gambaran sesuatu biasa disebut dengan istilah citraan (imagery). Hal-hal yang berkaitan dengan citra ataupun citraan disebut pencitraan atau pengimajian. Kata konkret adalah kata-kata yang digunakan oleh penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca. Di sini, penyair berusaha mengkonkretkan kata- kata. Maksudnya, kata-kata itu diupayakan agar dapat menyaran kepada arti yang menyeluruh. Dalam hubungannya dengan pengimajian, kata konkret merupakan syarat atau sebab terjadinya pengimajian. Bahasa figuratif dapat disebut juga sebagai majas. Bahasa puisi dapat membuat puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Adapun versifikasi meliputi ritma, rima, dan metrum. Secara umum, ritma dikenal sebagai irama, yakni pergantian turun naik, panjang pendek, keras lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Rima adalah pengulangan bunyi di dalam baris atau larik puisi, pada akhir baris puisi, atau bahkan juga pada keseluruhan baris dan bait puisi. Jika fonetik itu berpadu dengan ritma, maka akan mampu mempertegas makna puisi. Rima meliputi onomatope (tiruan terhadap bunyi-bunyi), bentuk intern pola bunyi (misalnya: aliterasi, asonansi, persamaan akhir, peramaan awal, sajak berulang, sajak penuh), intonasi, repetisi bunyi atau kata, dan persamaan bunyi. Metrum adalah irama yang tetap, artinya pergantiannya sudah tetap menurut pola tertentu. Hal ini disebabkan oleh jumlah suku kata yang tetap, tekanan yang tetap, dan alun suara menaik dan menurun yang tetap. Tipografi merupakan pembeda yang paling awal dapat dilihat dalam membedakan puisi dengan prosa fiksi dan drama. Dalam prosa, baik fiksi maupun bukan, baris-baris kata atau kalimat membentuk sebuah periodisitas. Namun, dalam puisi tidak demikian halnya. Baris-baris dalam puisi membentuk sebuah periodisitas yang khas yang disebut bait. Dalam kaitannya dengan puisi, sarana retorika merupakan sarana kepuitisan yang berupa muslihat pikiran. Dengan muslihat itu, para penyair berusaha menarik perhatian, pikiran, sehingga pembaca berkontemplasi dan tersugesti atas apa yang dikemukakan penyair. Pada umumnya, sarana retorika menimbulkan ketegangan puitis karena pembaca harus memikirkan efek apa yang ditimbulkan dan dimaksud oleh penyairnya. Jenis sarana retorika itu bermacam- macam.Selain terdapat struktur fisik dalam puisi, Waluyo juga menjelaskan tentang struktur batin yang terdapat dalam puisi. Menurut Waluyo, struktur batin mencakup tema, perasaan penyair, nada atau sikap penyair terhadap pembaca, dan amanat. Keempat unsur itu menyatu dalam ujud penyampaian bahasa penyair. Tema adalah sesuatu yang menjadi pikiran pengarang dan menjadi dasar bagi puisi yang diciptakan penyair. Tema puisi berhubungan erat dengan penyairnya, terutama pada konsep-konsep yang diimajinasikannya. Tarigan (1991: 10) mengemukakan bahwa setiap puisi mengandung suatu “subject matter” yang dikemukakan atau ditonjolkan. Makna yang terkandung dalam “subject matter” itulah yang dimaksudkan dengan istilah tema. Tema sering kali dituangkan atau disampaikan oleh penyairnya secara implisit, tidak disebutkan secara gamblang dalam puisi. Rasa adalah sikap sang penyair terhadap pokok permasalahan yang terkandung dalam puisinya (Tarigan, 1991: 11). Perasaan penyair ikut terekspresikan dalam puisi. Oleh karena itulah, suatu tema yang sama sering kali menghasilkan puisi yang berbeda, tergantung suasana perasaan penyair yang menciptakan puisi itu. Nada dalam puisi adalah sikap penyair kepada pembaca (Jabrohim dkk, 2003: 66). Hal ini sesuai dengan pernyataan Tarigan (1991: 18) bahwa nada adalah sikap sang penyair terhadap pembacanya atau dengan kata lain sikap sang penyair terhadap para penikmat karyanya. Dalam menulis puisi, penyair bisa bersikap menggurui, mengejek, menasihati, atau menyindir meski kadang sikap itu disamarkan melalui gaya bahasa dan sarana retorika yang dipakai dalam puisi. Amanat atau tujuan dalam puisi ialah hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya Amanat berbeda dengan tema. Dalam puisi, tema berkaitan dengan arti sedangkan amanat berkaitan dengan makna karya sastra. Arti puisi bersifat lugas, objektif, dan khusus sedangkan makna bersifat kias, subjektif, dan umum (Jabrohim dkk, 2003: 67). Stephen Spender melalui Tarigan (1991: 48) menyebutkan lima hal yang diperlukan dalam menciptakan suatu puisi, yakni: (1) konsentrasi/consentration, (2) inspirasi/inspiration, (3) kenangan/memory, (4) keyakinan/faith, (5) lagu/song. Kelima unsur ini akan sangat berperan dalam menciptakan atau menulis puisi. Penilaian Keterampilan Menulis Puisi Menurut Arifin yang dikutip Suriamiharja dkk (1996: 5), keterampilan menulis dapat dilihat melalui jalan tes; karena tes merupakan suatu cara dalam angka kegiatan evaluasi, yang di dalamnya terdapat berbagai item atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh siswa, kemudian pekerjaan dan jawaban itu akan menghasilkan nilai tentang perilaku siswa tersebut. Nurgiyantoro (2001: 298 – 305) mengungkapkan bahwa cara menilai kemampuan menulis adalah melalui jalan tes. Namun, ditegaskan olehnya bahwa penilaian yang dilakukan terhadap karangan siswa biasanya bersifat holistik, impresif, dan selintas; yaitu penilaian yang bersifat menyeluruh berdasarkan kesan yang diperoleh dari membaca karangan siswa secara selintas. Selain penilaian yang bersifat holistik, diperlukan pula penilaian secara analitis agar guru dalam memberikan nilai secara lebih objektif dan dapat memperoleh informasi lebih rinci tentang kemampuan siswanya. Penilaian dengan pendekatan analitis merinci tulisan dalam kategori tertentu. Pengkategorian itu sangatlah bervariasi, bergantung pada jenis tulisan itu sendiri. Namun, pada pokoknya pengkategorian hendaknya meliputi: (1) kualitas dan ruang lingkup isi, (2) organisasi dan penyajian isi, (3) gaya dan bentuk bahasa, (4) mekanik: tata bahasa, ejaan, tanda baca, keterampilan tulisan, dan kebersihan, dan (5) respon afektif guru terhadap karya tulis. Nurgiyantoro (2001: 306) mencontohkan model penilaian dengan pemberian skala terhadap kategori-kategori seperti yang disebutkan di atas. Selain model di atas, terdapat pendekatan analisis lain yang dikemukakan Halim (lewat Nurgiyantoro, 2001: 306), meliputi: (1) isi gagasan yang dikemukakan, (2) organisasi isi, (3) tata bahasa dan pola kalimat, (4) pilihan struktur dan kosakata, dan (5) ejaan. Nurgiyantoro (2001: 307) memberikan contoh model penilaian tiap-tiap unsur dengan kemungkinan skor maksimum 100. Selain kedua model penilaian di atas, terdapat model lain yang lebih rinci dalam melakukan penyekoran sehingga lebih dapat dipertanggungjawabkan. Dalam penyekoran, model ini menggunakan skala interval untuk tiap tingkat tertentu pada setiap aspek yang dinilai. Model ini banyak dipergunakan pada program ESL (English as a Second Language). Bentuk model penilaian yang dimaksud, oleh Nurgiyantoro (2001: 307–308) yang dimodifikasi dari Hartfield dkk Penilaian terhadap kemampuan menulis puisi dirasakan sulit oleh berbagai kalangan. Penentuan kriteria penilaian juga mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan oleh sulitnya menentukan kisi-kisi penilaian yang dapat mencakup semua aspek yang terdapat dalam puisi. Bentuk tulisan puisi memang sangat bervariasi sehingga untuk menentukan kriteria penilaian tes menulis puisi menjadi sulit. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan digunakan kriteria yang sekiranya dapat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menulis puisi. Adapun kisi-kisi penilaian tes menulis puisi memuat unsur-unsur yang terdapat dalam puisi, yakni bentuk (metode) dan isi (hakekat) puisi Kerangka Pikir Sumbangan Kebiasaan Menyimak Lagu terhadap Kemampuan Menulis Puisi Hubungan antara lagu dengan puisi jelas sangat erat. Salah satu unsur yang menonjol dalam puisi ialah ritme dan nada. Unsur tersebut juga terdapat dalam lagu. Bahkan Tarigan (1991: 5) mengemukakan bahwa salah satu maksud utama puisi pada umumnya “not to speak but to sing”, “bukan berbicara tetapi berdendang”. Dengan membiasakan diri menyimak lagu, tentunya penyimak akan mendapatkan referensi tentang irama yang dapat digunakan sebagai modal untuk menulis puisi. Penyimak bahkan akan mendapatkan kosakata melalui lirik lagu yang disimak. Kosakata yang terdapat dalam lirik lagu tentunya mengandung gaya bahasa yang tinggi. Kosakata tersebut juga menjadi modal bagi seseorang untuk menulis puisi. Dengan demikian, kebiasaan menyimak lagu akan memberikan kontribusi terhadap kemampuan menulis puisi siswa. Semakin besar intensitas menyiak lagu seorang siswa akan semakin banyak kosakata yang didapat, semakin matang pengalaman musikal yang didapat, dan semakin banyak pula pengalaman estetik. Semua itu dapat menjadi penyumbang dalam menulis puisi. Sumbangan Kebiasaan Membaca Kreatif terhadap Kemampuan Menulis Puisi Membaca kreatif pada hakikatnya adalah menerapkan hasil bacaannya dalam kehidupan sehari-hari. Hasil kreativitas membaca dapat diterapkan dalam bentuk tulisan. Semakin banyak kita membaca dengan kreatif, semakin banyak hasil menulis kreatif. Sebab, dengan membaca, kita akan mendapatkan bahan untuk menulis. Salah satu bentuk menulis kreatif ialah menulis puisi. Dalam menulis puisi, diperlukan suatu proses kreatif. Salah satunya ialah melalui membaca kreatif. Sebagai contoh ialah membaca teks lagu atau membaca cerita. Hasil bacaan itu dapat dimodifikasi menjadi sebuah tulisan puisi. Tentu saja dalam memodifikasi bahan bacaan itu memerlukan teknik membaca, yaitu dengan membaca kreatif. Dengan demikian, antara membaca kreatif dengan kemampuan menulis puisi mempunyai hubungan yang erat. Seseorang tidak akan mempunyai kemampuan yang baik untuk menulis tanpa kebiasaan membaca. Apalagi menulis puisi yang memerlukan proses kreatif terlebih dahulu. Membaca kreatif dapat dijadikan sebuah proses kreatif dalam menulis puisi. Jadi, kebiasaan membaca kreatif akan memberikan sumbangan terhadap kemampuan menulis puisi melalui proses kreatif menulis puisi yang didahului dengan proses kreatif dalam membaca. Sumbangan Kebiasaan Menyimak Lagu dan Kebiasaan Membaca Kreatif terhadap Kemampuan Menulis Puisi Anak mengenal bahasa melalui menyimak. Setelah menyimak anak tersebut berusaha untuk berbicara menirukan bahasa yang disimak. Tahap berikutnya, anak akan berlatih membaca dan berusaha untuk mengenal bentuk tulisan (wacana). Setelah itu, ia akan berusaha untuk menulis. Dengan kebiasaan menyimak lagu misalnya, pemerolehan kosakata dan model atau bentuk puisi yang diperoleh dari lirik lagu serta irama lagu akan menjadi sebuah kontribusi yang signifikan dalam proses kreatif menulis puisi. Proses kreatif menulis puisi itu akan semakin sempurna dengan kegiatan membaca kreatif. Hasil bacaan lirik lagu atau bacaan cerita dapat menjadi kontribusi dalam menulis puisi. Dengan demikian, keberhasilan menulis kreatif karya sastra khususnya puisi berhubungan dengan kegiatan menyimak dan membaca. Kesanggupan mengamalkan pemerolehannya dari kegiatan menyimak lagu dan membaca kreatif merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam kegiatan menulis puisi. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa menyimak lagu dan membaca kreatif memberikan sumbangan yang signifikan terhadap kemampuan menulis puisi. Pengajuan Hipotesis Hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah: terdapat sumbangan yang efektif kebiasaan menyimak lagu terhadap kemampuan menulis puisi siswa kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi Kalimantan Selatan terdapat sumbangan yang efektif kebiasaan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi siswa kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi Kalimantan Selatan terdapat sumbangan yang efektif kebiasaan menyimak lagu dan kebiasaan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi siswa kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi Kalimantan Selatan BAB III METODE PENELITIAN Desain Penelitian Sesuai dengan tujuannya, penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain regresi, yakni pada prinsipnya hampir sama dengan korelasi karena mencari hubungan antarvariabel. Namun dalam desain regresi, kekuatan arah hubungan sudah jelas, mana yang dipandang sebagai variabel bebas dan mana yang dipandang sebagai variabel terikat. Penelitian ini menggunakan desain ex post facto. Penelitian ini hanya mengambil data yang telah tersedia dan tidak melakukan tindakan di lapangan. Peneliti tidak perlu memberikan perlakuan terhadap sampel penelitian tetapi tinggal melihat efeknya pada variabel terikat. Terdapat tiga variabel dalam penelitian ini. Kebiasaan menyimak lagu (X1) dan membaca kreatif (X2) merupakan variabel bebas sedangkan kemampuan menulis puisi (Y) merupakan variabel terikat. Hubungan antarvariabel dapat digambarkan dalam desain penelitian sebagai berikut Gambar 1: Desain penelitian Keterangan: X1 = kebiasaan menyimak lagu X2 = kebiasaan membaca kreatif Y = kemampuan menulis puisi Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). 1. Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kebiasaan menyimak lagu (X1) dan kebiasaan membaca kreatif (X2). 2. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis puisi (Y). Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Penelitian Menurut Arikunto (1996: 115) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Selanjutnya, populasi ditinjau dari jumlahnya terdiri atas (1) jumlah terhingga, dan (2) jumlah tidak terhingga. Populasi jumlah terhingga terdiri atas elemen dengan jumlah tertentu sedangkan populasi jumlah tak terhingga adalah elemen yang sukar dicari batasnya. Populasi penelitian ini termasuk dalam populasi jumlah terhingga karena yang menjadi populasi sudah diketahui jumlahnya, yaitu siswa kelas XII SMA Negeri 1 Parakan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah tahun ajaran 2006/2007. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas Y = kemampuan menulis puisi Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). 1. Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kebiasaan menyimak lagu (X1) dan kebiasaan membaca kreatif (X2). 2. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis puisi (Y). Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Penelitian Menurut Arikunto (1996: 115) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Selanjutnya, populasi ditinjau dari jumlahnya terdiri atas (1) jumlah terhingga, dan (2) jumlah tidak terhingga. Populasi jumlah terhingga terdiri atas elemen dengan jumlah tertentu sedangkan populasi jumlah tak terhingga adalah elemen yang sukar dicari batasnya. Populasi penelitian ini termasuk dalam populasi jumlah terhingga karena yang menjadi populasi sudah diketahui jumlahnya, yaitu siswa kelas Y = kemampuan menulis puisi Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). 1. Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kebiasaan menyimak lagu (X1) dan kebiasaan membaca kreatif (X2). 2. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis puisi (Y). Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Penelitian Menurut Arikunto (1996: 115) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Selanjutnya, populasi ditinjau dari jumlahnya terdiri atas (1) jumlah terhingga, dan (2) jumlah tidak terhingga. Populasi jumlah terhingga terdiri atas elemen dengan jumlah tertentu sedangkan populasi jumlah tak terhingga adalah elemen yang sukar dicari batasnya. Populasi penelitian ini termasuk dalam populasi jumlah terhingga karena yang menjadi populasi sudah diketahui jumlahnya, yaitu siswa kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi Kabupaten Balangan provinsi Kalimantan Selatan Sampel Penelitian Menurut Sugiyono (2005: 56), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Untuk menentukan berapa besarnya sampel yang harus diambil, digunakan Nomogram Harry King. Harry King menghitung sampel tidak hanya didasarkan kesalahan 5% saja, tetapi bervariasi sampai 15% (Sugiyono, 2005: 62). Dengan taraf signifikansi 5%, maka jumlah sampel yang diambil sebesar 60% sehingga jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 60% x 187 = 112,2 dan dibulatkan menjadi 113. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknikcluster random samplingat au cluster sampling. Suyata (1994: 34) mengemukakan bahwa cluster sampling ialah prosedur seleksi sampel yang unit seleksinya berupa klaster (kelas-kelas atau kelompok-kelompok). Pengambilan sampel dengan metode ini karena populasi telah terkelompok ke dalam bentuk kelas-kelas. Metode cluster sampling digunakan agar peneliti lebih mudah dan praktis dalam mengumpulkan data, dengan tidak mengabaikan bahwa setiap anggota populasi mendapatkan kesempatan yang sama untuk sampel. Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, digunakan teknik kuesioner dan tes. Kuesioner merupakan satu perangkat pertanyaan atau pernyataan tentang suatu hal dipakai untuk menjaring data yang sifatnya informatif faktual atau yang bersifat fakta konkret (Suyata, 1994: 38). Teknik kuesioner atau angket ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kebiasaan menyimak lagu dan kebiasaan membaca kreatif. Jenis angket dalam penelitian ini adalah: 1) angket tertutup, artinya responden tinggal memilih jawaban yang disediakan, 2) angket langsung, yaitu responden menjawab secara langsung, 3) angket jenis check list (responden memberi tanda √). Alasan pemilihan angket atau kuesioner sebagai teknik pengumpulan data karena: 1) subjek merupakan orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri, 2) apa yang dinyatakan subjek merupakan sesuatu yang benar dan dapat dipercaya, dan 3) subjek dapat menginterpretasikan pertanyaan dengan mudah. Adapun tes digunakan untuk menunjuk semua jenis instrumen yang dirancang untuk mengukur kemampuan seseorang dalam bidang tertentu (Suyata, 1994: 39). Dalam penelitian ini, metode tes digunakan untuk mengumpulkan data emampuan menulis puisi, yakni dengan menggunakan tes kemampuan menulis puisi. Instrumen Pengumpulan Data Dalam penelitian ini digunakan tiga instrumen untuk mengumpulkan data. Instrumen tersebut meliputi instrumen kebiasaan menyimak lagu, instrumen kebiasaan membaca kreatif, dan instrumen kemampuan menulis puisi. Adapun jenis instrumen yang digunakan berupa kuesioner atau angket dan tes. a. Instrumen Kebiasaan Menyimak Lagu Instrumen untuk memperoleh data mengenai kebiasaan menyimak lagu berbentuk angket. Isi angket ini berhubungan dengan faktor kebiasaan menyimak lagu dan diukur dengan kisi-kisi sebagai berikut: (1) perhatian terhadap lagu, (2) waktu dan intensitas mengikuti lagu, (3) keseriusan mengikuti lagu, (4) manfaat mengikuti lagu, dan (5) kesan terhadap lagu. Kelima hal tersebut dijadikan indikator dalam kisi-kisi instrumen. Setiap indikator diberi porsi 7 butir pertanyaan. Dengan demikian, jumlah pertanyaan dalam instrumen kebiasaan menyimak lagu adalah 35 butir pertanyaan. Setiap butir terdiri atas empat jawaban alternatif. Agar data yang diperoleh berupa data kuantitatif, setiap jawaban diberi skor. Skor pengukuran yang digunakan adalah model skala likert yang dilakukan dengan menyediakan skala jawaban terhadap suatu pernyataan/pertanyaan yang diberikan (Nurgiyantoro, 2001: 328). Skala jawaban SL (selalu) dengan skor 4, SR (sering) dengan skor 3, KD (kadang-kadang) dengan skor 2, dan TP (tidak pernah) dengan skor 1 Penyekoran ini tidak mutlak, artinya jika pertanyaan negatif maka skala penyekoran dibalik menjadi SL (selalu) dengan skor 1, SR (sering) dengan skor 2, KD (kadang-kadang) dengan skor 3, dan TP (tidak pernah) dengan skor 4. b. Instrumen Kebiasaan Membaca Kreatif Untuk memperoleh data mengenai kebiasaan membaca kreatif juga digunakan instrumen berupa angket. Adapun kisi-kisi instrumen angket yang berhubungan dengan kebiasaan membaca kreatif ialah (1) waktu dan intensitas membaca kreatif, (2) keseriusan membaca kreatif, (3) manfaat membaca kreatif, (4) kesan yang diperoleh setelah membaca kreatif, (5) hasil membaca kreatif. Setiap indikator diberi porsi 7 butir pertanyaan. Dengan demikian, jumlah pertanyaan dalam instrumen kebiasaan membaca kreatif adalah 35 butir pertanyaan. Instrumen kebiasaan membaca kreatif juga menggunakan empat alternatif jawaban dengan kriteria penyekoran seperti yang digunakan pada penyekoran instrumen kebiasaan menyimak lagu. Adapun penjabaran tiap-tiap indikator ke dalam butir pertanyaan Instrumen Kemampuan Menulis Puisi Instrumen untuk memperoleh data mengenai kemampuan menulis puisi berupa tes kemampuan menulis puisi. Tes kemampuan menulis puisi dibuat dalam bentuk tes esai. Penilaiannya dilakukan dengan berpedoman pada rambu-rambu penilaian tes menulis puisi. Adapun kisi-kisi penilaian menulis puisi 2. Uji Coba Instrumen Agar instrumen yang dipersiapkan untuk mengumpulkan data penelitian benar-benar mengukur apa yang hendak diukur, dilakukan ujicoba instrumen terhadap populasi. Tujuannya adalah untuk menguji validitas dan realibitas. Arikunto (1996: 158) mengatakan bahwa instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting, yaitu valid dan reliabel. Instrumen penelitian kebiasaan yang berupa 35 butir soal diujicobakan di kelas yang tidak dijadikan sampel penelitian. Ujicoba instrumen dilakukan di kelas VI SDN Karuh Kecamatan Batu Mandi pada hari selasa, tanggal 22 juni 2010 selama 2 jam pelajaran atau 90 menit. Ujicoba dilakukan pada 35 siswa. Selanjutnya, instrumen penelitian ini dievaluasi. Evaluasi dilakukan agar validitas dan reliabilitas sebuah instrumen dapat diketahui. Validitas Instrumen Instrumen penelitian dikatakan valid apabila dapat mengungkap data secara tepat atas variabel yang diteliti. Validitas konstruk (construct validity) digunakan untuk menguji kelayakan instrumen kebiasaan sedangkan pengujian instrumen tes kemampuan menulis puisi menggunakan validitas isi Untuk mengukur validitas butir soal, penelitian ini menggunakan korelasi product moment dari Pearson pada taraf signifikansi 5%. Kriteria uji validitas adalah apabila harga rhitung setelah dikonsultasikan dengan rtabel hasilnya sama atau lebih besar pada taraf signifikansi 5%, maka butir soal tersebut valid. Akan tetapi, jika harga rhitung setelah dikonsultasikan dengan rtabel harganya lebih kecil pada taraf signifikansi 5%, maka butir soal tersebut dinyatakan gugur. Pengujian kelayakan instrumen tes kemampuan menulis puisi menggunakan uji validitas isi. Menurut Nurgiyantoro (2001: 103), kesahihan isi menunjukkan pada pengertian apakah alat tes itu mempunyai kesejajaran (sesuai) dengan tujuan dan deskripsi bahan pelajaran yang diajarkan. Untuk mengetahui apakah instrumen tersebut mempunyai kesahihan isi, instrumen tersebut dikonsultasikan terlebih dahulu kepada orang yang ahli (expert judgement), dalam hal ini dengan dosen pembimbing dan guru bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia. Berdasarkan hasil uji validitas pada instrumen kebiasaan menyimak lagu dengan jasa komputer Program SPSS, 26 butir pertanyaan dinyatakan sahih/valid dan 9 butir dinyatakan gugur. Butir yang dinyatakan sahih yaitu butir nomor 2, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 14, 16, 17, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, dan 34 sedangkan butir yang dinyatakan gugur yaitu butir nomor 1, 3, 6, 12, 13, 15, 19, 25, dan 35. Ringkasan hasil uji validitas Hasil uji validitas instrumen kebiasaan membaca kreatif dengan jasa komputer Program SPSS adalah 26 butir soal dinyatakan sahih/valid dan 9 butir dinyatakan gugur. Butir pertanyaan yang dinyatakan sahih yaitu butir nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 25, 26, 27, 28, 29, , 31, 32, 33, 34, dan 35 sedangkan butir pertanyaan yang dinyatakan gugur adalah butir nomor 9, 11, 15, 20, 21, 22, 23, 24, dan 30. Ringkasan hasil uji validitas Setelah diperoleh butir-butir soal yang sahih, penulis menyusun kembali kisi-kisi instrumen kebiasaan menyimak lagu dan instrumen kebiasaan membaca kreatif yang semula tiap-tiap instrumen berjumlah 35 butir soal menjadi 26 butir soal eliabilitas Instrumen Reliabilitas menunjuk pada pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Reliabel artinya dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas menunjuk pada keterandalan pada sesuatu (Arikunto, 2002: 154). Instrumen dikatakan reliabel jika menunjukkan hasil yang tetap walaupun diujikan oleh siapa saja dan kapan saja. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik alpha cronbach. Suatu konstruk dinyatakan reliabel apabila memberikan nilai alpha cronbach > 0,60 (Nurgiyantoro dkk, 2000: 312). Teknik ini digunakan untuk mengetahui indeks reliabilitas alat ukur yang memerlukan jawaban bukan benar salah, melainkan semua jawaban benar, yang membedakan jawaban satu dengan lainnya hanyalah peringkat kebenarannya itu Nomor Koefisien Korelasi Kategori 1. 0.800 – 1.000
  12. Yahya
    26/06/2010 pukul 2:43 am

    Nama

  13. Yahya
    26/06/2010 pukul 3:50 am

    Nama ;Yahya
    NPM :3060811511

    A. JUDUL
    Meningkatkan Kemampuan Siswa Menulis Puisi Dengan Menggunkan Alat Peraga Siswa Kelas VI SDN 1 Baru Kecamatan Labuan Amas Selatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah

    B. LATAR BELAKANG MASALAH

    Sebagai pengajar, guru berusaha melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, tetapi hanya sebagian siswa yang aktif dan sebagian besar siswa hanya diam memperhatikan , tetapi tidak memahami materi pelajaran yang diajarkan. Dalam hal membuat puisi, para siswa kelas VI SDN 1 Baru ini masih tergolong rendah kemampuannya. Kebiasaan menulis puisi dengan imajinasi semata ternyata lebih sulit dibandingkan dengan menggunkan alat peraga.
    Dalam pengamatan telihat bahwa, kebiasaan guru yang hanya bisa menyuruh kepada siswanya dengan tidak disertai dengan penjelasan yang lebih jelas serta penggunaan metode pembelajaran yang tidak bervariasi membuaat anak tidak sepenuhnya dapat menyerap apa yang telah ia dengarkan.
    Potensi siswa akan tergali dengan pembelajaran yang variatif, asik dan menyenangkan.

    C. RUMUSAN MASALAH
    Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah :
    1. Bagaimana cara menggunakan alat peraga dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi ?

    D. TUJUAN PENELITIAN
    Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
    1. Mendeskripsikan penggunaan alat peraga dalam peningkatan kemampuan siswa dalam menulis puisi.

    E. MANFAAT PENELITIAN
    Dengan penelitian ini diharapkan dapt memberikan penetahuan atau pengalam bagi kita semua. Adapun manfaat lain diataranya :
    a. Bagi Guru
    Menumbuhkan kreatifitas guru dalam usaha memperbaiki proses dan hasil pengajaran, sehingga dapat meminimalkan permasalahan pengajaran dan meningkatkan kualitas pengajaran menuju kearah perbaikan secara profesional.
    b. Bagi Sekolah
    Sebagi alternatif untuk kebijakkan sekolah agar hasil belajar siswa meningkat. Keberhasilan proses pengajaran dalam memperbaiki mutu kenaikan kelas dan lulusan sehingga meningkat kepercayaan masyarakat terhadap sekolah.
    c. Bagi Siswa
    Membantu meningkatkan hasil belajar siswa dan membentu siswa yang bermasalah dalam mengaktualisasikan potensi yang ada , terutama dalam berinteraksi dengan teman atau guru dalam proses pembelajaran.
    F. KAJIAN PUSTAKA
    Puisi merupakan salah satu karya sastra dalam bentuk tulisan.
    Menulis puisi terdiri dari dua kata, yaitu menulis dan puisi. Untuk lebih jelas tentang apa hakikat dari menulis puisi itu kita akan jelaskan satu persatu dari kata tersebut.
    Menurut Siddik dan Musaba (2009:3)mengartikan menulis adalah melahirkan atau mengungkapkan pikiran atau perasaan melalui suatu lambang (tulisan). Sedangkan puisi adalah suatu gubahan dalam bahasa , yang memiliki bentuk, bunyi, irama, dan makna khusus dengan tujuan dapat mempertajam kesadaran atas orang yang membacanya (Solistyowati dan Tarsyad, 2009:3).
    Dari kedua pengetian diatas dapat disimpulkan bahwa menulis puisi adalah mengungkapkan pikiran atau perasaan dalam bentuk puisi dengan tujuan agar dapat mempertajam kesadaran atas orang yang membacanya.
    Dalkam menulis sebuah pusi, banyak metode atau cara yang digunakan, salah satu diantaranya adalah menulis puisi dengan alat peraga. Menulis puisi dengan alat peraga merupakan teknik penulisan puisi dengan adanya model sebagai acuan pembuatan puisi, jadi dalam pembuatan puisi tersebut terfokos pada benda tersebut.
    Dalam pembelajaran menulis puisi di SD, metode ini sangat tepat, sesuai dengan tingkat perkembangan atau kemampuan siswa, karena siswa SD masih rendah tingkat pemahamannya disamping pengalamannya.

    G. METODE PENELTIAN
    Metode yang dipilih dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dan observasi secara langsung. Metode ini dipilih karena dalam metode deskriptif kualitatif, dengan mudah kita memperoleh data dan informasi secara langsung dengan wawancara atau tanya jawab.

    H. DAFTAR PUSTAKA
    Siddik dan Zulkifli Musaba, 2009.Dasar-Dasar Menulis. Malang : Tungal Mandiri
    Sukardi, 2007. Metodelogi Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara
    Sulistyowati dan Tarman Effendi Tarsyad, 2009. Pengkajian Puisi Teori dan Aplikasi . Banjarmasin : Tahura Media
    Wardani dan Kusuma Wihardit, 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta ; Universitas Terbuka

  14. M.Khairi Rahman
    26/06/2010 pukul 4:23 am

    NAMA : M. KHAIRI RAHMAN
    NPM : 3060811513
    JURUSAN : PBSID ( TRANSFER ) KELAS G BALANGAN

    Judul : KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII
    MTs RAUDHATUL JINAN JUAI KABUPATEN BALANGAN
    1. Latar Belakang
    Menurut Kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia SMP/MTs, hakikat pembelajaran bahasa Indonesia adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, sasaran pembelajaran bahasa Indonesia adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tertulis.
    Sesuai dengan hakikat pembelajaran bahasa Indonesia tersebut, pembelajaran bahasa Indonesia di SMP lebih ditekankan pada aspek-aspek penguasaan keterampilan berbahasa. Suparno (2001:1) menyatakan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk membentuk kompetensi komunikatif, baik aspek pemahaman, aspek penggunaan, maupun aspek apresiasi.
    Untuk dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasi, siswa dilatih melalui pembelajaran keterampilan-keterampilan berbahasa yang dilaksanakan secara terpadu. Salah satu keterampilan berbahasa tersebut adalah keterampilan menulis. Menulis adalah kegiatan penyampaian pesan (gagasan, perasaan, dan informasi) secara tertulis kepada pihak lain. Sebagai salah satu bentuk komunikasi verbal, menulis melibatkan unsur penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau medium tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan (Akhadiah, 2001:1.16).
    Di antara keempat unsur dalam menulis, penulis merupakan unsur utama. Sebagai unsur utama, seorang penulis harus menyiapkan diri untuk terampil dalam menulis. Untuk menjadi terampil dalam menulis, seorang penulis harus mempelajari
    dengan sungguh – sungguh mengenai cara – cara menulis. Sejalan dengan hal itu, Tarigan ( 1982 : 27 ) memberikan suatu batasan atau pengertian tentang apakah yang dimaksud menulis itu. Menurutnya bahwa menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang – lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang – lambang grafik tersebut, kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Menulis adalah Kegiatan yang dijalani oleh semua orang baik anak –anak, remaja,dewasa maupun orang tua. Keterampilan menulis sangat dibutuhkan dalam kehidupan yang modern ini, dengan menulis seseorang dapat mengekspresikan pengetahuan dan pengalamannya. Kemampuan menulis merupakan bagian penting komunikasi antar manusia , melalui menulis inilah akan dapat dihasilkan karya yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan teknologi serta upaya melestarikan nilai budaya.
    Keterampilan menulis atau dengan sebutan menulis merupakan suatu bentuk keterampilan berbahasa disamping tiga keterampilan yang lain,yaitu keterampilan mendengarkan ( menyimak ),keterampilan berbicara dan keterampilan membaca. Keempat itu pada dasarnya merupakan satu kesatuan atau catur tunggal ( Tarigan, 1982 : 1 ). Oleh sebab itu keterampilan menulis merupakan keterampilan yang harus diajarkan sejak siswa berada pada jenjang pendidikan SMP/MTs. Hal itu disebabkan, menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa.
    Pembelajaran menulis di SMP/MTs merupakan bagian dari pembelajaran bahasa Indonesia,yaitu dari komponen penggunaan. Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, pembelajaran menulis harus disajikan secara terpadu dengan keterampilan – keterampilan berbahasa yang lain.
    Berdasarkan Kurikulum SMP/MTs, salah satu hasil belajar keterampilan menulis adalah Siswa mampu menulis naskah drama sesuai dengan unsur – unsur penulisan naskah drama yang berlaku. Pembelajaran menulis, termasuk menulis naskah drama memang telah diprogramkan dalam kurikulum SMP/MTs, namun dalam pelaksanaannya masih banyak ditemui kesulitan – kesulitan yang dialami siswa. Hal ini terjadi karena Siswa belum memahami tentang bagaimana cara menulis yang baik sesuai aturan yang berlaku dan kurangnya pemahaman tentang unsur penulisan naskah drama serta guru sebagai pembimbing pelajaran masih menggunakan pendekatan tradisional, sumber belajar yang kurang menarik bagi siswa, tidak sesuai dengan dunia siswa dan cenderung membosankan bagi siswa. Secara psikologis sesuatu yang disukai siswa dapat menimbulkan minat dan motivasi dalam mengikuti pelajaran yang disampaikan Bila pembelajaran dikaitkan dengan hal yang disukai, maka pembelajaran itu akan semakin meningkat dan proses belajar mengajar akan berjalan lancar sesuai dengan harapan yang diinginkan yaitu siswa mempunyai keterampilan menulis naskah drama dengan memperhatikan unsur penulisan naskah drama yang berlaku.
    Sepengetahuan peneliti hasil pembelajaran keterampilan menulis naskah drama oleh siswa kelas VIII MTs Raudhatul Jinan Juai kurang optimal. Hal ini antara lain disebabkan pelaksananya kurang mendukung,kurangnya pemahaman siswa mengenai drama dan unsur penulisan naskah drama, metode yang digunakan guru kurang tepat dan kurangnya latihan bagi para siswa dalam menulis naskah drama.
    Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat hal tersebut dalam sebuah penelitian yang berjudul Keterampilan Menulis Naskah Drama Siswa Kelas VIII MTs Raudhatul Jinan Juai Kabupaten Balangan.
    2. Rumusan masalah
    Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan
    diteliti, yaitu :
    1.Bagaimanakah unsur penulisan naskah drama ?
    2.Bagaimanakah kendala yang dihadapi siswa kelas VIII MTs Raudhatul Jinan Juai
    dalam menulis naskah drama ?
    3. Tujuan Penelitian
    Adapun tujuan penelitian ini adalah :
    1.Mendiskripsikan Unsur penulisan naskah drama.
    2.Mengidentifikasi kendala yang dihadapi siswa kelas VIII MTs Raudhatul Jinan
    Juai dalam menulis naskah drama.
    4. Manfaat Penelitian
    Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk :
    1.Menjelaskan unsur penulisan naskah drama.
    2.Menemukan kendala yang dihadapi siswa kelas VIII MTs Raudhatul Jinan Juai
    dalam menulis naskah drama.
    5. Kajian Pustaka
    a. Pengertian Drama
    Drama berasal dari bahasa Yunani “ draomai “. Artinya
    bertindak,berlaku,berbuat atau beraksi ( Fuji,2008 : 2 ). Pendapat tersebut
    sejalan dengan pernyataan yang menyatakan bahwa Drama dapat disebut juga
    dengan suatu bentuk cerita yang berisi konflik, sikap dan sifat manusia
    dalam bentuk dialog, yang diwujudkan melalui pentas dengan menggunakan
    percakapan dan gerak di hadapan pendengar atau penonton ( Artati, 2007 : 18 )
    Berdasarkan kedua pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Drama
    adalah Kehidupan manusia yang diekspresikan secara langsung di depan kita,
    berbentuk kesenian yang melukiskan sifat dan sikap manusia melalui gerak
    Tujuan drama adalah menggambarkan kehidupan manusia yang diwarnai dengan
    berbagai watak dan tingkah laku sehingga pembaca atau penikmat dapat
    mengetahui pesan sesungguhnya dari naskah yang ditulis oleh pengarang.
    Dalam pengembangan keterampilan menulis naskah drama di MTs Raudhatul
    Jinan Juai khususnya siswa kelas VIII dapat dilakukan melalui pemahaman yang
    mantap mengenai unsur penulisan naskah drama kepada siswa dan penggunaan
    metode yang tepat dalam proses pembelajaran sehingga siswa merasa tertarik
    dan berminat dalam melakukan latihan menulis naskah drama.
    b. Unsur penulisan naskah drama
    Bila kita akan mementaskan drama, modal pertama adalah naskah drama.
    Naskah drama adalah karangan yang berisi kisah atau lakon. Naskah drama
    tersebut harus memuat beberapa unsur , antara lain : tema, penokohan
    alur/plot,setting/latar, amanat dan interpretasi.
    Berikut akan dibahas unsur – unsur naskah drama tersebut.
    1. Tema
    Tema merupakan gagasan atau ide pikiran yang menjadi dasar penulisan
    naskah drama. Ide,gagasan,atau pikiran pokok tersebut dapat dikembangkan
    menjadi cerita yang menarik sesuai dengan pikiran sang penulis. Dengan
    menemukan tema maka lebih memudahkan penulis untuk membuat naskah drama.
    Dalam kegiatan menulis naskah drama yang dilakukan siswa kelas VIII
    mereka diberikan kebebasan untuk menentukan sendiri tema yang diinginkan
    dan membuat sendiri judul sesuai dengan tema yang mereka ambil.
    2. Penokohan
    Penokohan atau karakterisasi adalah penggambaran watak tokoh dalam
    sebuah drama. Penulis drama dapat menggambarkan watak tokoh secara
    langsung ( tersurat ) maupun tidak langsung ( tersirat ). Secara langsung
    dalam naskah berdasarkan keadaan fisik seperti umur, jenis kelamin, dan
    sifatnya. Sedangkan secara tidak langsung dapat dilihat apabila drama
    sudah dipentaskan, kita dapat melihat watak tokoh tersebut melalui
    pakaian, riasan. atau dialog yang dibawakan.
    Menurut jalan ceritanya, tokoh drama dapat dikelompokkan menjadi berikut,
    a.Tokoh Protagonis
    Merupakan tokoh utama yang menjadi pusat cerita. Biasanya berwatak baik.
    b.Tokoh Antagonis
    Merupakan tokoh penghalang atau penentang tokoh utama. Biasanya berwatak
    kurang baik atau jahat.
    c.Tokoh Tritagonis
    Merupakan tokoh penengah perselisihan antara tokoh utama dengan tokoh
    antagonis. Biasanya berkarakter bijaksana.
    d.Tokoh figuran
    Merupakan tokoh pembantu atau pameran pembantu ( memegang peran yang
    kurang berarti )
    3.Plot
    Plot atau alur merupakan jalinan cerita atau rangkaian peristiwa yang
    disusun dalam sebuah cerita. Berdasarkan kronologi atau urutan waktu, alur
    dapat dibedakan atas alur maju, alur mundur ( flash back ), dan alur
    campuran.
    Berdasarkan perkembangan konflik, plot dibagi atas beberapa tahapan
    berikut.
    a.Eksposisi atau pengantar awal cerita
    Tahap ini merupakan tahap pengenalan. Pembaca dikenalkan dengan tokoh –
    tokoh drama berikut watak atau karakteristiknya masing – masing.
    b.Konflik
    Pada tahap ini, mulai ada insiden ( kejadian ). Tokoh – tokoh sudah dalam
    persoalan pokok.
    c.Komplikasi atau pertikaian awal
    Pada tahap ini insiden mulai berkembang dan mengakibatkan konflik – konflik
    semakin banyak dan ruwet.
    d.Klimaks atau titik puncak cerita
    Konflik yang terus meningkat akan mencapai klimaks atau titik puncak dalam
    cerita. Pertikaian dalam tahap ini merupakan pertikaian paling seru yang
    dicapai pemain protagonis dan antagonis.
    e.Resolusi atau penyelesaian
    Dalam tahap ini konflik mulai mereda. Konflik sudah menuju jalan keluar
    atau penyelesaian.
    f.Catastrophe atau keputusan
    Dalam tahap ini konflik sudah tidak ada lagi. Pada tahap ini yang
    ditampilkan adalah ulasan penguat atau pengambilan hikmah dari rangkaian
    konflik yang sudah terjadi.
    4.Setting atau latar
    Setting atau latar adalah keterangan mengenai ruang ( tempat ), waktu, atau
    suasana yang melatar belakangi setiap adegan dalam teks drama.
    Misalnya, di jalan raya, senja , pagi, sedih, gembira, hiruk pikuk dan
    lain – lain
    5.Dialog atau percakapan
    Salah satu ciri khas drama adalah adanya dialog atau percakapan. Dialog yang
    digunakan dalam drama harus betul – betul menggambarkan dialog yang terjadi
    dalam kehidupan sehari – hari. Bahasa yang digunakan harus mencerminkan
    keadaan atau pembicaraan sehari – hari.
    6.Amanat
    Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan penulis kepada
    pembaca.Amanat dalam teks drama dapat diketahui berdasarkan adegan atau
    dialog antartokoh. Penikmat tidak hanya dapat menemukan hiburan, namun juga
    dapat menemukan ajaran moral.
    7.Interpretasi
    Interpretasi adalah pemberian kesan, pendapat, atau pandangan teoretis
    terhadap sesuatu karya sastra merupakan interpretasi terhadap kehidupan. Hal
    ini berkaitan dengan pandangan penulis terhadap kehidupan. Bagaimana penulis
    melihat kenyataan hidup, lalu menjadikannya sebagai sumber gagasan dalam
    melahirkan sebuah karya. Kehidupan masyarakat merupakan kekayaan yang setiap
    sudutnya menarik untuk diangkat oleh penulis.
    6. Metodologi Penelitian
    a. Penentuan lokasi penelitian
    Lokasi penelitian dilaksanakan di MTs Raudhatul Jinan Juai yang terletak di
    jalan pasar baru desa Sungai Batung RT 01 No 40 kecamatan Juai Kabupaten
    Balangan. Adapun alasan penentuan lokasi tersebut dikarenakan MTs Raudhatul
    Jinan terletak di daerah pegunungan dengan latar belakang pendidikan orang
    tua muridnya yang heterogen. Dengan demikian perihal inilah yang mendorong
    peneliti melakukan penelitian di sekolah tersebut.
    b. Metode Penelitian yang digunakan
    Untuk penelitian mendapatkan data yang dikehendaki, peneliti menggunakan
    metode deskriptif kuantitatif yang dirancang untuk memperoleh informasi
    hasil penelitian. Melalui metode ini diharapkan hasil yang diinginkan dapat
    tercapai dalam penelitian tentang Keterampilan Menulis Naskah Drama Siswa
    Kelas VIII MTs Raudhatul Jinan Juai Kabupaten Balangan.
    c. Variabel Penelitian dan Operasionalnya
    Adapun Variabel dalam penelitian ini terdiri dari
    Variabel Utama
    Keterampilan Menulis Naskah Drama Siswa Kelas VIII MTs Raudhatul
    Jinan Juai Kabupaten Balangan.
    Sub Variabel
    – Unsur Penulisan Naskah Drama
    – Kendala yang dihadapi Siswa Kelas VIII MTs Raudhatul Jinan Juai dalam
    menulis Naskah Drama
    d. Populasi dan Sampel
    Populasi adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan sampel.
    Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah siswa kelas VIII MTs
    Raudhatul Jinan tahun ajaran 2009/2010 yang terdiri dari satu kelas dengan
    jumlah siswa 24 orang terdiri dari 10 laki – laki dan 14 perempuan. Sampel
    berarti contoh, yaitu sebagian dari seluruh individu yang menjadi objek
    penelitian. Sampel dilakukan dengan menggunakan siswa kelas kelas VIII MTs
    Raudhatul Jinan tahun ajaran 2009/2010
    e. Teknik Pengumpulan Data
    Data yang dikumpulkan adalah data mengenai keterampilan siswa dalam menulis
    naskah drama. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini berupa
    observasi, pemberian tugas dan skor hasil tes siswa. Instrumen yang
    digunakan dalam penelitian ini adalah melengkapi tes keterampilan membuat
    dialog percakapan dengan menggunakan kalimat sendiri sesuai alur cerita dan
    penggunaan kata penghubung yang tepat dalam kalimat. Dari hasil tes tersebut
    akan diperoleh skor hasil penelitian terhadap keterampilan siswa dalam
    menulis naskah drama.
    f. Teknik Analisis Data
    Data yang diperoleh dari subjek, diolah dengan menggunakan Standar Penilaian
    menggunakan rumus perhitungan skor sebagai berikut.
    Nilai Perolehan Siswa = Jumlah Skor Perolehan x 100
    Jumlah Skor Maksimum
    Untuk menentukan nilai rata-rata yang digunakan untuk mengetahui
    Keterampilan Menulis Naskah Drama Siswa Kelas VIII MTs Raudhatul Jinan
    Juai Kabupaten Balangan.digunakan rumus sebagai berikut.

    NR = N : 24
    Keterangan
    NR = Nilai Rata-Rata
    N = Jumlah nilai siswa secara keseluruhan
    24 = Jumlah siswa yang menjadi sampel penelitian
    Untuk menentukan peringkat keterampilan siswa dalam menulis naskah drama
    secara rata-rata digunakan kualifikasi penilaian sebagai berikut.
    8,00 – 10,00 = Amat baik
    7,00 – 7,90 = Baik
    6,00 – 6,90 = Cukup
    5,00 – 5,90 = Kurang
    1,00 – 4,90 = Kurang sekali
    g. Prosedur Penelitian
    Ada tiga tahap kerja dalam penelitian ini.
    1. Tahap Persiapan
    Dalam tahap persiapan ini kegiatan yang dilakukan adalah:
    a. Melaksanakan studi pustaka
    b. Menyusun proposal penelitian
    c. Observasi lapangan
    2. Tahap Pelaksanaan
    Dalam tahap pelaksanaan ini dilakukan:
    a. Mengumpulkan data
    b. Pengolahan data
    c. Penafsiran hasil penelitian

    3. Tahap Penyelesaian
    Tahap penyelesaian berupa hasil penelitian yang berjudul
    “Keterampilan Menulis Naskah Drama Siswa Kelas VIII MTs Raudhatul
    Jinan Juai Kabupaten Balangan ‘’

    DAFTAR PUSTAKA

    Akhadiah, Sabarti, dkk. 2001. Materi Pokok Menulis I. Jakarta : Universitas Terbuka.

    Artati, Y. Budi. 2007. Gemar Membaca dan Menulis. Yogyakarta : CV Kompetensi Terapan Sinergi Pustaka.

    Artati, Y. Budi. 2008. Menulis Rangkuman dan Sinopsis. Klaten : PT. Intan Pariwara

    Badan Standar Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

    Badan Standar Pendidikan Nasional. 2006. Penelitian Kelas. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

    Nur, Mohamad. 2001. Perkembangan Selama Anak-Anak dan Remaja. Surabaya : UNESA.

    Puji P, Farida. 2008. Mengenal Drama. Yogyakarta : PT Citra Aji Parama

    Siddik dan Zulkifli Musaba. 2009. Dasar – Dasar Menulis Dengan Penerapannya. Samarinda : Tunggal Mandiri.

    Suparno & Muhammad Yunus. 2001. Keterampilan Dasar Menulis. Buku Materi Pokok PGSD Modul 1 – 6. Jakarta : Universitas Terbuka.

    Tim Penyusun. 2008. Master Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP/MTs
    kelas VIII. Klaten : Cempaka Putih.

  15. LAILATUL AKMALIAH(NPM : 3060811 479
    26/06/2010 pukul 4:25 am

    NAMA : LAILATUL AKMALIAH
    NPM : 3060811479
    A. JUDUL
    MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN DENGAN METODE DESKRIPTIF SISWA KELAS IV SD NEGERI MAHELA KECAMATAN BATANG ALAI SELATAN KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH
    B. LATAR BELAKANG
    Pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU RI No.20 Tahun 2003, 2003 : 11). Pendidikan dilakukan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan dan kemajemukan bangsa serta nilai kultural.
    Sehubungan dengan fungsi dan tujuan pendidikan tersebut diatas, maka peran seorang guru tidaklah ringan, karena dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran guru bukan sebagai penyampai konsep-konsep pengetahuan yang ada dalam buku saja, tetapi juga dituntut untuk dapat memberikan bekal ketermpilan sesuai dengan bahan ajar yang dimaksud, serta pesan-pesan moral yang dapat dipengaruhi watak dan kepribadian pesrta didik, sehingga seorang guru diharapkan dapat ikut berperan dalam ikut mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya.

    Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di sekolah dasar terbagi dalam beberapa aspek yaitu Mendengarkan, Membaca, Menulis dan Berbicara. Aspek-aspek yang ada dalam Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam penyampaiannya memerlukan suatu pola dan strategi tertentu sesuai dengan bahan ajar masing-masing yang dapat membantu guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, sehingga siswa dapat lebih mudah untuk memahami suatu bahan ajar, diantaranya adalah dengan cara pemberian pengalaman secara langsung (lunds on actiaty) melalui pengamatan. Aspek menulis dan berbicara merupakan aspek yang sangat penting diantara aspek yang lain dalam pembelajaran bahasa dan satra di sekolah, Berdasarkan pengamatan dan pengalaman peneliti mengajar di SDN Mahela Kecamatan Batang Alai Selatan, dalam pembelajaran Bahasa dan sastra Indonesia terutama pantun, guru cenderung menerapkan pembelajaran lewat metode ceramah, diajarkan hanya dengan menyampaikan isi yang ada di dalam buku kepada siswa, sehingga menjadi kurang minat dan motivasi dalam belajar, akibatnya pemahaman siswa pada konsep ini menjadi rendah dan hasil belajar akhirnya rendah juga.
    Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka peneliti mengupayakan pemecahannya dengan PTK, dengan menerapkan metode deskriftif pada pembelajaran pantun dalam pelajaran Bahasa dan sastra Indonesia di kelas IV SDN Mahela Kecamatan Barabai, dengan menerapkan proses pembelajaran dapat berlangsung aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal.

    C. RUMUSAN MASALAH
    a. Bagaimana hasil belajar siswa kelas IV SDN Mahela Kecamatan Batang Alai Selatan pada kemampuan menulis pantun dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dengan menggunakan metode deskriftif ?
    b. Bagaimana aktivitas siswa kelas IV SDN Mahela Kecamatan Batang Alai Selatan pada kemampuan menulis pantun dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dengan menggunakan metode deskriftif ?
    c. Bagaimana aktivitas guru kelas IV SDN Mahela Kecamatan Batang Alai Selatan pada kemampuan menulis pantun dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dengan menggunakan metode deskriftif ?
    d. Bagaimana respon siswa kelas IV SDN Mahela Kecamatan Batang Alai Selatan pada kemampuan menulis pantun dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dengan menggunakan metode deskriftif ?
    D. TUJUAN PENELITIAN
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
    1. Hasil belajar siswa kelas IV SDN Mahela Kecamatan Batang Alai Selatan pada kemampuan menulis pantun dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dengan menggunakan metode deskriftif.
    2. Aktivitas siswa kelas IV SDN Mahela Kecamatan Batang Alai Selatan pada kemampuan menulis pantun dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dengan menggunakan metode deskriftif.
    3. Aktivitas guru pada saat Kegiatan Belajar Mengajar dengan menggunakan metode deskriftif.
    4. Respon siswa kelas IV SDN Mahela Kecamatan Batang Alai Selatan pada kemampuan menulis pantun dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dengan menggunakan metode deskriftif.
    E. MANFAAT PENELITIAN
    Manfaat dari penelitian ini adalah :
    1. Bagi siswa, bermanfaat untuk mengatasi masalah kesulitan belajar menulis pantun dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dan beraktivitas dalam pengajaran.
    2. Bagi guru, menjadi bahan masukan tentang upaya meningkatkan pemahaman siswa dalam menulis pantun dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
    3. Bagi Kepala Sekolah, memberikan solusi dalam rangka perbaikan pengajaran di sekolah
    F. KAJIAN PUSTAKA
    1. Teori Belajar Mengajar
    Menurut Usman dan Setiawati, (2001 : 15) belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu, dan individu dengan lingkungan. Dalam pengertian tersebut terdapat kata “change” atau perubahan yang berarti bahwa seseorang yang telah mengalami proses belajar mengajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik dalam aspek pengetahuannya, keterampilannya,maupun dalam sikapnya. Peubahan tingkah laku dalam aspek pengetahuan ialah, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari bodoh menjadi pintar; dalam aspek keterampilan ialah dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak terampil menjadi terampil; dalam aspek sikap ialah, dari ragu-ragu menjadi yakin, dari tidak sopan menjadi sopan, dari kurang ajar menjadi terpelajar.
    H.C. Witherington dalam Usman dan Setiawati (2001 : 5) “Belajar adalah satu perubahan dalam kepribadian dan menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian”. Sedangkan menurut Ernest R Hilgard “Belajar adalah proses dimana ditimbulkan atau diubahnya suatu kegiatan karena mereaksi suatu keadaan. Perubahan itu tidak disebabkan oleh proses pertumbuhan (kematangan) atau keadaan organisme yang sementara (seperti kelelahan atau karena pengaruh obat-obatan)”.
    Jerome S. Burner dalam Usman dan Setiawati (2001 : 5) “Mengajar adalah menyajikan ide, problem atau pengetahuan dalam bentuk yang sederhana sehingga mudah dipahami oleh setiap siswa”. Teknik untuk menyederhanakan bahan yang disajikan tersebut menurut Burner adalah dengan cara enactive, iconic, dan symbolic. Penyajian enactive adalah penyajian suatu bahan pelajaran dalam bentuk gerak atau dalam bentuk psikomotor. Penyajian iconic melibatkan penggunaan grafik dalam penyajian suatu ide, objek atau prinsip. Cara penyajian ini lebih abstrak di banding cara penyajian enactive. Sedangkan penyajian symbolic adalah dengan menggunakan bahasa dan penyajiannya hendaknya mengikuti perkembangan anak. Jadi mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau suatu usaha mengorganisasikan lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik (siswa) dan bahan pengajaran sehingga menimbulkan terjadinya proses belajar pada diri siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat W.H. Burton bahwa “Mengajar adalah suatu proses membimbing terhadap aktivitas belajar siswa”.
    2. Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
    Dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang menggunakan Kurukulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) maupun Sekolah Menengah Atas (SMA, mutlak menggunakan penilaian dengan menekankan pada empat aspek yaitu Mendengarkan, Menulis, Membaca dan Berbicara.
    3. Tinjauan Penelitian
    Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah. Tujuan dari semua usaha ilmiah adalah untuk menjelaskan, memprediksikan, dan/atau mengontrol fenomena. Tujuan ini didasarkan pada asumsi bahwa semua perilaku dan kejadian adalah beraturan dan bahwa semua akibat mempunyai penyebab yang dapat diketahui (Emzi, 2007 : 5).
    Penelitian menggunakan metode ilmiah, penyelidikan pengetahuan melalui metode pengumpulan, analisis dan interpretasi data. Dikaitkan dengan metode ilmiah,suatu proses penelitian sekurang-kurangnya berisi suatu rangkaian urutan langkah-langkah. Lima langkah yang sesuai dengan metode ilmiah dan melengkapi elemen-elemen umum pendekatan sistematik pada penelitian adalah (1) Identifikasi masalah (2) Review informasi (3) Pengumpulan data (4) Analisis data (5) Penarikan kesimpulan (Emzir, 2007 : 7-8).

    4. Metode Demonstrasi dan Eksperimen
    Metode demonstrasi dan eksperimen adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan penjelasan lisan disertai perbuatan atau memperlihatkan suatu proses tertentu yang kemudian diikuti atau dicoba oleh siswa untuk melakukannya. Dalam demonstrasi, guru atau siswa melakukan suatu proses, yang disertai penjelasan lisan setelah guru atau siswa memperagakan suatu demonstrasi tersebut, selanjutnya dieksperimenkan oleh siswa yang lainnya. Dengan demikian, suatu demonstrasi selalu diikuti dengan eksperimen (Usman dan Setiawati, 2001 : 129)
    Tujuan dan manfaat demonstrasi dan eksperimen menurut Usman dan Setiawati (2001 : 129) adalah :
    1. Demonstrasi eksperimen memberikan gambaran dan pengertian yang lebih jelas daripada hanya penjelasan lisan
    2. Demonstrasi eksperimen memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan pengamatan secara cermat
    3. Menghindari adanya verbalisme karena dalam metode ini setelah anak melihat peragaan, kemudian siswa sendiri melakukannya
    4. Dalam metode ini kadar CBSA-nya cukup tinggi karena setiap siswa dapat terlibat langsung
    Langkah-langkah persiapan demonstrasi dan eksperimen menurut Usman dan setiawati (2001: 129) adalah :
    1. Mempersiapkan langkah-langkah yang akan didemonstrasikan sehingga dapat dikuasai sepenuhnya
    2. Lakukan sendiri langkah tersebut sebelum didemonstrasikan di muka kelas
    3. catatlah kerangka garis besar yang akan didemonstrasikan sehingga siswa lebih mudah mengikuti jalannya peragaan
    5. Latar Belakang Teoritik
    Teori belajar yang paling banyak memberikan sumbangannya pada model pengajaran langsung adalah teori belajar sosial Bandura. Menurut Bandura, sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan selektif, kemudian mengingat dan meniru tingkah laku orang lain. Artinya manusia dapat belajar dari modelling, yaitu dari contoh atau model. Tingkah laku manusia dapat dipelajari melalui pengamatan suatu model. Dari pengamatan terhadap perilaku model tersebut, seseorang dapat membentuk pengertian bagaimana melakukan tingkah laku baru itu (Corebima, dkk 2002 : 8).
    Pemodelan (modeling) merupakan konsep dasar dari teori belajar sosial yang dikembangkan oleh Robert Bandura. Teori belajar sosial yang dikembangkan Robert Bandura ini merupakan perluasan dari teori belajar tradisional. Bandura memperhatikan bahwa penganut-penganut skinner (teori belajar perilaku) hanya memberi penekanan pada efek-efek konsekuensi pada perilaku, dan tidak mengindahkan fenomena pemodelan, yaitu meniru perilaku orang lain dan pengalaman vicarious, yaitu belajar dari keberhasilan dan kegagalan orang lain. Bandura merasa bahwa sebagian besar belajar yang dialami manusia tidak dibentuk dari konsekuensi-konsekuensi, melainkan manusia itu belajar melalui pengamatan secara efektif dan mengingat tingkah laku orang lain. Bandura (Arend, 1997 : 69 dalam Sudibyo, 2003 : 3) menulis “Belajar akan sangat menghabiskan waktu dan tenaga bahkan berbahaya, jika manusia harus menggantungkan diri sepenuhnya pada hasil-hasil kegiatannya sendiri. Untungnya sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari secara observasi melalui pemodelan dari observasi terhadap perilaku orang lain. Seseorang membentuk pengertian bagaimana melakukan tingkah laku baru, dan pada kesempatan berikutnya informasi yang telah dikodekan tersebut berfungsi sebagai pemandu untuk tindakan. Karena manusia dapat belajar dari contoh (model), setidaknya dalam bentuk mendekati, sebelum melakukan kesalahan-kesalahan yang tidak perlu”
    Menurut Bandura dalam Sudibyo (2003 : 3-8) ada empat (4) fase belajar dari model, yaitu fase perhatian (attentional phase), fase retensi (retention phase), fase reproduksi (reproduction phase), dan fase motivasi (motivation phase). Pada pengembangan model pengajaran, teori pemodelan tingkah laku ini paling banyak memberikan sumbangan terhadap pengembangan model pengajaran langsung (direct instruction/DI). Dengan demikian aplikasi teori ini tercermin pada aplikasi model langsung.
    1. Fase Perhatian (attentional phase). Fase pertama dalam belajar observasional (pemodelan) adalah memberikan perhatian pada suatu model. Pada umumnya, seseorang bisa memberikan perhatian pada model-model yang menarik, popular atau dikagumi. Inilah sebabnya mengapa banyak individu meniru pakaian, tata rambut atau sikap dari orang yang dikagumi, misalnya bintang film. Dalam pembelajaran, guru yang bertindak sebagai model bagi siswanya harus dapat menjamin agar siswa memberikan perhatian kepada bagian-bagian penting dari pelajaran. Cara ini dapat dilakukan dengan menyajikan materi pelajaran secara jelas dan menarik, memberikan penekanan pada bagian-bagian penting, atau dengan mendemonstrasikan suatu kegiatan.
    2. Fase Retensi. Fase ini bertanggung jawab atas pengkodean tingkah laku model dan menyimpan kode-kode itu dalam ingatan (memori jangka panjang). Pengkodean (enconding) adalah proses pengubahan pengalaman yang diamati menjadi kode memori.
    3. Fase Reproduksi. Di dalam fase ini, bayangan atau kode-kode dalam memori membimbing penampilan yang sebenarnya dari tingkah laku yang baru di amati (diperoleh). Fase reproduksi mengijinkan model untuk melihat apakah komponen-komponen suatu urutan tingkah laku telah dikuasai oleh pengamat. Adakalanya hanya sebagian dari suatu urutan tingkah laku yang diberi kode benar dan dimiliki. Kekurangan penampilan hanya dapat diketahui apabila si pengamat (yang belajar) diminta untuk menampilkannya. Dalam fase reproduksi ini si model hendaknya memberikan umpan balik pada aspek-aspek yang masih salah dalam penampilannya.
    4. Fase Motivasi. Fase terakhir dari proses belajar observasional adalah fase motivasi. Si pengamat akan meniru suatu model apabila mereka merasa bahwa dengan berbuat seperti model, mereka akan memperoleh peguatan.
    G. METODE PENELITIAN
    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dekriftif, menurut Margono (2003 : 8) penelitian deskripsi berusaha memberikan dengan sistematis dan cermat fakta-fakta aktual dan sifat populasi tertentu. Misalnya : Penelitian yang dilakukan mahasiswa untuk menyusun tesis memperoleh gelar sarjana pendidikan di IKIP, biasanya adalah penelitian deskriftif, seperti penelitian mengenai kemunduran prestasi belajar siswa, kemunduran rasa tanggung jawab, dll.
    H. DAFTAR PUSTAKA
    Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Malang: Sinar Baru Algesindo.
    Arikunto. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Gramedia.

    Arifin, Zaenal. 2004. Dasar-dasar Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: Gramedia.

    Banjarmasin, STKIP PGRI. Panduan Penulisan Skripsi. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP PGRI) Persatuan Guru Republik Indonesia Banjarmasin.

    Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta : Dirjen Dikdasmen.

    Depdiknas. 2008. Pengembangan Model Pembelajaran Tatap Muka, Penugasan Terstruktur dan Tugas Mandiri Tidak Terstruktur. Jakarta : Dirjen Manajemen Dikdasmen.

    Emzir. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.

    Imam Taufik, dkk. 2007. Cinta Bahasa Kita Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Ganeca Exact

    Kosasih, E. 2004. Kompetensi Ketatabahasaan dan Kesusastraan Cermat Bahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya.

    Lestari, Endang Dwi. 2005. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Klaten: Intan Pariwara.

    Musaba, Zulkifli. 1994. Terampil Menulis Dalam Bahasa Indonesia Yang Benar. Banjarmasin: Sarjana Indonesia

    Nurgiyantoro, Burhan. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

    Nursisto. 2000. Ikhtisar Kesusasteraan Indonesia. Yogyakarta: Adi Citra Karya Nusa.

    Rahimsyah. MB. AT. 2010. Kumpulan Peribahasa Pantun dan Puisi. Surabaya: Mulia jaya

    Semi, Atar. 1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.
    Sudjiman, Panuti. 1991. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
    Suryabrata, Sumadi. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : PT. Grafindo Persada.
    Tim Instruktur. 2009. Modul Model Pembelajaran. Banjarmasin : Depdiknas LPTK Rayon-17 Unlam Banjarmasin.

    Tim Instruktur. 2009. Modul Penelitian Tindakan Kelas. Banjarmasin : Depdiknas. LPTK Rayon-17 Unlam Banjarmasin.

    Usman dan Setiawati. 2001. Upaya Optimalisasi Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rusdakarya.

    Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

    Zaidan, Abdul Razak. 2000. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka.

  16. ningsih (NPM 3060811484)
    26/06/2010 pukul 4:53 am

    Judul Tentatif
    MENINGKATKAN PEMAMPUAN MEMBACA PUISI DENGAN METODE DEMONSTRASI DI SISWA KELAS V SDN HUJAN AMAS 2 KECAMATAN PARINGIN KABUPATEN BALANGAN

    A. Latar Belakang Masalah
    Secara khusus pengajaran Bahasa Indonesia dewasa ini, di Sekolah Dasar (SD) masih belum bisa dikatakan bahwa hasilnya sudah cukup menggembirakan. Hal tersebut berdasarkan berbagai penelitian yang dilakukan siswa dalam berkomunikasi baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.
    Materi pembelajaran Bahasa Indonesia sangat luas dan komplek apabila guru kurang terampil dan jeli terhadap kurikulum yang begitu banyak, tidak akan selesai sesuai dengan kegiatan belajar mengajar yang telah direncanakan. Pembelajarn Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang paling banyak aspek-aspeknya dan juga paling sulit dibandingkan dengan mata pelajaran yang lainnya. Di dalam pengajaran Bahasa Indonesia, ketrampilan membaca merupakan aspek yang paling sulit dibandingkan aspek-aspek yang lainnya. Dalam hal ini berbagai bentuk ketrampilan berbahasa dan jenis-jenisnya yang bisa siswa baca misalnya, buku pelajaran dan buku-buku paket dari berbagai macam mata pelajaran. Namun lain daripada itu, siswa juga bisa membaca hasil karya sastra yang digemari para siswa yang salah satunya adalah membaca puisi. Sebelum menggolongkan jenis-jenis puisi, guru bisa memberikan contoh atau penjelasan tentang puisi agar para siswa mengerti dan mampu mengapresiasikannya. Membaca puisi selain menambah ketrampilan dalam berbahasa juga mendapatkan keindahan dan berekspresi sesuai dengan isi puisi tersebut
    Berdasarkan pengamatan di kelas V SDN Hujan Amas 2 Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan, hasil belajar siswa pada materi membaca puisi sangat rendah, yaitu ketuntasan individual, rata-rata kurang dari 60. Hal ini terjadi karena dalam penyanmpaian materi, guru kurang melibatka siswa dalam pembelajaran. Siswa hanya duduk pasif menerima informasi dan melihat yang dicontohkan oleh guru.
    Berdasarkan kondisi ini, perlu diterapkan suatu sistem pembelajaran yang melibatkan peran siswa dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu usaha untuk menimbulkan keaktifan siswa di dalam proses belajara mengajar yaitu dengan menerapkan metode-metode pembelajaran yang melibatkan siswa. Banyak sekali metode-metode pembelajaran yang dapat merangsang keaktifan siswa. Dan salah metode pembelajaran yang dimaksud adalah motode demontrasi.
    Berdasarkan konsep pemikiran tersebtut di atas, peneliti perlu melakukan tentang ”Meningkatkan Kemampuan Membaca Puisi dengan Mengguanakan Metode Demonstrasi di Siswa Kelas V SDN Hujan Amas 2 Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan.”

    B. Rumusan Masalah
    Berdasarkan paparan latar belakang di atas, dalam penelitian ini ada berbagai masalah yang dapat diteliti. Oleh karena itu, untuk menjalankan penelitian ini perlu kiranya dibatasi masalah yang diteliti, dan dapat dirumuskan sebagai berikut.
    1. Bagaimana kemampuan membaca puisi dengan menggunakan metode demonstrasi pada siswa kelas V SDN Hujan Amas 2 Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan?
    2. Bagimana motivasi membaca puisi dengan menggunakan metode demonstrasi di siswa kelas V SDN Hujan Amas 2 Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan?

    C. Tujuan Penelitian
    Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
    1. Mendeskripsikan kemampuan membaca puisi dengan menggunakan metode demontrasi di siswa kelas V SDN Hujan Amas 2 Kecanatan Paringin Kabupaten Balangan.
    2. Penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan membaca puisi secara optimal di siswa kelas V SDN Hujan Amas 2 Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan.

    D. Manfaat Penelitian
    1. Secara Teoritis
    Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambaha wawasan tentang cara membaca puisi dengan menggunakan metode demonstrasi bagi siswa dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
    2. Secara Praktis
    Hasil kajian ini dapat dijadikan salah satu alternatif dalam memilih bahan pengajaran sastra di Sekolah Dasar dengan mempertimbangkan waktu yang cukup. Dan dijadikan sebagai suatu gambaran atau contoh untuk membaca puisi dengan memggunakan metode demonstrasi.

    E. Kajian Pustaka
    1. Pengertian Belajar
    Menurut Slameto (1995) belajar adalah proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan sesama. Sedangkan menurut Sardiman (2007:22) mengatakan bahwa belajar sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia (id-ego-super) dengan lingkungannya.
    Berdasarkan beberapa definisi belajar di atas, maka dapat disimpulkan definisi belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dialami individu dalam berinteraksi dengan lingkingannya. Perubahan yang terjadi dapat berupa perubahan-perubahan kebiasaan (habit), kecakapan-kecakapan, atau dalam ketiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.

    2. Pengertia Puisi
    Dalam kamus istialah sastra dikatakan puisi adalah ”gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditatasecara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penetaan bunyi, irama, dan makna khusus ” (Zaidan, dkk.,2004:159-160).
    3. Cara Membaca yang Baik
    `Sewaktu membaca hendaknya sekali-kali memejamkan mata atau melihat ke arah yang jauh.
    Cahaya penerangan yang cukup kuat hendaknya datang dari belakang pembaca.
    Pada halaman buku tidak terdapat bayangan.
    Buku dipegang tangan, tidak terletak dipermukaan meja.
    Jarak dari buku sekitar 25-30 cm
    Membaca hendaknya dilakukan di atas meja, tidak di tempatbtidur.
    Setuap membaca 1 – 2 jam, istirahatlah 5 – 10 menit, lalu dapat dimulai lagi.
    (Wursanto, 1990:131).
    Dari kutipan di atas, sesuatu yang dikatakan puisi setidak-tidaknya ada beberapa syarat, yaitu berupa gubahan dalam bahasa memiliki bentuk, bunyi, irama, dan makna khusus. Akan tetapi yang terpenting gubahan itu dapat mempertajam kesadaran seseorang akan pengalaman dan membangakitkan tanggapan khusus.
    Dengan demikian, dapat pula dikatakan bahwa puisi itu bukan memberikan petunjuk atau informasi, melainkan memberikan gambaran yang dapat mempertajam kesadaran orang dan dapat membangkitkan tanggapan orang atas apa yang dibaanya (puisi).
    4. Beberapa Jenis Puisi
    Ada beberapa jenis puisi di antaranya:
    1. Puisi Berpola
    Puisi berpola yaitu ” puisi yang pengaturan lariknya membentuk gambar tertentu disesuaikan dengan judul, tema, dan pesannya. Larik puisi dapat berupa sepatahk kata atau beberapa kata mendukung gagasan tertentu” (Zaidan, dkk.,2004:160).
    2. Puisi Dramatik
    Puisi dramatik yaitu ”puisi yang memilki persyaratan dramatik yang menekankan yikaian emosional atau situasi yang tegang” (Zaidan, dkk., 2004:161).
    3. Puisi Epik
    Puisi epik atau wiracarita yaitu ”puisi kisahan panjang tentang perbuatan kesatria dan pahlawan berisi cerita kepahlawanan yang menggabungkan mitos, legenda, cerita rakyat, dan sejarah” (Zaidan, dkk., 2004:218).

    4. Puisi Hermetis
    Puisi hermetis yaitu ”puisi yang merupakan ekspresi perseorangan dan bersifat curahan persaan. Isi puisi sukar ditangkap karena lebih banyak mengandung majas bahasa dan lambang pribadi penyair” (Zaidan, dkk., 2004:1610.
    5. Puisi Imajis
    Puisi Imajis yaitu ” puisi yang memperlihatkan cahay benderang garis-garis batas yang tegas (Zaidan,2009:18).
    6. Puisi Kanak-Kanak
    Puisi kanak-kanak yaitu puisi yang diciptaka khusus untuk kana- kanak, baik oleh anak-anak sendiri maupaunorang dewasa (Zaidan, dkk.,2004:161).
    7. Puisi Keluhan
    Puisi keluhan yaitu ” puisi yang menampakkan penderitaan pembicara karena ketidak setiaan seorang kekasih, kedaan duniayang merisaukan, ketidak bahagiaan, dan senagainya” (Zaidan, dkk.,2004161-162)
    8. Puisi Lirik
    Puisi lirik yaiti ”puisi curahan perasaan, pribadi terutama lukisan perasaan” (Zaidan, dkk.,2004:120).
    9. Puisi Mantra
    Puisi mantra yaitu ”puisi yang mengikuti pola mantra” (Zaidan,dkk.,2004:162).2004:162).
    10. Puisi Mbeling
    Puisi mbeling yaitu ” sejanis puisi ringan yang tujuannya membebaskan rasa tertekan, gelisah, dan tegang; puisi main-main” (Zaida, dkk.,2004162).
    11. Puisi Metafisik
    Puisi metafisik yaitu ” puisi yang mengungkapkan renungan dengan analogi antara makrokosmos dan mikrokosmos melalui bahasa sehari-hari, pengungkapannya mendalam dengan kelenturan ritme serta tema yang kompleks, baik suci maupun profan; ragam puisi ini penuh dengan paradoks, argumen yang dialektis, dan humor yang tuntas” (Zaida, dkk., 2004:162-163).
    12. Puisi Pastoral
    Puisi pastoral yaitu ” puisi yang menggambarkan kehidupan pedesaan yang tenang dan tenteran” (Zaidan, dkk., 2004163).
    13. Puisi Sufi
    Puisi sufi yaitu ”pusi yang ditulis oleh penganut paham tasawuf; puisi yang mengandung nilai-nilai tasawuf, pengalaman tasawuf, biasanya mengungkapkan kerinduan penyairnya akan Tuhan, hakikat hubungan makhluk dan khalik, dan segala perilaku yang tergolong dalam pangalaman religius” (azaidan, dkk., 2004: 164).
    5. Aspek Kebahasaan Puisi
     Bunyi
     Rima
     Kata
     Pemajasan
     Pencitraan

    6. Metode Demonstrasi
    Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari. Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih terkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Siswa juda dapat mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan selama pelajaran berlangsung

    F. Metode Penelitian
    1. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian
    Penelitian ini dilaksanakan di SDN Hujan Amas 2 Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan. Waktu pelaksanaan penelitian pada semester genap berlangsung pada bulan Mei-Juni 2010.
    2. Metode yang Digunakan
    Metode penelitianini adalah merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam Penelitian Tindakan Kelas ini dengan menerapkan metode pembelajaran Demonstrasi. Peneliti terlibat langsung di dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian yang berupa laporan. Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas untuk setiap pelaksanaan dapat dijabarkan sebagai berikut.

    a. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Siklus I
    Siklus I dengan 2 kali pertemuan dengan waktu 4 x 35 menit untuk materi membaca puisi. Penelitian ini melalui empat tahap PTK, yaitu:
    1. Rencana Tindakan
    Sebelum dilaksanakan penelitian perlu dilakukan berbagai persiapan hingga semua komponen yang direncanakan dapat dikelola dengan baik. Langkah-langkah persiapan yang perlu ditempuh adalah:
    2 .Membuat rencana atau skenario pembelajaran siklus I dengan menggunakan metode Demonstrasi yang berisi langkah-langkah yang dilakukan guru dan bentuk kegiatan yang dilakukan siswa;
    3. Mempersiapkan instrumen pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang dibuat yaitu LKS;
    4. Menyusun instrumen penelitian berupa tes (tes hasil belajar), format observasi perilaku guru dan siswa dalam proses belajar mengajar,
    a. Pelaksanaan Tindakan
    Dalam pelaksanaan tindakan dilakukan kegiatan sebagai berikut.
    (a) Memberikan pretes siklus I kepada siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran;
    (b) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar, dalam kegiatan ini dilakukan dengan mengkaji konsep sesuai tuntutan kurikulum melalui penggunaan metode Demonstrasi; dan
    (c) Melaksanakan pos tes siklus I
    b. Observasi Tindakan
    Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan yaitu upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Hujan Amas 2 Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan pada materi membaca puisi dengan metode Demonstrasi dengan penggunaan lembar observasi meliputi aktivitas guru dan siswa, efektivitas penggunaan sumber belajar, hambatan dan kesulitan guru dan siswa.
    c. Tahap Refleksi
    Tahap refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa saja yang sudah dilakukan sebagai pertimbangan untuk memasuki siklus II.
    b. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Siklus II
    Siklus I dengan 2 kali pertemuan dengan waktu 4 x 35 menit untuk materi membaca puisi disertai mimik
    1. Rencana Tindakan
    (a) Membuat rencana atau skenario pembelajaran siklus II dengan menggunakan metode Demonstrasi yang berisi langkah-langkah yang dilakukan guru dan bentuk kegiatan yang dilakukan siswa;
    (b) Mempersiapkan LKS dengan mengacu pada metode Demonstrasi;
    (c) Menyusun instrumen penelitian berupa tes (tes hasil belajar), format observasi perilaku guru dan siswa dalam proses belajar mengajar dan angket siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan,
    2. Pelaksanaan Tindakan
    Dalam pelaksanaan tindakan dilakukan kegiatan sebagai berikut.
    (a) Memberikan pretes siklus II kepada siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran;
    (b) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar, dalam kegiatan ini dilakukan dengan mengkaji konsep sesuai tuntutan kurikulum melalui penggunaan metode Demonstrasi; dan
    (c) Melaksanakan pos tes siklus II
    3. Observasi Tindakan
    Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan yaitu upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Hujan Amas 2 Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan pada materi membaca puisi dengan metode Demonstrasi dengan penggunaan lembar observasi meliputi aktivitas guru dan siswa, efektivitas penggunaan sumber belajar, hambatan dan kesulitan guru dan siswa.
    4. Tahap Refleksi
    Berdasarkan hasil belajar siswa, observasi, dan evaluasi terhadap jurnal harian dengan menggunakan instrumen dan hasil tes, maka ditemukan hal-hal yang menjadi pertimbangan untuk memperbaiki pada tindakan berikutnya, yaitu:
    (a) Hasil belajar siswa secara individual < 60 atau ketuntasan belajar secara klasikal kurang 85% (KKM Bahasa Indonesi SDN Hujan Amas 2 Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan Tahun 2009/2010), maka dilakukan perbaikan atau remedial.
    (b) Masih ditemukan hambatan atau kesulitan yang dialami siswa dan guru (peneliti) pada lembar hasil observasi pada saat pelaksanaan tindakan.
    b. Instrumen Penelitian
    Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
    1) Lembar observasi guru dalam pembelajaran membaca puisi dengan menggunakan metode Demonstrasi.
    2) Lembar observasi siswa dalam pembelajaran membaca puisi dengan menggunakan metode Demonstrasi.
    3) Angket siswa terhadap kegiatan belajar mengajar dalam pembelajaran tentang membaca puisi dengan menggunakan metode Demonstrasi.
    4) Soal pre test dan post tes pada siklus I serta soal pre test dan post test pada siklus II.
    d. Teknik Analisis Data
    Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
    (1) Pengukuran Aktivitas Guru dan Siswa
    (a) Aktivitas Guru
    Lembar observasi yang digunakan dalam menganalisa data penilaian aktivitas guru adalah menggunakan angka 0, 1, 2, 3, dan 4. Masing-masing angka diberi keterangan tidak baik, kurang baik, cukup baik, baik, dan amat baik.
    (b) Aktivitas Siswa
    Untuk menganalisa data lembar observasi aktivitas siswa dengan menggunakan kualifikasi sebagai berikut.
    Tabel daftar kualifikasi lembar observasi siswa
    No Nilai Kualifikasi
    1
    2
    3
    4
    5 0% – 20%
    21% – 40%
    41 – 60%
    61% – 80%
    81% – 100% Tidak Baik
    Kurang Baik
    Cukup Baik
    Baik
    Sangat Baik
    (Arikunto, 2008: 100)
    (2) Pengukuran Respon Siswa
    Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran metode Demonstrasi yang dilakukan, maka disebarkanlah angket. Dari skor angket yang diperoleh kemudian dilakukan perhitungan dengan menggunakan analisis persentase sebagai berikut.
    P = f x 100%
    N

    Keterangan:
    P = Persentase
    f = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
    N = Banyaknya individu

    (3) Pengukuran hasil Belajar Siswa
    (a) Kriteria Ketuntasan Minimal
    Ketuntasan yang berlaku di SDN Hujan Amas 2 Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan mengenai kriteria ketuntasan minimal untuk mata pelajaran matematika sebagai berikut.
    (1) Daya Serap Individual
    Secara individual, seorang siswa dinyatakan tuntas belajar apabila telah mencapai nilai 60 dari nilai maksimal 100.
    Cara penilaian hasi belajar siswa dalam penelitian ini menggunakan rumus dari Usman dan setiawati (2001: 136) yaitu:
    N = Skor Perolehan x 100
    Skor Maksimal
    Keterangan N = Nilai Akhir
    Tabel Kualifikasi tingkat Ketuntasan
    Tingkat Ketuntasan Kualifikasi
    60 Tuntas

    (2) Daya Serap Klasikal
    Secara klasikal, suatu kelas dinyatakan tuntas apabila terdapat minimal 85% dari jumlah siswa yang belajar secara individual.
    Untuk mengetahui persentase ketuntasan belajar secara klasikal, di mana telah ditentukan sebelumnya bahwa ketuntasan belajar secara klasikal minimal 85% dari jumlah siswa, menggunakan rumus:
    N = Jumlah Siswa yang Lulus x 100
    Jumlah Siswa Keseluruhan
    Teknik analisis data dalam penelitian ini juga menggunakan teknik analisa dengan persentase. Rumus persentase yang digunakan seperti dikutip Sudijono (2003: 43) adalah:
    P = f x 100%
    N

    e.Indikator Keberhasilan
    Ukuran yang dijadikan indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini apabia ketuntasan individu 60, dan secara klasikal minimal 85%.
    4. Populasi dan Sampel
    a. Populasi
    Dalam penelitian ini yang dijadikan poupulasi dalam penelitian adalah seluruhan kelas V SDN Hujan Amas 2 Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan yang terdiri 8 orang siswa laki-laki da 11 orang peremupan dengan jumlah seluruhnya 19 orang siswa.
    b. Sampel
    Sampel adalah sebagian dari /wakil populasi yang diteliti dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah 19 orang dari siswa kelas V SDN Hujan Amas 2 Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan.
    6. Teknik Pengumpulan Data
    1. Data kuantitatif berupa data hasil belajar yang diambil dari tes awal dan tes akhir
    2. Data kualitatif berupa data hasil observasi terhadap pelaksanaan
    pembelajaran dan angket.
    G. Daftar Pustaka

    Andangdjaya. 2000. Buku Puisi. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya
    Blog. 2010 (http://www.slametno.blogspot.com, diakses 13 Mei 2010)

    Sardiman, 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja
    Gravindo Persada

    Soedarsono, FX. 1996/1997. Pedoman Pelaksanaan Tindakan Kelas (PTK), Bagian Kedua : Rencana, Desain dan Implementasi, Yogyakarta : UKMP

    Sulistyowati, Tarsyad, 2009. Pengkajian Puisi:Teori dan Aplikasi: Banjarmasi: Tahura Media

    Zaidan, Abdul Razak, dkk.2004. Kamus Istilah Sastra.Jakarta :Balai Pustaka

    Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

    STKIP PGRI Banjarmasin. 2009. Pedoman Penulisan Skripsi. Banjarmasin: STKIP PGRI Banjarmasin.

    Suharsimi, Arikunto. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

  17. ningsih (NPM 3060811484)
    26/06/2010 pukul 4:58 am

    LAILATUL AKMALIAH(NPM : 3060811 479 :
    NAMA : LAILATUL AKMALIAH
    NPM : 3060811479
    A.JUDUL
    MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN DENGAN METODE DESKRIPTIF SISWA KELAS IV SD NEGERI MAHELA KECAMATAN BATANG ALAI SELATAN KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH
    B.LATAR BELAKANG
    Pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU RI No.20 Tahun 2003, 2003 : 11). Pendidikan dilakukan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan dan kemajemukan bangsa serta nilai kultural.
    Sehubungan dengan fungsi dan tujuan pendidikan tersebut diatas, maka peran seorang guru tidaklah ringan, karena dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran guru bukan sebagai penyampai konsep-konsep pengetahuan yang ada dalam buku saja, tetapi juga dituntut untuk dapat memberikan bekal ketermpilan sesuai dengan bahan ajar yang dimaksud, serta pesan-pesan moral yang dapat dipengaruhi watak dan kepribadian pesrta didik, sehingga seorang guru diharapkan dapat ikut berperan dalam ikut mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya.
    Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di sekolah dasar terbagi dalam beberapa aspek yaitu Mendengarkan, Membaca, Menulis dan Berbicara. Aspek-aspek yang ada dalam Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam penyampaiannya memerlukan suatu pola dan strategi tertentu sesuai dengan bahan ajar masing-masing yang dapat membantu guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, sehingga siswa dapat lebih mudah untuk memahami suatu bahan ajar, diantaranya adalah dengan cara pemberian pengalaman secara langsung (lunds on actiaty) melalui pengamatan. Aspek menulis dan berbicara merupakan aspek yang sangat penting diantara aspek yang lain dalam pembelajaran bahasa dan satra di sekolah, Berdasarkan pengamatan dan pengalaman peneliti mengajar di SDN Mahela Kecamatan Batang Alai Selatan, dalam pembelajaran Bahasa dan sastra Indonesia terutama pantun, guru cenderung menerapkan pembelajaran lewat metode ceramah, diajarkan hanya dengan menyampaikan isi yang ada di dalam buku kepada siswa, sehingga menjadi kurang minat dan motivasi dalam belajar, akibatnya pemahaman siswa pada konsep ini menjadi rendah dan hasil belajar akhirnya rendah juga.
    Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka peneliti mengupayakan pemecahannya dengan PTK, dengan menerapkan metode deskriftif pada pembelajaran pantun dalam pelajaran Bahasa dan sastra Indonesia di kelas IV SDN Mahela Kecamatan Barabai, dengan menerapkan proses pembelajaran dapat berlangsung aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal.
    C.RUMUSAN MASALAH
    a.Bagaimana hasil belajar siswa kelas IV SDN Mahela Kecamatan Batang Alai Selatan pada kemampuan menulis pantun dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dengan menggunakan metode deskriftif ?
    b.Bagaimana aktivitas siswa kelas IV SDN Mahela Kecamatan Batang Alai Selatan pada kemampuan menulis pantun dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dengan menggunakan metode deskriftif ?
    c.Bagaimana aktivitas guru kelas IV SDN Mahela Kecamatan Batang Alai Selatan pada kemampuan menulis pantun dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dengan menggunakan metode deskriftif ?
    d.Bagaimana respon siswa kelas IV SDN Mahela Kecamatan Batang Alai Selatan pada kemampuan menulis pantun dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dengan menggunakan metode deskriftif ?
    D.TUJUAN PENELITIAN
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
    1.Hasil belajar siswa kelas IV SDN Mahela Kecamatan Batang Alai Selatan pada kemampuan menulis pantun dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dengan menggunakan metode deskriftif.
    2.Aktivitas siswa kelas IV SDN Mahela Kecamatan Batang Alai Selatan pada kemampuan menulis pantun dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dengan menggunakan metode deskriftif.
    3.Aktivitas guru pada saat Kegiatan Belajar Mengajar dengan menggunakan metode deskriftif.
    4.Respon siswa kelas IV SDN Mahela Kecamatan Batang Alai Selatan pada kemampuan menulis pantun dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dengan menggunakan metode deskriftif.
    E.MANFAAT PENELITIAN
    Manfaat dari penelitian ini adalah :
    1.Bagi siswa, bermanfaat untuk mengatasi masalah kesulitan belajar menulis pantun dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dan beraktivitas dalam pengajaran.
    2.Bagi guru, menjadi bahan masukan tentang upaya meningkatkan pemahaman siswa dalam menulis pantun dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
    3.Bagi Kepala Sekolah, memberikan solusi dalam rangka perbaikan pengajaran di sekolah
    F.KAJIAN PUSTAKA
    1.Teori Belajar Mengajar
    Menurut Usman dan Setiawati, (2001 : 15) belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu, dan individu dengan lingkungan. Dalam pengertian tersebut terdapat kata “change” atau perubahan yang berarti bahwa seseorang yang telah mengalami proses belajar mengajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik dalam aspek pengetahuannya, keterampilannya,maupun dalam sikapnya. Peubahan tingkah laku dalam aspek pengetahuan ialah, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari bodoh menjadi pintar; dalam aspek keterampilan ialah dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak terampil menjadi terampil; dalam aspek sikap ialah, dari ragu-ragu menjadi yakin, dari tidak sopan menjadi sopan, dari kurang ajar menjadi terpelajar.
    H.C. Witherington dalam Usman dan Setiawati (2001 : 5) “Belajar adalah satu perubahan dalam kepribadian dan menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian”. Sedangkan menurut Ernest R Hilgard “Belajar adalah proses dimana ditimbulkan atau diubahnya suatu kegiatan karena mereaksi suatu keadaan. Perubahan itu tidak disebabkan oleh proses pertumbuhan (kematangan) atau keadaan organisme yang sementara (seperti kelelahan atau karena pengaruh obat-obatan)”.
    Jerome S. Burner dalam Usman dan Setiawati (2001 : 5) “Mengajar adalah menyajikan ide, problem atau pengetahuan dalam bentuk yang sederhana sehingga mudah dipahami oleh setiap siswa”. Teknik untuk menyederhanakan bahan yang disajikan tersebut menurut Burner adalah dengan cara enactive, iconic, dan symbolic. Penyajian enactive adalah penyajian suatu bahan pelajaran dalam bentuk gerak atau dalam bentuk psikomotor. Penyajian iconic melibatkan penggunaan grafik dalam penyajian suatu ide, objek atau prinsip. Cara penyajian ini lebih abstrak di banding cara penyajian enactive. Sedangkan penyajian symbolic adalah dengan menggunakan bahasa dan penyajiannya hendaknya mengikuti perkembangan anak. Jadi mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau suatu usaha mengorganisasikan lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik (siswa) dan bahan pengajaran sehingga menimbulkan terjadinya proses belajar pada diri siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat W.H. Burton bahwa “Mengajar adalah suatu proses membimbing terhadap aktivitas belajar siswa”.
    2.Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
    Dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang menggunakan Kurukulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) maupun Sekolah Menengah Atas (SMA, mutlak menggunakan penilaian dengan menekankan pada empat aspek yaitu Mendengarkan, Menulis, Membaca dan Berbicara.
    3.Tinjauan Penelitian
    Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah. Tujuan dari semua usaha ilmiah adalah untuk menjelaskan, memprediksikan, dan/atau mengontrol fenomena. Tujuan ini didasarkan pada asumsi bahwa semua perilaku dan kejadian adalah beraturan dan bahwa semua akibat mempunyai penyebab yang dapat diketahui (Emzi, 2007 : 5).
    Penelitian menggunakan metode ilmiah, penyelidikan pengetahuan melalui metode pengumpulan, analisis dan interpretasi data. Dikaitkan dengan metode ilmiah,suatu proses penelitian sekurang-kurangnya berisi suatu rangkaian urutan langkah-langkah. Lima langkah yang sesuai dengan metode ilmiah dan melengkapi elemen-elemen umum pendekatan sistematik pada penelitian adalah (1) Identifikasi masalah (2) Review informasi (3) Pengumpulan data (4) Analisis data (5) Penarikan kesimpulan (Emzir, 2007 : 7-8).
    4.Metode Demonstrasi dan Eksperimen
    Metode demonstrasi dan eksperimen adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan penjelasan lisan disertai perbuatan atau memperlihatkan suatu proses tertentu yang kemudian diikuti atau dicoba oleh siswa untuk melakukannya. Dalam demonstrasi, guru atau siswa melakukan suatu proses, yang disertai penjelasan lisan setelah guru atau siswa memperagakan suatu demonstrasi tersebut, selanjutnya dieksperimenkan oleh siswa yang lainnya. Dengan demikian, suatu demonstrasi selalu diikuti dengan eksperimen (Usman dan Setiawati, 2001 : 129)
    Tujuan dan manfaat demonstrasi dan eksperimen menurut Usman dan Setiawati (2001 : 129) adalah :
    1.Demonstrasi eksperimen memberikan gambaran dan pengertian yang lebih jelas daripada hanya penjelasan lisan
    2.Demonstrasi eksperimen memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan pengamatan secara cermat
    3.Menghindari adanya verbalisme karena dalam metode ini setelah anak melihat peragaan, kemudian siswa sendiri melakukannya
    4.Dalam metode ini kadar CBSA-nya cukup tinggi karena setiap siswa dapat terlibat langsung
    Langkah-langkah persiapan demonstrasi dan eksperimen menurut Usman dan setiawati (2001: 129) adalah :
    1.Mempersiapkan langkah-langkah yang akan didemonstrasikan sehingga dapat dikuasai sepenuhnya
    2.Lakukan sendiri langkah tersebut sebelum didemonstrasikan di muka kelas
    3.catatlah kerangka garis besar yang akan didemonstrasikan sehingga siswa lebih mudah mengikuti jalannya peragaan
    5.Latar Belakang Teoritik
    Teori belajar yang paling banyak memberikan sumbangannya pada model pengajaran langsung adalah teori belajar sosial Bandura. Menurut Bandura, sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan selektif, kemudian mengingat dan meniru tingkah laku orang lain. Artinya manusia dapat belajar dari modelling, yaitu dari contoh atau model. Tingkah laku manusia dapat dipelajari melalui pengamatan suatu model. Dari pengamatan terhadap perilaku model tersebut, seseorang dapat membentuk pengertian bagaimana melakukan tingkah laku baru itu (Corebima, dkk 2002 : 8).
    Pemodelan (modeling) merupakan konsep dasar dari teori belajar sosial yang dikembangkan oleh Robert Bandura. Teori belajar sosial yang dikembangkan Robert Bandura ini merupakan perluasan dari teori belajar tradisional. Bandura memperhatikan bahwa penganut-penganut skinner (teori belajar perilaku) hanya memberi penekanan pada efek-efek konsekuensi pada perilaku, dan tidak mengindahkan fenomena pemodelan, yaitu meniru perilaku orang lain dan pengalaman vicarious, yaitu belajar dari keberhasilan dan kegagalan orang lain. Bandura merasa bahwa sebagian besar belajar yang dialami manusia tidak dibentuk dari konsekuensi-konsekuensi, melainkan manusia itu belajar melalui pengamatan secara efektif dan mengingat tingkah laku orang lain. Bandura (Arend, 1997 : 69 dalam Sudibyo, 2003 : 3) menulis “Belajar akan sangat menghabiskan waktu dan tenaga bahkan berbahaya, jika manusia harus menggantungkan diri sepenuhnya pada hasil-hasil kegiatannya sendiri. Untungnya sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari secara observasi melalui pemodelan dari observasi terhadap perilaku orang lain. Seseorang membentuk pengertian bagaimana melakukan tingkah laku baru, dan pada kesempatan berikutnya informasi yang telah dikodekan tersebut berfungsi sebagai pemandu untuk tindakan. Karena manusia dapat belajar dari contoh (model), setidaknya dalam bentuk mendekati, sebelum melakukan kesalahan-kesalahan yang tidak perlu”
    Menurut Bandura dalam Sudibyo (2003 : 3-8) ada empat (4) fase belajar dari model, yaitu fase perhatian (attentional phase), fase retensi (retention phase), fase reproduksi (reproduction phase), dan fase motivasi (motivation phase). Pada pengembangan model pengajaran, teori pemodelan tingkah laku ini paling banyak memberikan sumbangan terhadap pengembangan model pengajaran langsung (direct instruction/DI). Dengan demikian aplikasi teori ini tercermin pada aplikasi model langsung.
    1.Fase Perhatian (attentional phase). Fase pertama dalam belajar observasional (pemodelan) adalah memberikan perhatian pada suatu model. Pada umumnya, seseorang bisa memberikan perhatian pada model-model yang menarik, popular atau dikagumi. Inilah sebabnya mengapa banyak individu meniru pakaian, tata rambut atau sikap dari orang yang dikagumi, misalnya bintang film. Dalam pembelajaran, guru yang bertindak sebagai model bagi siswanya harus dapat menjamin agar siswa memberikan perhatian kepada bagian-bagian penting dari pelajaran. Cara ini dapat dilakukan dengan menyajikan materi pelajaran secara jelas dan menarik, memberikan penekanan pada bagian-bagian penting, atau dengan mendemonstrasikan suatu kegiatan.
    2.Fase Retensi. Fase ini bertanggung jawab atas pengkodean tingkah laku model dan menyimpan kode-kode itu dalam ingatan (memori jangka panjang). Pengkodean (enconding) adalah proses pengubahan pengalaman yang diamati menjadi kode memori.
    3.Fase Reproduksi. Di dalam fase ini, bayangan atau kode-kode dalam memori membimbing penampilan yang sebenarnya dari tingkah laku yang baru di amati (diperoleh). Fase reproduksi mengijinkan model untuk melihat apakah komponen-komponen suatu urutan tingkah laku telah dikuasai oleh pengamat. Adakalanya hanya sebagian dari suatu urutan tingkah laku yang diberi kode benar dan dimiliki. Kekurangan penampilan hanya dapat diketahui apabila si pengamat (yang belajar) diminta untuk menampilkannya. Dalam fase reproduksi ini si model hendaknya memberikan umpan balik pada aspek-aspek yang masih salah dalam penampilannya.
    4.Fase Motivasi. Fase terakhir dari proses belajar observasional adalah fase motivasi. Si pengamat akan meniru suatu model apabila mereka merasa bahwa dengan berbuat seperti model, mereka akan memperoleh peguatan.
    G.METODE PENELITIAN
    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dekriftif, menurut Margono (2003 : penelitian deskripsi berusaha memberikan dengan sistematis dan cermat fakta-fakta aktual dan sifat populasi tertentu. Misalnya : Penelitian yang dilakukan mahasiswa untuk menyusun tesis memperoleh gelar sarjana pendidikan di IKIP, biasanya adalah penelitian deskriftif, seperti penelitian mengenai kemunduran prestasi belajar siswa, kemunduran rasa tanggung jawab, dll.
    H.DAFTAR PUSTAKA
    Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Malang: Sinar Baru Algesindo.
    Arikunto. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Gramedia.
    Arifin, Zaenal. 2004. Dasar-dasar Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: Gramedia.
    Banjarmasin, STKIP PGRI. Panduan Penulisan Skripsi. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP PGRI) Persatuan Guru Republik Indonesia Banjarmasin.
    Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta : Dirjen Dikdasmen.
    Depdiknas. 2008. Pengembangan Model Pembelajaran Tatap Muka, Penugasan Terstruktur dan Tugas Mandiri Tidak Terstruktur. Jakarta : Dirjen Manajemen Dikdasmen.
    Emzir. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.
    Imam Taufik, dkk. 2007. Cinta Bahasa Kita Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Ganeca Exact
    Kosasih, E. 2004. Kompetensi Ketatabahasaan dan Kesusastraan Cermat Bahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya.
    Lestari, Endang Dwi. 2005. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Klaten: Intan Pariwara.
    Musaba, Zulkifli. 1994. Terampil Menulis Dalam Bahasa Indonesia Yang Benar. Banjarmasin: Sarjana Indonesia
    Nurgiyantoro, Burhan. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
    Nursisto. 2000. Ikhtisar Kesusasteraan Indonesia. Yogyakarta: Adi Citra Karya Nusa.
    Rahimsyah. MB. AT. 2010. Kumpulan Peribahasa Pantun dan Puisi. Surabaya: Mulia jaya
    Semi, Atar. 1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.
    Sudjiman, Panuti. 1991. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
    Suryabrata, Sumadi. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : PT. Grafindo Persada.
    Tim Instruktur. 2009. Modul Model Pembelajaran. Banjarmasin : Depdiknas LPTK Rayon-17 Unlam Banjarmasin.
    Tim Instruktur. 2009. Modul Penelitian Tindakan Kelas. Banjarmasin : Depdiknas. LPTK Rayon-17 Unlam Banjarmasin.
    Usman dan Setiawati. 2001. Upaya Optimalisasi Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rusdakarya.
    Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
    Zaidan, Abdul Razak. 2000. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka.

    ningsih (NPM 3060811484) :
    Judul Tentatif
    MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PUISI DENGAN METODE DEMONSTRASI SISWA KELAS V DI SDN HUJAN AMAS 2 KECAMATAN PARINGIN KABUPATEN BALANGAN
    A.Latar Belakang Masalah
    Secara khusus pengajaran Bahasa Indonesia dewasa ini, di Sekolah Dasar (SD) masih belum bisa dikatakan bahwa hasilnya sudah cukup menggembirakan. Hal tersebut berdasarkan berbagai penelitian yang dilakukan siswa dalam berkomunikasi baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.
    Materi pembelajaran Bahasa Indonesia sangat luas dan komplek apabila guru kurang terampil dan jeli terhadap kurikulum yang begitu banyak, tidak akan selesai sesuai dengan kegiatan belajar mengajar yang telah direncanakan. Pembelajarn Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang paling banyak aspek-aspeknya dan juga paling sulit dibandingkan dengan mata pelajaran yang lainnya. Di dalam pengajaran Bahasa Indonesia, ketrampilan membaca merupakan aspek yang paling sulit dibandingkan aspek-aspek yang lainnya. Dalam hal ini berbagai bentuk ketrampilan berbahasa dan jenis-jenisnya yang bisa siswa baca misalnya, buku pelajaran dan buku-buku paket dari berbagai macam mata pelajaran. Namun lain daripada itu, siswa juga bisa membaca hasil karya sastra yang digemari para siswa yang salah satunya adalah membaca puisi. Sebelum menggolongkan jenis-jenis puisi, guru bisa memberikan contoh atau penjelasan tentang puisi agar para siswa mengerti dan mampu mengapresiasikannya. Membaca puisi selain menambah ketrampilan dalam berbahasa juga mendapatkan keindahan dan berekspresi sesuai dengan isi puisi tersebut
    Berdasarkan pengamatan di kelas V SDN Hujan Amas 2 Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan, hasil belajar siswa pada materi membaca puisi sangat rendah, yaitu ketuntasan individual, rata-rata kurang dari 60. Hal ini terjadi karena dalam penyanmpaian materi, guru kurang melibatka siswa dalam pembelajaran. Siswa hanya duduk pasif menerima informasi dan melihat yang dicontohkan oleh guru.
    Berdasarkan kondisi ini, perlu diterapkan suatu sistem pembelajaran yang melibatkan peran siswa dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu usaha untuk menimbulkan keaktifan siswa di dalam proses belajara mengajar yaitu dengan menerapkan metode-metode pembelajaran yang melibatkan siswa. Banyak sekali metode-metode pembelajaran yang dapat merangsang keaktifan siswa. Dan salah metode pembelajaran yang dimaksud adalah motode demontrasi.
    Berdasarkan konsep pemikiran tersebtut di atas, peneliti perlu melakukan tentang ”Meningkatkan Kemampuan Membaca Puisi dengan Mengguanakan Metode Demonstrasi di Siswa Kelas V SDN Hujan Amas 2 Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan.”
    B.Rumusan Masalah
    Berdasarkan paparan latar belakang di atas, dalam penelitian ini ada berbagai masalah yang dapat diteliti. Oleh karena itu, untuk menjalankan penelitian ini perlu kiranya dibatasi masalah yang diteliti, dan dapat dirumuskan sebagai berikut.
    1.Bagaimana kemampuan membaca puisi dengan menggunakan metode demonstrasi pada siswa kelas V SDN Hujan Amas 2 Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan?
    2.Bagimana motivasi membaca puisi dengan menggunakan metode demonstrasi di siswa kelas V SDN Hujan Amas 2 Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan?
    C.Tujuan Penelitian
    Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
    1.Mendeskripsikan kemampuan membaca puisi dengan menggunakan metode demontrasi di siswa kelas V SDN Hujan Amas 2 Kecanatan Paringin Kabupaten Balangan.
    2.Penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan membaca puisi secara optimal di siswa kelas V SDN Hujan Amas 2 Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan.
    D.Manfaat Penelitian
    1. Secara Teoritis
    Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambaha wawasan tentang cara membaca puisi dengan menggunakan metode demonstrasi bagi siswa dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
    2. Secara Praktis
    Hasil kajian ini dapat dijadikan salah satu alternatif dalam memilih bahan pengajaran sastra di Sekolah Dasar dengan mempertimbangkan waktu yang cukup. Dan dijadikan sebagai suatu gambaran atau contoh untuk membaca puisi dengan memggunakan metode demonstrasi.
    E.Kajian Pustaka
    1. Pengertian Belajar
    Menurut Slameto (1995) belajar adalah proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan sesama. Sedangkan menurut Sardiman (2007:22) mengatakan bahwa belajar sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia (id-ego-super) dengan lingkungannya.
    Berdasarkan beberapa definisi belajar di atas, maka dapat disimpulkan definisi belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dialami individu dalam berinteraksi dengan lingkingannya. Perubahan yang terjadi dapat berupa perubahan-perubahan kebiasaan (habit), kecakapan-kecakapan, atau dalam ketiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
    2. Pengertia Puisi
    Dalam kamus istialah sastra dikatakan puisi adalah ”gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditatasecara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penetaan bunyi, irama, dan makna khusus ” (Zaidan, dkk.,2004:159-160).
    3. Cara Membaca yang Baik
    `Sewaktu membaca hendaknya sekali-kali memejamkan mata atau melihat ke arah yang jauh.
    Cahaya penerangan yang cukup kuat hendaknya datang dari belakang pembaca.
    Pada halaman buku tidak terdapat bayangan.
    Buku dipegang tangan, tidak terletak dipermukaan meja.
    Jarak dari buku sekitar 25-30 cm
    Membaca hendaknya dilakukan di atas meja, tidak di tempatbtidur.
    Setuap membaca 1 – 2 jam, istirahatlah 5 – 10 menit, lalu dapat dimulai lagi.
    (Wursanto, 1990:131).
    Dari kutipan di atas, sesuatu yang dikatakan puisi setidak-tidaknya ada beberapa syarat, yaitu berupa gubahan dalam bahasa memiliki bentuk, bunyi, irama, dan makna khusus. Akan tetapi yang terpenting gubahan itu dapat mempertajam kesadaran seseorang akan pengalaman dan membangakitkan tanggapan khusus.
    Dengan demikian, dapat pula dikatakan bahwa puisi itu bukan memberikan petunjuk atau informasi, melainkan memberikan gambaran yang dapat mempertajam kesadaran orang dan dapat membangkitkan tanggapan orang atas apa yang dibaanya (puisi).
    4.Beberapa Jenis Puisi
    Ada beberapa jenis puisi di antaranya:
    1.Puisi Berpola
    Puisi berpola yaitu ” puisi yang pengaturan lariknya membentuk gambar tertentu disesuaikan dengan judul, tema, dan pesannya. Larik puisi dapat berupa sepatahk kata atau beberapa kata mendukung gagasan tertentu” (Zaidan, dkk.,2004:160).
    2.Puisi Dramatik
    Puisi dramatik yaitu ”puisi yang memilki persyaratan dramatik yang menekankan yikaian emosional atau situasi yang tegang” (Zaidan, dkk., 2004:161).
    3.Puisi Epik
    Puisi epik atau wiracarita yaitu ”puisi kisahan panjang tentang perbuatan kesatria dan pahlawan berisi cerita kepahlawanan yang menggabungkan mitos, legenda, cerita rakyat, dan sejarah” (Zaidan, dkk., 2004:218).
    4.Puisi Hermetis
    Puisi hermetis yaitu ”puisi yang merupakan ekspresi perseorangan dan bersifat curahan persaan. Isi puisi sukar ditangkap karena lebih banyak mengandung majas bahasa dan lambang pribadi penyair” (Zaidan, dkk., 2004:1610.
    5.Puisi Imajis
    Puisi Imajis yaitu ” puisi yang memperlihatkan cahay benderang garis-garis batas yang tegas (Zaidan,2009:18).
    6.Puisi Kanak-Kanak
    Puisi kanak-kanak yaitu puisi yang diciptaka khusus untuk kana-kanak, baik oleh anak-anak sendiri maupaunorang dewasa (Zaidan, dkk.,2004:161).
    7.Puisi Keluhan
    Puisi keluhan yaitu ” puisi yang menampakkan penderitaan pembicara karena ketidak setiaan seorang kekasih, kedaan duniayang merisaukan, ketidak bahagiaan, dan senagainya” (Zaidan, dkk.,2004161-162)
    8.Puisi Lirik
    Puisi lirik yaiti ”puisi curahan perasaan, pribadi terutama lukisan perasaan” (Zaidan, dkk.,2004:120).
    9.Puisi Mantra
    Puisi mantra yaitu ”puisi yang mengikuti pola mantra” (Zaidan,dkk.,2004:162).2004:162).
    10.Puisi Mbeling
    Puisi mbeling yaitu ” sejanis puisi ringan yang tujuannya membebaskan rasa tertekan, gelisah, dan tegang; puisi main-main” (Zaida, dkk.,2004162).
    11.Puisi Metafisik
    Puisi metafisik yaitu ” puisi yang mengungkapkan renungan dengan analogi antara makrokosmos dan mikrokosmos melalui bahasa sehari-hari, pengungkapannya mendalam dengan kelenturan ritme serta tema yang kompleks, baik suci maupun profan; ragam puisi ini penuh dengan paradoks, argumen yang dialektis, dan humor yang tuntas” (Zaida, dkk., 2004:162-163).
    12.Puisi Pastoral
    Puisi pastoral yaitu ” puisi yang menggambarkan kehidupan pedesaan yang tenang dan tenteran” (Zaidan, dkk., 2004163).
    13.Puisi Sufi
    Puisi sufi yaitu ”pusi yang ditulis oleh penganut paham tasawuf; puisi yang mengandung nilai-nilai tasawuf, pengalaman tasawuf, biasanya mengungkapkan kerinduan penyairnya akan Tuhan, hakikat hubungan makhluk dan khalik, dan segala perilaku yang tergolong dalam pangalaman religius” (azaidan, dkk., 2004: 164).
    5.Aspek Kebahasaan Puisi
    Bunyi
    Rima
    Kata
    Pemajasan
    Pencitraan
    6.Metode Demonstrasi
    Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari. Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih terkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Siswa juda dapat mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan selama pelajaran berlangsung
    F.Metode Penelitian
    1.Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian
    Penelitian ini dilaksanakan di SDN Hujan Amas 2 Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan. Waktu pelaksanaan penelitian pada semester genap berlangsung pada bulan Mei-Juni 2010.
    2. Metode yang Digunakan
    Metode penelitianini adalah merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam Penelitian Tindakan Kelas ini dengan menerapkan metode pembelajaran Demonstrasi. Peneliti terlibat langsung di dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian yang berupa laporan. Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas untuk setiap pelaksanaan dapat dijabarkan sebagai berikut.
    a.Pelaksanaan Penelitian Tindakan Siklus I
    Siklus I dengan 2 kali pertemuan dengan waktu 4 x 35 menit untuk materi membaca puisi. Penelitian ini melalui empat tahap PTK, yaitu:
    1. Rencana Tindakan
    Sebelum dilaksanakan penelitian perlu dilakukan berbagai persiapan hingga semua komponen yang direncanakan dapat dikelola dengan baik. Langkah-langkah persiapan yang perlu ditempuh adalah:
    2 .Membuat rencana atau skenario pembelajaran siklus I dengan menggunakan metode Demonstrasi yang berisi langkah-langkah yang dilakukan guru dan bentuk kegiatan yang dilakukan siswa;
    3.Mempersiapkan instrumen pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang dibuat yaitu LKS;
    4.Menyusun instrumen penelitian berupa tes (tes hasil belajar), format observasi perilaku guru dan siswa dalam proses belajar mengajar,
    a.Pelaksanaan Tindakan
    Dalam pelaksanaan tindakan dilakukan kegiatan sebagai berikut.
    (a)Memberikan pretes siklus I kepada siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran;
    (b)Melaksanakan kegiatan belajar mengajar, dalam kegiatan ini dilakukan dengan mengkaji konsep sesuai tuntutan kurikulum melalui penggunaan metode Demonstrasi; dan
    (c)Melaksanakan pos tes siklus I
    b.Observasi Tindakan
    Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan yaitu upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Hujan Amas 2 Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan pada materi membaca puisi dengan metode Demonstrasi dengan penggunaan lembar observasi meliputi aktivitas guru dan siswa, efektivitas penggunaan sumber belajar, hambatan dan kesulitan guru dan siswa.
    c.Tahap Refleksi
    Tahap refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa saja yang sudah dilakukan sebagai pertimbangan untuk memasuki siklus II.
    b. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Siklus II
    Siklus I dengan 2 kali pertemuan dengan waktu 4 x 35 menit untuk materi membaca puisi disertai mimik
    1.Rencana Tindakan
    (a)Membuat rencana atau skenario pembelajaran siklus II dengan menggunakan metode Demonstrasi yang berisi langkah-langkah yang dilakukan guru dan bentuk kegiatan yang dilakukan siswa;
    (b)Mempersiapkan LKS dengan mengacu pada metode Demonstrasi;
    (c)Menyusun instrumen penelitian berupa tes (tes hasil belajar), format observasi perilaku guru dan siswa dalam proses belajar mengajar dan angket siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan,
    2.Pelaksanaan Tindakan
    Dalam pelaksanaan tindakan dilakukan kegiatan sebagai berikut.
    (a)Memberikan pretes siklus II kepada siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran;
    (b)Melaksanakan kegiatan belajar mengajar, dalam kegiatan ini dilakukan dengan mengkaji konsep sesuai tuntutan kurikulum melalui penggunaan metode Demonstrasi; dan
    (c)Melaksanakan pos tes siklus II
    3.Observasi Tindakan
    Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan yaitu upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Hujan Amas 2 Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan pada materi membaca puisi dengan metode Demonstrasi dengan penggunaan lembar observasi meliputi aktivitas guru dan siswa, efektivitas penggunaan sumber belajar, hambatan dan kesulitan guru dan siswa.
    4.Tahap Refleksi
    Berdasarkan hasil belajar siswa, observasi, dan evaluasi terhadap jurnal harian dengan menggunakan instrumen dan hasil tes, maka ditemukan hal-hal yang menjadi pertimbangan untuk memperbaiki pada tindakan berikutnya, yaitu:
    (a)Hasil belajar siswa secara individual < 60 atau ketuntasan belajar secara klasikal kurang 85% (KKM Bahasa Indonesi SDN Hujan Amas 2 Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan Tahun 2009/2010), maka dilakukan perbaikan atau remedial.
    (b)Masih ditemukan hambatan atau kesulitan yang dialami siswa dan guru (peneliti) pada lembar hasil observasi pada saat pelaksanaan tindakan.
    b.Instrumen Penelitian
    Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
    1)Lembar observasi guru dalam pembelajaran membaca puisi dengan menggunakan metode Demonstrasi.
    2)Lembar observasi siswa dalam pembelajaran membaca puisi dengan menggunakan metode Demonstrasi.
    3)Angket siswa terhadap kegiatan belajar mengajar dalam pembelajaran tentang membaca puisi dengan menggunakan metode Demonstrasi.
    4)Soal pre test dan post tes pada siklus I serta soal pre test dan post test pada siklus II.
    d. Teknik Analisis Data
    Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
    (1)Pengukuran Aktivitas Guru dan Siswa
    (a)Aktivitas Guru
    Lembar observasi yang digunakan dalam menganalisa data penilaian aktivitas guru adalah menggunakan angka 0, 1, 2, 3, dan 4. Masing-masing angka diberi keterangan tidak baik, kurang baik, cukup baik, baik, dan amat baik.
    (b)Aktivitas Siswa
    Untuk menganalisa data lembar observasi aktivitas siswa dengan menggunakan kualifikasi sebagai berikut.
    Tabel daftar kualifikasi lembar observasi siswa
    NoNilaiKualifikasi
    1
    2
    3
    4
    50% – 20%
    21% – 40%
    41 – 60%
    61% – 80%
    81% – 100%Tidak Baik
    Kurang Baik
    Cukup Baik
    Baik
    Sangat Baik
    (Arikunto, 2008: 100)
    (2)Pengukuran Respon Siswa
    Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran metode Demonstrasi yang dilakukan, maka disebarkanlah angket. Dari skor angket yang diperoleh kemudian dilakukan perhitungan dengan menggunakan analisis persentase sebagai berikut.
    P = f x 100%
    N
    Keterangan:
    P = Persentase
    f = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
    N= Banyaknya individu
    (3)Pengukuran hasil Belajar Siswa
    (a)Kriteria Ketuntasan Minimal
    Ketuntasan yang berlaku di SDN Hujan Amas 2 Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan mengenai kriteria ketuntasan minimal untuk mata pelajaran matematika sebagai berikut.
    (1)Daya Serap Individual
    Secara individual, seorang siswa dinyatakan tuntas belajar apabila telah mencapai nilai 60 dari nilai maksimal 100.
    Cara penilaian hasi belajar siswa dalam penelitian ini menggunakan rumus dari Usman dan setiawati (2001: 136) yaitu:
    N = Skor Perolehan x 100
    Skor Maksimal
    Keterangan N = Nilai Akhir
    Tabel Kualifikasi tingkat Ketuntasan
    Tingkat KetuntasanKualifikasi
    60Tuntas
    (2)Daya Serap Klasikal
    Secara klasikal, suatu kelas dinyatakan tuntas apabila terdapat minimal 85% dari jumlah siswa yang belajar secara individual.
    Untuk mengetahui persentase ketuntasan belajar secara klasikal, di mana telah ditentukan sebelumnya bahwa ketuntasan belajar secara klasikal minimal 85% dari jumlah siswa, menggunakan rumus:
    N = Jumlah Siswa yang Lulus x 100
    Jumlah Siswa Keseluruhan
    Teknik analisis data dalam penelitian ini juga menggunakan teknik analisa dengan persentase. Rumus persentase yang digunakan seperti dikutip Sudijono (2003: 43) adalah:
    P = f x 100%
    N
    e.Indikator Keberhasilan
    Ukuran yang dijadikan indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini apabia ketuntasan individu 60, dan secara klasikal minimal 85%.
    4. Populasi dan Sampel
    a.Populasi
    Dalam penelitian ini yang dijadikan poupulasi dalam penelitian adalah seluruhan kelas V SDN Hujan Amas 2 Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan yang terdiri 8 orang siswa laki-laki da 11 orang peremupan dengan jumlah seluruhnya 19 orang siswa.
    b.Sampel
    Sampel adalah sebagian dari /wakil populasi yang diteliti dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah 19 orang dari siswa kelas V SDN Hujan Amas 2 Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan.
    6. Teknik Pengumpulan Data
    1. Data kuantitatif berupa data hasil belajar yang diambil dari tes awal dan tes akhir
    2. Data kualitatif berupa data hasil observasi terhadap pelaksanaan
    pembelajaran dan angket.
    G.Daftar Pustaka
    Andangdjaya. 2000. Buku Puisi. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya
    Blog. 2010 (http://www.slametno.blogspot.com, diakses 13 Mei 2010)
    Sardiman, 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja
    Gravindo Persada
    Soedarsono, FX. 1996/1997. Pedoman Pelaksanaan Tindakan Kelas (PTK), Bagian Kedua : Rencana, Desain dan Implementasi, Yogyakarta : UKMP
    Sulistyowati, Tarsyad, 2009. Pengkajian Puisi:Teori dan Aplikasi: Banjarmasi: Tahura Media
    Zaidan, Abdul Razak, dkk.2004. Kamus Istilah Sastra.Jakarta :Balai Pustaka
    Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
    STKIP PGRI Banjarmasin. 2009. Pedoman Penulisan Skripsi. Banjarmasin: STKIP PGRI Banjarmasin.
    Suharsimi, Arikunto. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

  18. ningsih (NPM 3060811484)
    26/06/2010 pukul 5:01 am

    MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PUISI DENGAN METODE DEMONSTRASI SISWA KELAS V DI SDN HUJAN AMAS 2 KECAMATAN PARINGIN KABUPATEN BALANGAN
    A.Latar Belakang Masalah
    Secara khusus pengajaran Bahasa Indonesia dewasa ini, di Sekolah Dasar (SD) masih belum bisa dikatakan bahwa hasilnya sudah cukup menggembirakan. Hal tersebut berdasarkan berbagai penelitian yang dilakukan siswa dalam berkomunikasi baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.
    Materi pembelajaran Bahasa Indonesia sangat luas dan komplek apabila guru kurang terampil dan jeli terhadap kurikulum yang begitu banyak, tidak akan selesai sesuai dengan kegiatan belajar mengajar yang telah direncanakan. Pembelajarn Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang paling banyak aspek-aspeknya dan juga paling sulit dibandingkan dengan mata pelajaran yang lainnya. Di dalam pengajaran Bahasa Indonesia, ketrampilan membaca merupakan aspek yang paling sulit dibandingkan aspek-aspek yang lainnya. Dalam hal ini berbagai bentuk ketrampilan berbahasa dan jenis-jenisnya yang bisa siswa baca misalnya, buku pelajaran dan buku-buku paket dari berbagai macam mata pelajaran. Namun lain daripada itu, siswa juga bisa membaca hasil karya sastra yang digemari para siswa yang salah satunya adalah membaca puisi. Sebelum menggolongkan jenis-jenis puisi, guru bisa memberikan contoh atau penjelasan tentang puisi agar para siswa mengerti dan mampu mengapresiasikannya. Membaca puisi selain menambah ketrampilan dalam berbahasa juga mendapatkan keindahan dan berekspresi sesuai dengan isi puisi tersebut
    Berdasarkan pengamatan di kelas V SDN Hujan Amas 2 Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan, hasil belajar siswa pada materi membaca puisi sangat rendah, yaitu ketuntasan individual, rata-rata kurang dari 60. Hal ini terjadi karena dalam penyanmpaian materi, guru kurang melibatka siswa dalam pembelajaran. Siswa hanya duduk pasif menerima informasi dan melihat yang dicontohkan oleh guru.
    Berdasarkan kondisi ini, perlu diterapkan suatu sistem pembelajaran yang melibatkan peran siswa dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu usaha untuk menimbulkan keaktifan siswa di dalam proses belajara mengajar yaitu dengan menerapkan metode-metode pembelajaran yang melibatkan siswa. Banyak sekali metode-metode pembelajaran yang dapat merangsang keaktifan siswa. Dan salah metode pembelajaran yang dimaksud adalah motode demontrasi.
    Berdasarkan konsep pemikiran tersebtut di atas, peneliti perlu melakukan tentang ”Meningkatkan Kemampuan Membaca Puisi dengan Mengguanakan Metode Demonstrasi di Siswa Kelas V SDN Hujan Amas 2 Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan.”
    B.Rumusan Masalah
    Berdasarkan paparan latar belakang di atas, dalam penelitian ini ada berbagai masalah yang dapat diteliti. Oleh karena itu, untuk menjalankan penelitian ini perlu kiranya dibatasi masalah yang diteliti, dan dapat dirumuskan sebagai berikut.
    1.Bagaimana kemampuan membaca puisi dengan menggunakan metode demonstrasi pada siswa kelas V SDN Hujan Amas 2 Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan?
    2.Bagimana motivasi membaca puisi dengan menggunakan metode demonstrasi di siswa kelas V SDN Hujan Amas 2 Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan?
    C.Tujuan Penelitian
    Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
    1.Mendeskripsikan kemampuan membaca puisi dengan menggunakan metode demontrasi di siswa kelas V SDN Hujan Amas 2 Kecanatan Paringin Kabupaten Balangan.
    2.Penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan membaca puisi secara optimal di siswa kelas V SDN Hujan Amas 2 Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan.
    D.Manfaat Penelitian
    1. Secara Teoritis
    Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambaha wawasan tentang cara membaca puisi dengan menggunakan metode demonstrasi bagi siswa dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
    2. Secara Praktis
    Hasil kajian ini dapat dijadikan salah satu alternatif dalam memilih bahan pengajaran sastra di Sekolah Dasar dengan mempertimbangkan waktu yang cukup. Dan dijadikan sebagai suatu gambaran atau contoh untuk membaca puisi dengan memggunakan metode demonstrasi.
    E.Kajian Pustaka
    1. Pengertian Belajar
    Menurut Slameto (1995) belajar adalah proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan sesama. Sedangkan menurut Sardiman (2007:22) mengatakan bahwa belajar sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia (id-ego-super) dengan lingkungannya.
    Berdasarkan beberapa definisi belajar di atas, maka dapat disimpulkan definisi belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dialami individu dalam berinteraksi dengan lingkingannya. Perubahan yang terjadi dapat berupa perubahan-perubahan kebiasaan (habit), kecakapan-kecakapan, atau dalam ketiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
    2. Pengertia Puisi
    Dalam kamus istialah sastra dikatakan puisi adalah ”gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditatasecara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penetaan bunyi, irama, dan makna khusus ” (Zaidan, dkk.,2004:159-160).
    3. Cara Membaca yang Baik
    `Sewaktu membaca hendaknya sekali-kali memejamkan mata atau melihat ke arah yang jauh.
    Cahaya penerangan yang cukup kuat hendaknya datang dari belakang pembaca.
    Pada halaman buku tidak terdapat bayangan.
    Buku dipegang tangan, tidak terletak dipermukaan meja.
    Jarak dari buku sekitar 25-30 cm
    Membaca hendaknya dilakukan di atas meja, tidak di tempatbtidur.
    Setuap membaca 1 – 2 jam, istirahatlah 5 – 10 menit, lalu dapat dimulai lagi.
    (Wursanto, 1990:131).
    Dari kutipan di atas, sesuatu yang dikatakan puisi setidak-tidaknya ada beberapa syarat, yaitu berupa gubahan dalam bahasa memiliki bentuk, bunyi, irama, dan makna khusus. Akan tetapi yang terpenting gubahan itu dapat mempertajam kesadaran seseorang akan pengalaman dan membangakitkan tanggapan khusus.
    Dengan demikian, dapat pula dikatakan bahwa puisi itu bukan memberikan petunjuk atau informasi, melainkan memberikan gambaran yang dapat mempertajam kesadaran orang dan dapat membangkitkan tanggapan orang atas apa yang dibaanya (puisi).
    4.Beberapa Jenis Puisi
    Ada beberapa jenis puisi di antaranya:
    1.Puisi Berpola
    Puisi berpola yaitu ” puisi yang pengaturan lariknya membentuk gambar tertentu disesuaikan dengan judul, tema, dan pesannya. Larik puisi dapat berupa sepatahk kata atau beberapa kata mendukung gagasan tertentu” (Zaidan, dkk.,2004:160).
    2.Puisi Dramatik
    Puisi dramatik yaitu ”puisi yang memilki persyaratan dramatik yang menekankan yikaian emosional atau situasi yang tegang” (Zaidan, dkk., 2004:161).
    3.Puisi Epik
    Puisi epik atau wiracarita yaitu ”puisi kisahan panjang tentang perbuatan kesatria dan pahlawan berisi cerita kepahlawanan yang menggabungkan mitos, legenda, cerita rakyat, dan sejarah” (Zaidan, dkk., 2004:218).
    4.Puisi Hermetis
    Puisi hermetis yaitu ”puisi yang merupakan ekspresi perseorangan dan bersifat curahan persaan. Isi puisi sukar ditangkap karena lebih banyak mengandung majas bahasa dan lambang pribadi penyair” (Zaidan, dkk., 2004:1610.
    5.Puisi Imajis
    Puisi Imajis yaitu ” puisi yang memperlihatkan cahay benderang garis-garis batas yang tegas (Zaidan,2009:18).
    6.Puisi Kanak-Kanak
    Puisi kanak-kanak yaitu puisi yang diciptaka khusus untuk kana-kanak, baik oleh anak-anak sendiri maupaunorang dewasa (Zaidan, dkk.,2004:161).
    7.Puisi Keluhan
    Puisi keluhan yaitu ” puisi yang menampakkan penderitaan pembicara karena ketidak setiaan seorang kekasih, kedaan duniayang merisaukan, ketidak bahagiaan, dan senagainya” (Zaidan, dkk.,2004161-162)
    8.Puisi Lirik
    Puisi lirik yaiti ”puisi curahan perasaan, pribadi terutama lukisan perasaan” (Zaidan, dkk.,2004:120).
    9.Puisi Mantra
    Puisi mantra yaitu ”puisi yang mengikuti pola mantra” (Zaidan,dkk.,2004:162).2004:162).
    10.Puisi Mbeling
    Puisi mbeling yaitu ” sejanis puisi ringan yang tujuannya membebaskan rasa tertekan, gelisah, dan tegang; puisi main-main” (Zaida, dkk.,2004162).
    11.Puisi Metafisik
    Puisi metafisik yaitu ” puisi yang mengungkapkan renungan dengan analogi antara makrokosmos dan mikrokosmos melalui bahasa sehari-hari, pengungkapannya mendalam dengan kelenturan ritme serta tema yang kompleks, baik suci maupun profan; ragam puisi ini penuh dengan paradoks, argumen yang dialektis, dan humor yang tuntas” (Zaida, dkk., 2004:162-163).
    12.Puisi Pastoral
    Puisi pastoral yaitu ” puisi yang menggambarkan kehidupan pedesaan yang tenang dan tenteran” (Zaidan, dkk., 2004163).
    13.Puisi Sufi
    Puisi sufi yaitu ”pusi yang ditulis oleh penganut paham tasawuf; puisi yang mengandung nilai-nilai tasawuf, pengalaman tasawuf, biasanya mengungkapkan kerinduan penyairnya akan Tuhan, hakikat hubungan makhluk dan khalik, dan segala perilaku yang tergolong dalam pangalaman religius” (azaidan, dkk., 2004: 164).
    5.Aspek Kebahasaan Puisi
    Bunyi
    Rima
    Kata
    Pemajasan
    Pencitraan
    6.Metode Demonstrasi
    Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari. Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih terkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Siswa juda dapat mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan selama pelajaran berlangsung
    F.Metode Penelitian
    1.Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian
    Penelitian ini dilaksanakan di SDN Hujan Amas 2 Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan. Waktu pelaksanaan penelitian pada semester genap berlangsung pada bulan Mei-Juni 2010.
    2. Metode yang Digunakan
    Metode penelitianini adalah merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam Penelitian Tindakan Kelas ini dengan menerapkan metode pembelajaran Demonstrasi. Peneliti terlibat langsung di dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian yang berupa laporan. Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas untuk setiap pelaksanaan dapat dijabarkan sebagai berikut.
    a.Pelaksanaan Penelitian Tindakan Siklus I
    Siklus I dengan 2 kali pertemuan dengan waktu 4 x 35 menit untuk materi membaca puisi. Penelitian ini melalui empat tahap PTK, yaitu:
    1. Rencana Tindakan
    Sebelum dilaksanakan penelitian perlu dilakukan berbagai persiapan hingga semua komponen yang direncanakan dapat dikelola dengan baik. Langkah-langkah persiapan yang perlu ditempuh adalah:
    2 .Membuat rencana atau skenario pembelajaran siklus I dengan menggunakan metode Demonstrasi yang berisi langkah-langkah yang dilakukan guru dan bentuk kegiatan yang dilakukan siswa;
    3.Mempersiapkan instrumen pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang dibuat yaitu LKS;
    4.Menyusun instrumen penelitian berupa tes (tes hasil belajar), format observasi perilaku guru dan siswa dalam proses belajar mengajar,
    a.Pelaksanaan Tindakan
    Dalam pelaksanaan tindakan dilakukan kegiatan sebagai berikut.
    (a)Memberikan pretes siklus I kepada siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran;
    (b)Melaksanakan kegiatan belajar mengajar, dalam kegiatan ini dilakukan dengan mengkaji konsep sesuai tuntutan kurikulum melalui penggunaan metode Demonstrasi; dan
    (c)Melaksanakan pos tes siklus I
    b.Observasi Tindakan
    Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan yaitu upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Hujan Amas 2 Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan pada materi membaca puisi dengan metode Demonstrasi dengan penggunaan lembar observasi meliputi aktivitas guru dan siswa, efektivitas penggunaan sumber belajar, hambatan dan kesulitan guru dan siswa.
    c.Tahap Refleksi
    Tahap refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa saja yang sudah dilakukan sebagai pertimbangan untuk memasuki siklus II.
    b. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Siklus II
    Siklus I dengan 2 kali pertemuan dengan waktu 4 x 35 menit untuk materi membaca puisi disertai mimik
    1.Rencana Tindakan
    (a)Membuat rencana atau skenario pembelajaran siklus II dengan menggunakan metode Demonstrasi yang berisi langkah-langkah yang dilakukan guru dan bentuk kegiatan yang dilakukan siswa;
    (b)Mempersiapkan LKS dengan mengacu pada metode Demonstrasi;
    (c)Menyusun instrumen penelitian berupa tes (tes hasil belajar), format observasi perilaku guru dan siswa dalam proses belajar mengajar dan angket siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan,
    2.Pelaksanaan Tindakan
    Dalam pelaksanaan tindakan dilakukan kegiatan sebagai berikut.
    (a)Memberikan pretes siklus II kepada siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran;
    (b)Melaksanakan kegiatan belajar mengajar, dalam kegiatan ini dilakukan dengan mengkaji konsep sesuai tuntutan kurikulum melalui penggunaan metode Demonstrasi; dan
    (c)Melaksanakan pos tes siklus II
    3.Observasi Tindakan
    Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan yaitu upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Hujan Amas 2 Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan pada materi membaca puisi dengan metode Demonstrasi dengan penggunaan lembar observasi meliputi aktivitas guru dan siswa, efektivitas penggunaan sumber belajar, hambatan dan kesulitan guru dan siswa.
    4.Tahap Refleksi
    Berdasarkan hasil belajar siswa, observasi, dan evaluasi terhadap jurnal harian dengan menggunakan instrumen dan hasil tes, maka ditemukan hal-hal yang menjadi pertimbangan untuk memperbaiki pada tindakan berikutnya, yaitu:
    (a)Hasil belajar siswa secara individual < 60 atau ketuntasan belajar secara klasikal kurang 85% (KKM Bahasa Indonesi SDN Hujan Amas 2 Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan Tahun 2009/2010), maka dilakukan perbaikan atau remedial.
    (b)Masih ditemukan hambatan atau kesulitan yang dialami siswa dan guru (peneliti) pada lembar hasil observasi pada saat pelaksanaan tindakan.
    b.Instrumen Penelitian
    Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
    1)Lembar observasi guru dalam pembelajaran membaca puisi dengan menggunakan metode Demonstrasi.
    2)Lembar observasi siswa dalam pembelajaran membaca puisi dengan menggunakan metode Demonstrasi.
    3)Angket siswa terhadap kegiatan belajar mengajar dalam pembelajaran tentang membaca puisi dengan menggunakan metode Demonstrasi.
    4)Soal pre test dan post tes pada siklus I serta soal pre test dan post test pada siklus II.
    d. Teknik Analisis Data
    Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
    (1)Pengukuran Aktivitas Guru dan Siswa
    (a)Aktivitas Guru
    Lembar observasi yang digunakan dalam menganalisa data penilaian aktivitas guru adalah menggunakan angka 0, 1, 2, 3, dan 4. Masing-masing angka diberi keterangan tidak baik, kurang baik, cukup baik, baik, dan amat baik.
    (b)Aktivitas Siswa
    Untuk menganalisa data lembar observasi aktivitas siswa dengan menggunakan kualifikasi sebagai berikut.
    Tabel daftar kualifikasi lembar observasi siswa
    NoNilaiKualifikasi
    1
    2
    3
    4
    50% – 20%
    21% – 40%
    41 – 60%
    61% – 80%
    81% – 100%Tidak Baik
    Kurang Baik
    Cukup Baik
    Baik
    Sangat Baik
    (Arikunto, 2008: 100)
    (2)Pengukuran Respon Siswa
    Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran metode Demonstrasi yang dilakukan, maka disebarkanlah angket. Dari skor angket yang diperoleh kemudian dilakukan perhitungan dengan menggunakan analisis persentase sebagai berikut.
    P = f x 100%
    N
    Keterangan:
    P = Persentase
    f = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
    N= Banyaknya individu
    (3)Pengukuran hasil Belajar Siswa
    (a)Kriteria Ketuntasan Minimal
    Ketuntasan yang berlaku di SDN Hujan Amas 2 Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan mengenai kriteria ketuntasan minimal untuk mata pelajaran matematika sebagai berikut.
    (1)Daya Serap Individual
    Secara individual, seorang siswa dinyatakan tuntas belajar apabila telah mencapai nilai 60 dari nilai maksimal 100.
    Cara penilaian hasi belajar siswa dalam penelitian ini menggunakan rumus dari Usman dan setiawati (2001: 136) yaitu:
    N = Skor Perolehan x 100
    Skor Maksimal
    Keterangan N = Nilai Akhir
    Tabel Kualifikasi tingkat Ketuntasan
    Tingkat KetuntasanKualifikasi
    60Tuntas
    (2)Daya Serap Klasikal
    Secara klasikal, suatu kelas dinyatakan tuntas apabila terdapat minimal 85% dari jumlah siswa yang belajar secara individual.
    Untuk mengetahui persentase ketuntasan belajar secara klasikal, di mana telah ditentukan sebelumnya bahwa ketuntasan belajar secara klasikal minimal 85% dari jumlah siswa, menggunakan rumus:
    N = Jumlah Siswa yang Lulus x 100
    Jumlah Siswa Keseluruhan
    Teknik analisis data dalam penelitian ini juga menggunakan teknik analisa dengan persentase. Rumus persentase yang digunakan seperti dikutip Sudijono (2003: 43) adalah:
    P = f x 100%
    N
    e.Indikator Keberhasilan
    Ukuran yang dijadikan indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini apabia ketuntasan individu 60, dan secara klasikal minimal 85%.
    4. Populasi dan Sampel
    a.Populasi
    Dalam penelitian ini yang dijadikan poupulasi dalam penelitian adalah seluruhan kelas V SDN Hujan Amas 2 Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan yang terdiri 8 orang siswa laki-laki da 11 orang peremupan dengan jumlah seluruhnya 19 orang siswa.
    b.Sampel
    Sampel adalah sebagian dari /wakil populasi yang diteliti dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah 19 orang dari siswa kelas V SDN Hujan Amas 2 Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan.
    6. Teknik Pengumpulan Data
    1. Data kuantitatif berupa data hasil belajar yang diambil dari tes awal dan tes akhir
    2. Data kualitatif berupa data hasil observasi terhadap pelaksanaan
    pembelajaran dan angket.
    G.Daftar Pustaka
    Andangdjaya. 2000. Buku Puisi. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya
    Blog. 2010 (http://www.slametno.blogspot.com, diakses 13 Mei 2010)
    Sardiman, 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja
    Gravindo Persada
    Soedarsono, FX. 1996/1997. Pedoman Pelaksanaan Tindakan Kelas (PTK), Bagian Kedua : Rencana, Desain dan Implementasi, Yogyakarta : UKMP
    Sulistyowati, Tarsyad, 2009. Pengkajian Puisi:Teori dan Aplikasi: Banjarmasi: Tahura Media
    Zaidan, Abdul Razak, dkk.2004. Kamus Istilah Sastra.Jakarta :Balai Pustaka
    Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
    STKIP PGRI Banjarmasin. 2009. Pedoman Penulisan Skripsi. Banjarmasin: STKIP PGRI Banjarmasin.
    Suharsimi, Arikunto. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

  19. Rahmadani
    26/06/2010 pukul 5:55 am

    Nama : Rahmadani
    NPM : 3060811501

    Judul :
    Pelestarian Kegiatan Syair-syair Maulid Habsyi di Desa Sikontan Kecamatan Awayan Kabupaten Balangan
    A.LATAR BELAKANG
    Maulid Habsyi adalah salah satu kegiatan keagamaan yang merupakan simbol untuk mengagungkan atau membesarkan seseorang yang sangat istemewa di dunia ini, yakni Nabi Besar Muhammad Saw. Kegiatan ini dilanturkan dengan syair-syair yang merdu dan lembut, sehingga membuat hati seorang pendengar merasa tenang dan nyaman serta terhibur mendengarkannya.
    Syair merupakan puisi tradisional Indonesia yang cukup tua pula umurnya. Ia tumbuh dan bertunas setelah masuknya peradaban Islam ke Indonesia. Kata syair berasal dari kata syu’ur yang berarti perasaan. Syair yang merupakan puisi tradisional merupakan pengaruh kesusastraan Islam hampir sama dengan pantun. Syair digunakan untuk melukiskan hal-hal yang panjang misalnya tentang suatu cerita, ilmu, soal persahabatan, dan lain-lain.
    Kegiatan syair-syair yang ada di desa Sikontan Kecamatan Awayan kabupaten Balangan di antaranya adalah kegiatan syair Maulid Habsyi. Dilihat dari kegiatannya tiap minggu, anggota dari kegiatan ini semakin minggu semakin berkurang, hal ini dikarenakan kurang terkoordinirnya kegiatan ini dan k arena banyaknya kesibukan dari anggota di siang hari sehingga ketika pada malam harinya sering kecapaian dan tidak dapat berhadir pada acara tersebut.
    Kegiatan semacam ini hendaknya jangan sampai terhenti dengan kendala-kendala tersebut, karena dengan dibacakannya syair-syair Maulid ini maka akan menolak suatu bala yang ada di kampung tersebut.
    B.RUMUSAN MASALAH
    Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan bahwa permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
    1.Bagaimana cara melestarikan kegiatan syair-syair Maulid Habsyi?
    2.Mengapa kegiatan syair-syair Maulid Habsyi perlu dilestarikan?
    C.TUJUAN PENELITIAN
    Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penulis menetapkan tujuan dalam penelitian ini, sebagai berikut:
    1.Untuk mengetahui bagaimana cara melestarikan kegiatan syair-syair maulid habsyi agar pelaksanaannya tetap berjalan.
    2.Dapat memahami pentingnya kegiatan syair-syair Maulid Habsyi di suatu daerah sehingga perlu dilestarikan.
    D.MANFAAT PENELITIAN
    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
    1.Untuk menambah wawasan bagi peneliti dalam pembuatan sebuah karya tulis ilmiah
    2.Memberikan gambaran kepaada para peneliti dalam meneliti suatu kegiatan syair-syair Maulid Habsyi
    3.Memberikan pengalaman yang sangat berharga bagi peniliti untuk melanjutkan kepada pembuatan skripsi.
    4.Mempererat hubungan kumonikasi antara peniliti dengan anggota Maulid Habsyi
    5.Menjadikan kegiatan syair-syair Maulid Habsyi di daerah tersebut tetap terus berkembang.
    E.KAJIAN PUSTAKA
    1.Maulid Habsyi
    a.Sejarah Maulid
    Sebenarnya, pertama kali kegiatan syair maulid diselenggarakan adalah pada tahun 1296 H di Ribath, dan begitu pula pada tahun berikutnya. Namun karena tempatnyakurang luas, maka dipindahan ke mesjid Thaha selama dua tahun. Mesjid Thaha selama dua tahun. Mesjid Thaha kemudian tidak dapat lagi 
    menampung hadirin, lalu selama dua tahun berikutnya maulid dipindahkan ke mesjid Jami. Mesjid Jami pun kemudian tidak dapat menampung, lalu dipindahkan ke sebelah Selatan lembah Yatsmin di wilayah Habsyiyyah. Di tempat itu digali sebuah sumur untuk persediaan air minum di waktu maulid.
    b.Pengertian Maulid
    Majelis Maulid merupakan suatu kumpulan manusia yang disaksikan (masyhud). Tidak diragukan lagi bahwa Nabi shallallahu’alaihi wa sallam hadir di situ. Mereka yang memiliki bashirah dapat melihat beliau. Tanda-tanda kehadiraan beliau adalah majelis itu diliputi ketenangan, kekhidmatan, kemuliaan, kewibawaan, dan keeagungan.
    c.Kegiatan / Pelaksanaan Syair-syair Maulid Habsyi
    Syair-syair Maulid habsyi di desa Sikontan kecamatan Awayan Kabupaten Balangan ini diberi nama Kelompok Maulid Habsyi Al Muttaqien. Kegiatan ini rutin dilaksanakan tiap minggu satu kali yakni pada malam Sabtu. Kegiatan ini dilaksanakan secara bergiliran bagi tiap anggotanya. Selain itu, untuk menambah uang kas dari kegiatan ini, maka setiap melaksanakan kegiatan diadakan semacam arisan. Tiap orang dikenakan harus membayar sebasar Rp.2.000,-. Hal ini dimanfaatkan untuk menghindari terjadinya kekurangan atau kerusakan alat-alat kegiaatan Syair Maulid Habsyi di kemudian hari.
    Kegiatan syair-syair ini bisa juga dilaksanakan di tempat selain dari anggota kelompok, dengan diminta serta diberikan jamuan sekedarnya dan pelaksanaannya pun berlangsung dengan sangat meriah. Karena syair-syair dan shalawat dilantunkan dengan suara yang merdu membuat semangat dari anggota ini untuk mengikuti, bahkan orang lain pun begitu menyukainya.
    2.Tujuan Pelestarian Kegiatan Syair-syair Maulid Habsyi
    Kegiatan syair-syair Maulid Habsyi memiliki tujuan khusus yakni dengan dibacakan syair-syair maulid serta shalawat ini, maka akan menjadi penolak suatu bala yang ada di daerah itu. Dan telah ddiriwayatkan bahwa barang siapa bershalawat kepada Nabi ketika berdiri, akan diampuni sebelum duduk. Dan barang siapa bershalawat kepada Beliau ketika duduk, akan diampuni sebelum berdiri.
    Selain itu, dengan adanya kegiatan semacam ini maka dapat mengembangkan syiar-syiar Islam di suatu daerah. Dengan pengaruh globalisasi dan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan teknologi seperti sekarang ini banyak pemuda-pemudi yang ikut terlibat kepada perbuatan-perbuatan yang kurang sopan seperti, perzinahan, obat-obatan, perkelahian dan sejenisnya. Maka dengan diadakan kegiatan syair-syair Maulid seperti ini secara sosial seorang individu dapat membentuk dirinya sebagai seorang muslim yang baik dan bisa terhindar dari perbuatan-perbuatan yang tercela tadi.
    3.Cara Melestarikan Maulid Habsyi
    Suatu kegiatan perlu adanya dukungan dari pihak-pihak lain yang ikut membantu agar kegiatan tersebut dapat tetap bertahan dan berkembang di masyarakat itu. Begitu juga dengan kegiatan syair-syair Maulid Habsyi sangat penting sekali untuk dilestarikan karena hal semacam itu merupakan bukti dari sesorang akan kecintaan dan rasa terima kepada seseorang Nabi yang sampai saat ini masih tenar nama beliau dan membawa umat manusia dari alam yang jahil ke alam yang penuh cahaya Iman, Islam serta Ihsan.
    Agar pelaksanaan syair-syair Maulid Habsyi tetap berjalan tiap minggunya, maka perlu dibentuk suatu kepengurusan dalam kegiatan ini, yakni berupa ketua, sekretaris, bendahara serta seksi-seksi yang membantu agar lancarnya pelaksanaan kegiatan ini. Dalam kegiatan ini hendaknya terprogram serta dibuat jadwal tempat pelaksanaan kegiatan dilaksanakan dalam tiap minggunya.
    Kegiatan syair-syair ini perlu kita lestarikan kepada anak-anak kita mulai dari masa kecil agar kegiatan ini tidak mengalami kepunahan begitu saja. Apabila tidak mulai sekarang dilestarikan dan dikembangkan kegiatan ini, maka secara langsung tidak ada 
    generasi penerus dalam mengembangkan kegiatan ini dan nantinya kegiatan ini secara perlahan bisa terhenti di kemudian hari. Hal ini menunjukkan kurangnya perhatian masyarakat di daerah tersebut terhadap syiar-syiar agama dan sangat kelihatan gelapnya suatu kampung tersebut karena tidak ramainya dengan kegiatan keagamaan.

    F.METODE PENELITIAN
    1.Pendekatan / Desain Penelitian
    Pendekatan merupakan suatu prinsip dasar atau landasan yang akan digunakan oleh seseorang sewaktu mengaprisiasikan atau meneliti tentang sastra.
    Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin mendapatkan gambaran konkret tentang keadaan serta pelestarian kegiatan syair-syair Maulid Habsyi di desa Sikontan Kecamatan Awayan Kabupaten Balangan, maka penelitian ini menggunakan pendekatan moral, yaitu kritik sastra yang ingin memperlihatkan aspek moral dalam karya sastra. Dengan pendekatan ini karya sastra dianggap sebagai sesuatu yang harus dapat meningkatkan moral masyarakat di samping mendidik dan sebagai sarana hiburan.
    2.Pupolasi dan Sampel Penelitian
    Pupolasi yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah kelompok syair-syair Maulid Habsyi desa Sikontan Kecamatan Awayan Kabupaten Balangan yang sudah berdiri sejak tahun 2006 yang lalu. Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan keagamaan yang ada di desa ini. Maka sampel dari penelitian ini adalah beberapa orang tokoh atau anggota dari kelompok kegiatan ini.
    Mengenai metode penarikan sampel dari penelitian ini adalah secara klaster atau terpilih, dengan memilih beberapa orang dari anggota kelompok yang dianggap mengethui seluk beluk dan permasalahan yang ada di kegiatan ini.
    3.Metode Pengumpulan dan Analisis Data
    Ada beberapa kemungkinan metode yang dapat digunakan dalam penelitian sosiologi sastra yaitu, pertama, pada sekelompok masyarakat tertentu diberikan angket tentang sosio-budaya masyarakatnya, kedua, dengan menghubungkan suatu unsur yang ada dalam karya sastra dengan unsur tertentu yang bersamaan dengannya yang terdapat dalam masyarakat, ketiga, kepada anggota masyarakat tertentu yang diminta membaca karya satra disodorkan pertanyaan-pertanyaan.
    Pada penelitian ini menggunakan metode dengan menghubungkan suatu unsur yang ada dalam karya sastra dengan unsur tertentu yang bersamaan dengannya yang terdapat dalam masyarakat.
    Unsur yang adadalam kegiatan syair ini merupakan unsur rasa kecintaan serta terima kasih atas Nabi Muhammad Saw yang telah berjasa membawa umat manusia pada ajaran-ajaran Islam. Karena mayoritas penduduk di desa ini semuanya beragama Islam, maka kegiatannya pun bisa tumbuh berkembang, walaupun ada faktor-faktor yang menghambat lancarnya kegiatan ini.
    Peneliti dalam hal ini secara langsung melakukan observasi di desa tersebut, dengan menemui beberapa orang tokoh atau pemimpin dari kegiatan ini, maka dilakukan semacam wawancara dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang sering menjadi kendala dalam kegiatan tersebut.
    Kemudian semua data yang telah dikumpulkan langsung dianalisis secara kualitatif dengan menarik kesimpulan dari beberapa orang tokoh atau pemimpin serta anggota dari kelompok ini.
    4.Kelemahan-kelemahan Penelitian
    Seperti penelitian lain, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang perlu diperhatikan dalam membaca dan memahami hasil penelitiannya. Kelemahan-kelemahan tersebut di antaranya adalah sebagai berikut :
    a.Keterbatasan jumlah sampel yang mengetahui permasalahan internal dari kegiatan syair-syair ini
    b.Keterbatasan sumber atau bahan rujukan dari penilitian ini
    

    G.DAFTAR PUSTAKA
    Wardani, I.G.A.K. 2008. Teknik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Universitas Terbuka
    Al-Habsyi, Husein Anis. 2006. Biografi Habib Ali Al-Habsyi Muallif Simtud Durar.
    Solo: Pustaka Zawiyah
    Yuli Eti, Nunung. 2008. Seluk-beluk Sastra Lama. Klaten: Intan Pariwara
    Atmazak. 1993. Ilmu Sastra Teori dan Penerapannya. Bandung: Angkasa Raya
    Sulistiowati, Endang. 2009. Diktat Perkuliahan Teori dan Sejarah Sastra.
    Banjarmasin:STKIP PGRI Banjarmasin
    Kelompok Maulid Habsyi Al Muttaqien. 2006. Contoh Proposal. Awayan

  20. EMELIA MAYASARI
    26/06/2010 pukul 6:13 am

    MENINGKATKAN MINAT BACA NOVEL DENGAN METODE NONTON FILM
    BAGI SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 BARABAI
    KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH.

    A. Latar Belakang

    Membaca merupakan proses penyerapan informasi dan akan berpengaruh positif terhadap kreatifitas seseorang. Membaca pada hakikatnya adalah menyebarkan gagasan dan upaya yang kreatif. Siklus membaca sebenarnya merupakan siklus mengalirnya IDE pengarang ke dalam diri pembaca yang pada gilirannya akan mengalir ke seluruh penjuru dunia melalui buku atau rekaman informasi lain.
    Membaca memiliki manfaat dan makna. Dengan banyak membaca, kita akan memperoleh pengalaman dan pelajaran dari orang lain. Begitu pentingnya membaca bagi siswa sehingga masyarakat yang mempunyai peradaban maju adalah masyarakat yang gemar untuk mengetahui sesuatu dengan membaca kemudian menuliskan pengetahuanya.
    Secara bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Moeliono dkk, 1989:583) minat berarti kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Sedangkan secara istilah menurut Crow and Crow sebagaimana disebutkan dalam Sulistyono (1992:4), “ minat merupakan kekuatan pendorong yang menyebabkan seseorang menaruh perhatian terhadap seseorang, sesuatu objek atau aktivitas tertentu ”. Minat baca harus dipupuk sejak dini, dalam hal ini perpustakaan sekolah sangat berperan dalam menumbuh kembangkan minat untuk membaca buku. Sebenarnya banyak cara untuk meningkatkan minat baca siswa dengan berbagai macam kegiatan yang rekreatif dan mendidik antara lain :

    1. Membuat mading,
    2. Tersedianya tempat koran, sebagai media rekreatif setelah siswa penat dengan pelajaran sehari-hari sehingga
    media koran/surat kabar dapat dijadikan sebagai alternatif media belajar dan ilmu pengetahuan
    3. Mengadakan lomba sinopsis, dengan membuat sinopsis sebenarnya siswa diajarkan untuk menuangkan
    gagasan ke dalam sebuah tulisan
    4. Membuat jadwal kunjungan ke perpustakaan, misalnya setiap hari rabu kelas 5 dan 6 diwajibkan berkunjung ke
    perpustakaan untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Dalam hal ini pustakawan berperan aktif
    sebagai pustakawan referens. Jika, siswa ada yang bertanya tentang referensi sebuah mata pelajaran.
    5. Mewajibkan semua siswa, guru, dan karyawan sekolah untuk membudayakan membaca, dan membuat slogan-
    slogan di kelas seperti “Tiada Hari Tanpa Membaca”, “Gunakan waktu luang untuk membaca”, dan “Buku adalah
    jendela ilmu pengetahuan”.

    Dengan membuat kegiatan yang bersifat rekreatif dan edukatif diharapkan dapat membangun minat baca di kalangan siswa sekolah.
    Membangun kecintaan siswa terhadap novel bukanlah hal yang mudah. Namun jelas akan memberikan banyak sekali manfaat dalam kelangsungan hidupnya dikemudian hari, Sebab, kecintaan terhadap aktivitas membaca adalah modal utama dalam proses belajar dan mengajar yang dilaluinya. Selain itu, melalui membaca siswa dapat mengembangkan imajinasinya, mengenali karakter-karakter kepribadian dan mengembangkan kemampuan serta minat anak.
    Singkat kata, membaca bisa disebut sebagai “ salah satu sarana utama untuk mencapai kehidupan yang sejahtera”.

    Remaja belasan tahun, lazimnya mau membaca novel yang ada kaitan dengan perasaan mereka, dan mau melihat protagonisnya mampu mengatasi masalahnya sendirian – tanpa bantuan orang dewasa, secara langsung; misalnya, masalah hubungan antara mereka dan ibu bapak, adik beradik, masalah kekeluargaan, pencarian identiti dan jati diri, tekanan hidup; dan sebagainya. Terutama sekali cerita-cerita yang mempunyai tema yang positif, mampu mencetuskan ispirasi, harapan dan dapat membantu pembaca mengatasi masalah pribadi mereka yang mungkin lebih kurang sama dengan masalah yang terpapar dalam novel tersebut.

    Malah, cerita-cerita kembara dan fantasi juga mendapat tempat di hati para pembaca remaja. Mereka mencari watak utama (seperti manusia biasa di alam nyata) yang teguh semangatnya, yang sanggup berhadapan dengan apa jua rintangan yang mendatang; kerana ini mampu memberikan inspirasi kepada mereka untuk mengatasi masalah mereka sendiri. Namun kenyataan sekarang ini siswwa kelas IX SMP Negeri 1 Barabai cenderung memilih menonton film daripada membaca.

    B. Rumusan Masalah

    Fenomena film menumbuhkan minat baca.Ternyata dari kesuksesan film diantaranya “ Ayat-Ayat Cinta “, yang telah menjadi fenomena dalam dunia perfilman Indonesia terdapat sisi positif lainnya yang muncul, yakni menumbuhkan minat baca khususnya bacaan novel dan sisi negatif lainnya yang muncul yakni membuat sebagian orang malas untuk membaca.
    Ayat-ayat Cinta (AAC) mencetak rekor fantastis. Konon dalam kurun waktu 2 minggu saja sejak ditayangkannya dibeberapa bioskop telah mengumpulkan penonton sampai 2 juta lebih, sungguh rekor yang mencengangkan.
    Dibanding semua film Indonesia lainnya, dalam 3 tahun terakhir, AAC memang beda. Cerita tentang seorang mahasiswa Indonesia yang tengah belajar di Kairo, Mesir, ditaksir banyak gadis dari yang sama-sama berasal dari Indonesia, gadis asli Mesir sampai yang keturunan Jerman.
    Penulis novelnya, Habiburrahman El Shirazy, yang memang pernah belajar di Kairo, tak hanya berhasil meramu kisah cinta yang indah dan menggetarkan, tapi juga menghadirkan atmosfir yang meyakinkan. Banyak pembaca novelnya yang dibuat terpesona sosok Fahri, tokoh utamanya. Novel AAC menjadi best seller sekaligus kembali melahirkan tren novel bernuansa islami.
    Ketika novel ini difilmkan, tak berlebihan bila dikatakan AAC menjadi film paling ditunggu tahun ini. Pembaca yang sudah terbius novelnya memang tak sepenuhnya puas setelah menonton filmnya. Versi novel jelas memiliki keleluasaan menokohkan siapa saja, mengambil seting di mana saja, atau melibatkan tokoh mana pun. Sesuatu yang sering tak mudah untuk dipindahkan ke layar film. Terlepas dari problem teknis yang dialami sutradara dan produsernya, yang kemudian melahirkan sedikit kekecewaan pembaca novelnya, AAC tetaplah film yang menarik ditonton.
    Fenomena itu ternyata dapat mengundang sisi positif lainnya, masyarakat Indonesia yang benar-benar mengapresiasi karya sastra khususnya novel, sekarang jumlahnya meningkat. Ini kabar yang baik bagi perkembangan dunia sastra Indonesia. Kisah cinta orang dewasa dengan nuansa islami, nyatanya justru bisa menggiring lebih banyak penonton, bukan hanya ABG, tapi juga ibu-ibu, untuk datang berbondong-bondong ke bioskop.
    Tidak bisa dipungkiri, meningkatnya minat masyarakat membaca novel, dipengaruhi oleh novel-novel yang laris dipasaran. Salah satu momentumnya adalah novel Ayat-Ayat Cinta. Kang Abik, panggilan akrab Habiburrahman, sebagai pengarang Ayat-Ayat Cinta disebut-sebut membawa angin segar bagi novel novel islami. Sampai saat ini, novel pembangun jiwa Ayat-Ayat Cinta yang diterbitkan tahun 2004, masih menempati etalase best seller diberbagai toko buku. Dengan begitu pembaca novel Ayat-Ayat Cinta masih akan terus bertambah.
    Ramainya pembaca novel Ayat-Ayat Cinta juga menjadi barometer para pengarang menulis sebuah cerita. Semakin banyaknya masyarakat yang mengapresiasi novel memberikan fenomena sendiri. Meningkatnya minat baca novel-novel di atas bukan tanpa alasan. Kebanyakan, pembaca merasa mendapatkan sesuatu dari novel yang dibacanya, seperti Ayat-Ayat Cinta sebagai contohnya.
    Nah, bagaimana kondisi minat baca siswa di Indonesia? Dengan berat hati kita katakan, minat baca masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Itu terlihat dari data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2006. Bahwa, masyarakat kita belum menjadikan kegiatan membaca sebagai sumber utama mendapatkan informasi. Orang lebih memilih menonton TV (85,9%) dan mendengarkan radio (40,3%) ketimbang membaca koran (23,5%) (www.bps.go.id).
    Data lainnya, misalnya International Association for Evaluation of Educational (IEA). Tahun 1992, IAE melakukan riset tentang kemampuan membaca murid-murid sekolah dasar (SD) kelas IV di 30 negara di dunia. Kesimpulan dari riset tersebut menyebutkan bahwa Indonesia menempatkan urutan ke-29. Angka-angka itu menggambarkan betapa rendahnya minat baca masyarakat Indonesia, khususnya anak-anak SD.
    Ada banyak faktor yang menyebabkan kemampuan membaca anak-anak Indonesia tergolong rendah. Pertama, ketiadaan sarana dan prasarana, khususnya perpustakaan dengan buku-buku yang bermutu dan memadai. Bisa dibayangkan, bagaimana aktivitas membaca anak-anak kita tanpa adanya buku-buku bermutu. Untuk itulah, ketiadaan sarana dan prasarana, khususnya perpustakaan dengan buku-buku bermutu menjadi suatu keniscayaan bagi kita.
    Dengan kata lain, ketersediaan bahan bacaan memungkinkan tiap orang dan atau anak-anak untuk memilih apa yang sesuai dengan minat dan kepentingannya. Dari situlah, tumbuh harapan bahwa masyarakat kita akan semakin mencintai bahan bacaan. Implikasinya, taraf kecerdasan masyarakat akan kian meningkat dan oleh karena itu isyarat baik bagi sebuah kerja perbaikan mutu perikehidupan suatu masyarakat.
    Kedua, banyaknya keluarga di Indonesia yang belum mentradisikan kegiatan membaca. Padahal, jika ingin menciptakan anak-anak yang memiliki pikiran luas dan baik akhlaknya, mau tidak mau kegiatan membaca perlu ditanamkan sejak dini. Bahkan, Fauzil Adhim dalam bukunya Membuat Anak Gila Membaca (2007) mengatakan, bahwa semestinya memperkenalkan membaca kepada anak-anak sejak usia 0-2 tahun.
    Sebab, pada masa 0-2 tahun perkembangan otak anak amat pesat (80% kapasitas otak manusia dibentuk pada periode dua tahun pertama) dan amat reseptif (gampang menyerap apa saja dengan memori yang kuat). Bila sejak usia 0-2 tahun sudah dikenalkan dengan membaca, kelak mereka akan memiliki minat baca yang tinggi. Dalam menyerap informasi baru, mereka akan lebih enjoy membaca buku ketimbang menonton TV atau mendengarkan radio.
    Namun, apa sajakah usaha-usaha yang perlu dilakukan guna menumbuhkan minat baca anak-anak sejak dini? Dalam buku Make Everything Well, khusus bab “Menciptakan Keluarga Sukses” (2005), Mustofa W Hasyim menganjurkan agar tiap keluarga memiliki perpustakaan keluarga. Sehingga perpustakaan bisa dijadikan sebagai tempat yang menyenangkan ketika ngumpul bersama istri dan anak-anak.
    Di samping itu, orangtua juga perlu menetapkan jam wajib baca. Tiap anggota keluarga, baik orangtua maupun anak-anak diminta untuk mematuhinya. Di tengah kesibukan di luar rumah, semestinya orangtua menyisihkan waktunya untuk membaca buku, atau sekadar menemani anak-anaknya membaca buku. Dengan begitu, anak-anak akan mendapatkan contoh teladan dari kedua orang tuanya secara langsung.
    Sedangkan di tingkat sekolah, rendahnya minat baca anak-anak bisa diatasi dengan perbaikan perpustakaan sekolah. Seharusnya, pihak sekolah, khususnya Kepala Sekolah bisa lebih bertanggung jawab atas kondisi perpustakaan yang selama ini cenderung memprihatinkan. Padahal, perpustakaan sekolah merupakan sumber belajar yang sangat penting bagi siswanya. Dengan begitu, masalah rendahnya minat baca akan teratasi.
    Selanjutnya, pemerintah daerah dan pusat bisa juga menggalakkan program perpustakaan keliling atau perpustakaan menetap di daerah-daerah. Sementara soal penempatannya, pemerintah bisa berkoordinasi dengan pengelola RT/RW atau pusat-pusat kegiatan masyarakat desa (PKMD). Semakin besar peluang masyarakat untuk membaca melalui fasilitas yang tersebar, semakin besar pula stimulasi membaca sesama warga masyarakat.
    Berdasarkan hasil penelitian tentang minat baca siswa dan latar belakang masalah diatas perlu adanya perumusan masalah agar penelitian yang dilakukan dapat lebih terarah dan efektif.
    Adapun perumusan masalah tersebut adalah bagaimana menumbuhkan dan meningkatkan minat baca novel bagi siswa kelas IX SMP Negeri 1 Barabai dengan metode nonton film.

    C. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat baca novel bagi siswa kelas IX SMP Negeri 1 Barabai.
    Kabupaten Hulu Sungai Tengah

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoritis
    Secara teoritis penelitian ini bermanfaat dalam pengembangan pembelajaran Bahasa dan sastra Indonesia. yaitu
    tentang minat baca siswa terhadap novel.

    2. Manfaat Praktis
    Siswa dapat memperoleh wawasan dalam mengembangkan imajinasi, mengenali karakter-karakter, ide
    penulisan kreatif dan membangun kepribadian, pemilihan dan peralihan emosi, kasih sayang sesama insan.

    E. Kajian Pustaka

    Berdasarkan hasil penelitian tentang minat membaca siswa diketahui bahwa ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menumbuhkan kecintaan siswa pada membaca dan seluruhnya adalah satu kesatuan yang utuh.
    Berikut adalah cara-cara yang dapat kita contoh:
    • Memberikan contoh
    Di setiap masa perkembanganya cara belajar siswa yang paling utama adalah dengan cara mencontoh. Sehingga, bila kita hendak menumbuhkan kecintaan membaca pada siswa kita, sebaiknya kita pun memiliki dan menampilkan kecintaan terhadap membaca. Hal yang paling sederhana yang dapat dilakukan adalah dengan memilih membaca Koran di ruang keluarga setiap pagi dan bukan menonton berita di televisi. siswa – siswa akan melihat dan walaupun mereka tidak tahu dengan pasti apa yang kita baca, tetapi mereka dapat dengan nyata melihat bahwa kita membaca.

    • Membangun kebiasaan membaca dalam diri kita
    Kita tentu ingat pada pepatah seperti “kita bisa karena biasa” atau “practice makes perfect”, keduanya seakan memberitahukan bahwa proses pengulangan aktivitas akan menimbulkan jejak memori pada otak, termasuk untuk proses ingatan dan emosi. Semakin sering siswa melihat kita membaca maka akan semakin tertarik dia untuk mengetahui apa yang sedang kita lakukan. Ketertarikan ini kemudian hendaknya kita tanggapi dengan melibatkan siswa dalam kegiatan membaca kita, sehingga ia akan semakin tertarik dengan aktivitas membaca.
    • Menciptakan suasana kondusif saat membaca
    Menciptakan suasana yang bahagia dan penuh kasih sayang saat membaca sangat diperlukan untuk membangun jejak memori terutama yang melibatkan emosi.
    Mengapa?
    Karena berdasarkan penelitian terdahulu, sekitar 60% dari proses pembelajaran melibatkan amigdala (merupakan pusat emosi yang dimiliki manusia) dalam otak. Contoh sederhana mengenai hal ini adalah jawaban siswa ketika ditanya apa yang dilakukanya saat liburan. Siswa kemungkinan akan menjawab dengan cerita kebahagiannya ketika diajak berwisata ke taman safari oleh kita.
    Menciptakan suasana kondusif saat membaca
    Kita hanya perlu santai, menjadi diri kita sendiri, dan tersenyum. Sebagai contoh, saat sedang dalam perjalanan di mobil. Kita bisa memangkunya atau duduk disebelahnya kemudian mengeluarkan beberapa buku cerita, memintanya memilih mana yang disukai lalu perlahan bersama-sama membaca halaman demi halaman dari buku tersebut.
    • Penghargaan atas Minat Siswa
    Ketika siswa sudah mulai menujukkan ketertarikan terhadap membaca maka sebaiknya kita memberikan peng hargaan kepadanya supaya ketertarikan tersebut bertahan dan berubah menjadi kebiasaan positif, yaitu kebiasaan membaca.
    Bermacam cara dapat dilakukan. Dari yang paling sederhana dengan cara selalu menemaninya membaca atau menjadi teman diskusi bacaannya bila siswa sudah dapat diajak berdiskusi. Hingga cara yang paling kompleks yaitu membantunya mengkordinir book club sederhana yang beranggotakan teman-teman siswa kita yang juga punya hobi membaca.
    Ternyata sederhana sekali cara untuk menumbuhkan kecintaan siswa pada membaca,
    Bahkan kita dapat menumbuhkan kecintaan siswa pada membaca sejak bayi dalam kandungan. Kita perkenalkan suara dan perubahan intonasi kita saat membaca buku cerita. Ketika ia sudah mulai berusia 3 bulan, kita bisa mulai menunjukkan buku dan membaca di sebelahnya. Ketika ia berusia 6-9 bulan, kita bisa memangkunya atau duduk di sebelahnya dan nampilkan buku sederhana untuk “dibaca” bersama-sama. Ketika ia berusia 1-2 tahun, kita bisa membaca bersama dan memintanya untuk pura-pura memegang buku yang kita baca. Ketika berusia 2-5 tahun, kita bisa bersama-sama membaca bersama buah hati kita, kita bisa meminta bantuannya untuk membuka halaman per halaman dan kita bahkan sudah bisa mengajaknya memilih buku yang ia suka di toko buku.
    Referensi jenis buku yang baik dibaca anak. Semua buku dan bacaan memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing untuk setiap anak. hal terbaik yang dapat kita lakukan adalah menyesuaikan tahap perkembangan anak dengan jenis buku yang ada.
    • Catalogue book (0-6 bulan)
    Catalogue book adalah buku tanpa cerita. Biasanya di tiap halaman berisi gambar benda dengan namanya dibawahnya atau gambar aktivitas dan nama aktivitas dibawahnya. Biasanya buku ini berbentuk board book.

    • Picture book (7 bulan-3 tahun)
    Picture book adalah buku cerita yang teksnya masih sedikit. Tiap halaman biasanya berisikan 1-2 kalimat. Dalam buku ini biasanya ada hubungan langsung antara teks dengan gambar. Buku jenis ini dapat terus digunakan sampai anak bisa membaca sendiri.
    • Longer picture book (3 Tahun- 6 tahun)
    Longer picture book adalah buku cerita yang teksnya sudah lebih banyak per halaman dan ceritanya lebih panjang, biasanya terdapat 2-5 kalimat.
    • Illustrated chapter book (6/7 tahun – 12 tahun)
    Illustrated chapter book adalah buku cerita yang teksnya sudah banyak, ceritanya mulai panjang (sudah dibagi dalam bab) tetapi masih ada ilustrasinya. Buku jenis ini cocok untuk anak usia 6 tahun keatas, terutama saat ia sudah mulai belajar membaca namun masih mudah bosan untuk membaca dalam durasi yang panjang.
    • Short novel, novel dan story collection.
    Ketiga jenis buku ini dapat diperuntukkan kepada anak diatas usia 12 tahun yang diasumsikan sudah mahir membaca. Ketiga jenis buku ini memiliki kesamaan, yaitu tidak lagi menggunakan ilustrasi gambar. Namun mereka memiliki perbedaan dalam panjang cerita dan jumlah cerita dalam satu buku. Short novel memiliki satu cerita pendek didalamnya, novel memiliki satu cerita dalam durasi yang panjang sedangkan story collection memiliki beberapa cerita yang masing-masingnya berbeda durasi dalam satu buku yang sama.Ternyata menumbuhkan kecintaan terhadap membaca adalah kegiatan yang sederhana .
    Referensi:
    Berk, Laura E. (2003). Child Development 6th ed. New York: Allyn and Bacon
    Trelease, Jim. (2006). Read-Aloud Handbook. London: Peguin Books

    F.Metode Penelitian

    Metode adalah setiap prosedur yang digunakan untuk mencapai tujuan akhir.
    Tujuan akhirnya adalah : Meningkatkan minat baca novel dikalangan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Barabai,
    dengan menggunakan metode nonton Film dengan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ).

    Cara yang teratur dan terpikir baik untuk mencapai tujuan, adalah cara kerja sistematis untuk memudahkan pelaksanaan penelitian guna mencapai tujuan yang ditentukan.
    • Mengungkapkan cara teknis tentang metode yang digunakan.
    • Membahas konsep teoritis berbagai metode, kelebihan dan kelemahannya.
    Logika atau teori deduktif dan induktif
    • Deduktif:
    Mencerminkan pandangan paling umum tentang hubungan antara teori dan penelitian.
    • Induktif:
    Menekankan pentingnya penempatan teori sebagai hasil dari proses penelitian.
    • OBJEKTIF:
    Hasil penelitian menceriminkan keadaan sesungguhnya dan memihak. .
    • SUBJEKTIF:
    Peneliti memiliki penilaian, perasaan, terhadap yang diteliti karena berinteraksi hingga memiliki interpretasi tentang yang diteliti.
    Kebenaran yang dapat diberlakukan seluas mungkin
    • Kehandalan (reliability):
    Memastikan bahwa alat untuk meneliti dapat dipercaya untuk objek yang diteliti.
    • Keterulangan (replication):
    Penelitian dapat diulang di tempat dan waktu berbeda dan menghasilkan kesimpulan yang
    konsisten
    • Menjaga integritas dari kesimpulan penelitian.

    G. Daftar Pustaka

    Lasa Hs. 2005. Gairah Menulis: Panduan Untuk Pemula. Yogyakarta: Alenia
    Kurniasih, Prawesti. 2005. ” Studi Korelasi Antara Minat Baca Dengan Prestasi Belajar
    Berk, Laura E. (2003). Child Development 6th ed. New York: Allyn and Bacon
    Trelease, Jim. (2006). Read-Aloud Handbook. London: Peguin Books
    Rasito, Hermawan . Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1992
    Ratna, Nyoman Khutha, 2004. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
    Arif Konto, Suharsini. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 1998.
    Jabrohim (ed), 2001. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta : Hanindita Graha Widia.

    Nama : Emelia Mayasari
    NPM : 3060811477
    Jurusan : PBSID Transfer
    Semester : IVB

  21. FITRIANI
    26/06/2010 pukul 7:35 am

    JUDUL
    MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MODEL AKU INGIN SISWA KELAS VII A SMPN 1 LAMPIHONG KABUPATEN BALANGAN.
    A. LATAR BELAKANG MASALAH
    Keterampilan menulis atau dengan sebutan menulis merupakan suatu bentuk keterampilan berbahasa disamping tiga keterampilan yang lain,yaitu keterampilan mendengarkan (menyimak),keterampilan berbicara dan keterampilan membaca.
    Menulis berarti melahirkan atau mengungkapkan pikiran dan/atau perasaan melalui suatu lambang (tulisan).Tentu saja segala lambang (tulisan) yang dipakai haruslah merupakan hasil kesepakatan para pemakai bahasa yang satu dan lainnya saling memahami.
    keterampilan menulis sangat dibutuhkan dalam kehidupan dunia modern,dengan menulis seseorang dapat mengekspresikan pengalaman dan pengetahuannya.Keterampilan menulis merupakan bagian penting komunikasi antar manusia,melalui menulis inilah akan dapat dihasilkan karya bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan teknologi serta upaya pewarisan nilai-nilai budaya.
    puisi adalah karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan batin(waluyo,2008:1).
    menulis puisi merupakan aktivitas yang sangat penting walau dalam kenyataan siswa belum menggemari aktivitas menulis puisi.Kegemaran menulis puisi dapat dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dari masing-masing anak.Dengan peran aktif sekolah yang memiliki tenaga pengajar yang mampu memberikan model untuk anak didiknya dengan model aku ingin.
    Dengan model aku ingin dapat mengarahkan murid kepada kemampuan menulis puisi.
    Atas dasar uraian ,maka peneliti tertarik untuk mengangkat hal tersebut dalam sebuah penelitian yang berjudul Meningkatkan Kemampuaan Menulis Puisi dengan Model Aku Ingin Siswa Kelas VII A SMPN 1 Lampihong Kabupaten Balangan.
    B.RUMSAN MASALAH
    Berdasarkan uraian diatas,maka dapat di rumuskan permasalan yang akan di teliti,yaitu:
    1.Bagaimanakah ketepatan penggunaan model dalam pengajaran menulis puisi di kelas VII A SMPN 1 Lampihong Kabupaten Balangan.
    C.TUJUAN PENELITIAN
    Adapun tujuan penelitian ini adalah:
    1.Mendeskripsikan tepat tidaknya model yang dipergunakan dalam pengajran menulis puisi di kelas VII A SMPN 1 Lampihong Kabupaten Balangan.
    D.MANFAAT PENELITIAN
    Hasil penelitian yang di lakukan ini di harapkan dapat berguna untuk:
    1.Mengetahui tepat tidaknya model yang di pergunakan dalam pengajaran menulis puisi di kelas VII A SMPN 1 Lampihong Kabupaten Balangan.
    E.KAJIAN PUSTAKA
    Keterampilan menulis atau dengan sebutan menulis merupakan suatu bentuk keterampilan berbahasa di samping tiga keterampilan yang lain,yaitu keterampilan mendengarkan(menyimak),keterampilan berbicara dan keterampilan membaca.Ke empat keterampilan itu pada dasarnya merupakan satu kesatuan atau catur tunggal(Tarigan,1982:1).
    Beberapa ahli yang merumuskan penertian puisi menggunakan berbagai pendekatan,Mulyana(1956:93) memberi batasan puisi dengan menggunakan pendekatan psikolingistik,karena puisi merupakan karya seni yang tidak saja berhubungan dengan masalah bahasa tetapi juga berhubungan dengan masalah jiwa.Dengan pendekatan ini di simpulkan bahwa puisi adalah sintesis dari pelbagai peristiwa bahasa yang telah tersaring semurni-murninya dan pelbagai proses jiwa yang mencari hakikat pengalamannya,tersusun dengan sistem korespondesi dalam salah satu bentuk.
    Ada pula yang menggunakan pendeketan struktural,worswothh(1956:93)merumuskan pengertian puisi:poetry is the best words in the best order;arinya adalah kata-kata terbaik dalam susunan terbaik.
    Pendekatan yang paling produktif dan paling banyak di gunakan oleh teoritikas sastra adalah pendekatan perbandingan antara prosa dan puisi terutama dengan bertitik tolak dari bentuk organik puisi.Puisi bila di bandingkan dengan prosa lebih bersifat intuitif,imajinatif,dan sintetik,sedangkan prosa lebih mengutamakan logikadan bersifat konstruktif dan analitik(Grace,1966:94).
    Model menulis kreatif puisi ada sepuluh macam,salah satunya adalah model aku ingin.Menulis puisi dapat di mulai dari ungkapan aku ingin seperti aku ingin terbang bebas keangkasa,meneropong wajah hutan rimba(sobroto,2008:2).
    F.METODE PENELITIAN
    1.Penentuan lokasi penelitian
    Lokasi penelitian di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Lampihong Kabupaten Balangan yang terletak di jalan Gontong-Amuntai.
    2.Metode yang di gunakan
    Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskrptif kualitatif dengan maksud untuk mengetahui ketepatan pada penggunaan model dalam pengajaran menulis puisi di SMPN 1 Lampihong Kabupaten Balangan.
    G.DAFTAR PUSTAKA
    Atmazak,2007.Teori dan Sejarah Sastra.Surabaya:Angkasa Raya.
    Ismail,Taufik dkk.2008.Bimbingan Penulisan Puisi.Makalah Pada Seminar Diklat
    MMAS Bagi Guru Bahasa Indonesia,Banjarmasin,29 Juni s.d 12 Juli 2008.
    Sidik dan Zulkifli Musaba,2009.Dasar-Dasar Menulis.Malang:Tunggal Mandiri.
    Triningsih,Diah Erna,2008.Bedah Puisi Baru.Klaten:Intan Pariwara.

  22. FITRIANI
    26/06/2010 pukul 7:43 am

    NAMA :FITRIANI
    NPM :3060811500FITRIANI :
    JUDUL
    MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MODEL AKU INGIN SISWA KELAS VII A SMPN 1 LAMPIHONG KABUPATEN BALANGAN.
    A. LATAR BELAKANG MASALAH
    Keterampilan menulis atau dengan sebutan menulis merupakan suatu bentuk keterampilan berbahasa disamping tiga keterampilan yang lain,yaitu keterampilan mendengarkan (menyimak),keterampilan berbicara dan keterampilan membaca.
    Menulis berarti melahirkan atau mengungkapkan pikiran dan/atau perasaan melalui suatu lambang (tulisan).Tentu saja segala lambang (tulisan) yang dipakai haruslah merupakan hasil kesepakatan para pemakai bahasa yang satu dan lainnya saling memahami.
    keterampilan menulis sangat dibutuhkan dalam kehidupan dunia modern,dengan menulis seseorang dapat mengekspresikan pengalaman dan pengetahuannya.Keterampilan menulis merupakan bagian penting komunikasi antar manusia,melalui menulis inilah akan dapat dihasilkan karya bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan teknologi serta upaya pewarisan nilai-nilai budaya.
    puisi adalah karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan batin(waluyo,2008:1).
    menulis puisi merupakan aktivitas yang sangat penting walau dalam kenyataan siswa belum menggemari aktivitas menulis puisi.Kegemaran menulis puisi dapat dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dari masing-masing anak.Dengan peran aktif sekolah yang memiliki tenaga pengajar yang mampu memberikan model untuk anak didiknya dengan model aku ingin.
    Dengan model aku ingin dapat mengarahkan murid kepada kemampuan menulis puisi.
    Atas dasar uraian ,maka peneliti tertarik untuk mengangkat hal tersebut dalam sebuah penelitian yang berjudul Meningkatkan Kemampuaan Menulis Puisi dengan Model Aku Ingin Siswa Kelas VII A SMPN 1 Lampihong Kabupaten Balangan.
    B.RUMSAN MASALAH
    Berdasarkan uraian diatas,maka dapat di rumuskan permasalan yang akan di teliti,yaitu:
    1.Bagaimanakah ketepatan penggunaan model dalam pengajaran menulis puisi di kelas VII A SMPN 1 Lampihong Kabupaten Balangan.
    C.TUJUAN PENELITIAN
    Adapun tujuan penelitian ini adalah:
    1.Mendeskripsikan tepat tidaknya model yang dipergunakan dalam pengajran menulis puisi di kelas VII A SMPN 1 Lampihong Kabupaten Balangan.
    D.MANFAAT PENELITIAN
    Hasil penelitian yang di lakukan ini di harapkan dapat berguna untuk:
    1.Mengetahui tepat tidaknya model yang di pergunakan dalam pengajaran menulis puisi di kelas VII A SMPN 1 Lampihong Kabupaten Balangan.
    E.KAJIAN PUSTAKA
    Keterampilan menulis atau dengan sebutan menulis merupakan suatu bentuk keterampilan berbahasa di samping tiga keterampilan yang lain,yaitu keterampilan mendengarkan(menyimak),keterampilan berbicara dan keterampilan membaca.Ke empat keterampilan itu pada dasarnya merupakan satu kesatuan atau catur tunggal(Tarigan,1982:1).
    Beberapa ahli yang merumuskan penertian puisi menggunakan berbagai pendekatan,Mulyana(1956:93) memberi batasan puisi dengan menggunakan pendekatan psikolingistik,karena puisi merupakan karya seni yang tidak saja berhubungan dengan masalah bahasa tetapi juga berhubungan dengan masalah jiwa.Dengan pendekatan ini di simpulkan bahwa puisi adalah sintesis dari pelbagai peristiwa bahasa yang telah tersaring semurni-murninya dan pelbagai proses jiwa yang mencari hakikat pengalamannya,tersusun dengan sistem korespondesi dalam salah satu bentuk.
    Ada pula yang menggunakan pendeketan struktural,worswothh(1956:93)merumuskan pengertian puisi:poetry is the best words in the best order;arinya adalah kata-kata terbaik dalam susunan terbaik.
    Pendekatan yang paling produktif dan paling banyak di gunakan oleh teoritikas sastra adalah pendekatan perbandingan antara prosa dan puisi terutama dengan bertitik tolak dari bentuk organik puisi.Puisi bila di bandingkan dengan prosa lebih bersifat intuitif,imajinatif,dan sintetik,sedangkan prosa lebih mengutamakan logikadan bersifat konstruktif dan analitik(Grace,1966:94).
    Model menulis kreatif puisi ada sepuluh macam,salah satunya adalah model aku ingin.Menulis puisi dapat di mulai dari ungkapan aku ingin seperti aku ingin terbang bebas keangkasa,meneropong wajah hutan rimba(sobroto,2008:2).
    F.METODE PENELITIAN
    1.Penentuan lokasi penelitian
    Lokasi penelitian di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Lampihong Kabupaten Balangan yang terletak di jalan Gontong-Amuntai.
    2.Metode yang di gunakan
    Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskrptif kualitatif dengan maksud untuk mengetahui ketepatan pada penggunaan model dalam pengajaran menulis puisi di SMPN 1 Lampihong Kabupaten Balangan.
    G.DAFTAR PUSTAKA
    Atmazak,2007.Teori dan Sejarah Sastra.Surabaya:Angkasa Raya.
    Ismail,Taufik dkk.2008.Bimbingan Penulisan Puisi.Makalah Pada Seminar Diklat
    MMAS Bagi Guru Bahasa Indonesia,Banjarmasin,29 Juni s.d 12 Juli 2008.
    Sidik dan Zulkifli Musaba,2009.Dasar-Dasar Menulis.Malang:Tunggal Mandiri.
    Triningsih,Diah Erna,2008.Bedah Puisi Baru.Klaten:Intan Pariwara.

  23. HAPSAH
    26/06/2010 pukul 8:25 am

    NAMA : HAPSAH

    NPM : 3060811476

    JURUSAN : PBSID (TRANSPER)

    JUDUL : UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICAR5A MELALUI KEGIATAN BERMAIN PERAN DI KELAS V PADA SDN BANJANG 2 KECAMATAN BANJANG KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

    A. Latar Belakang Masalah
    Keterampilan berbicara diajarkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi secara individu maupun secara kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari siswa tidak hanya sebagai individu,tetapi juga bagian dalm kelompok untuk itulah siswa juga harus berkomunikasi dalam kelompok. Salah satu standar kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran berbicara adalah mengungkapkan pikiran dan perasan deengan bermacam peran.Pernyataan tersebut mengacu pada aspek berbicara yang harus dikuasai siswa dalm pembelajaran yakni bermain peran.
    Ada dua faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat keterampilan siswa dalam berbicara,yaitu faktor eksternal dan faktor internal, Yang termasuk faktor eksternal,diantaranya pengaruh penggunaan bahasa indonesia dilingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam proses komunikasi sehari-hari,banyak keluarga yang menggunakan bahasa ibu (bahasa daerah) sebagai bahasa percakapan dilingkungan keluarga. Demikian juga halnya dengan penggunaan bahasa indonesia ditengah-tengah masyarakat,rata-rata bahasa ibu lah yang digunakan sebagai sarana komunikasi.
    Kalau ada tokoh masyarakat yang menggunakan bahaasa indonesia, pasa umumnya belum memooerhatikan kaidah-kaidah berbahasa secara baik dan benar,akibatnya siswa tidak terbiasa untuk berbahasa indonesia dengan konteks dan situasi tutur. Dari faktor i9nternal,peeeendekatan pembelajaran,metode,media, atau sumber pembelajaran yang digunakan oleh guru memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap tingkat keterampilan berbicara bagi siswa Sekolah Dasar.
    Ur n(1996)menyatakan bahwa”jika seseorang menguasai suatu bahasa,secara intuitif ia mampu berbicara dalam bahasa tersebut”. Ungkapan ini jelas mengidentifikasikan bahwa keterampilan berbicara menunjukan suatu indikasi bahwa seseorang mengetahui suatu bahasa,
    Dari uraian diatas,maka peneliti tertarik untuk meneliti keterampilan siswa dalam berbicara melalui kegiatan bermain peran. Maka peneliti mjemberi judul ” Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui kegiatan Bermain Peran Di Kelas V Paeda SDN Banjang 2 Kecamtan banjang KIabupaten Hulu Sungai Utara.

    B. Rumusan Masalah
    Berdasarkan uraian diatas,maka dapat dirumuskan pernasalahan yang akan diteliti,yaitu bagaimana keterampilan berbicara siswa mwlalui kegiatan bermain peran pada aspek dialog,ekspresi,vokal, dan peneghayatan.

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelian ini adalah menganalisis keterampilan siswa berbicara melaui kegiatan bermain peran pada aspek dialog,vokal dan penghayatan.

    D. Manfaat penelitian

    1. Bagi siswa yaitu dapat membebaskan siswa dari tekanan dan kejenuhan dalam pembelajaran melalui bermain peran siswa akan tampak seperti bermain-bermain.
    2. bagi peneliti sebagai upaya mengembangkan kemampuan profesional sebagai tenaga pendidik dalam pembekajaran bahasa,

    E. Kajian Pustaka
    Keterampilan berbicara dalam mata pelajaran bahasa indonesia di Sekolah dasar saat ini dituangkan dalam tujuan pengajaran bahasa indonesia yang secara eksplisit dinyatakan dalam kurikulum. Secara garis besar,tujuan utama pengajran bahasa indonesia adalah agar anak-anak dapat berbahasa indonesia dengan baik . Itu berarti agar anak-anak mampu menyimak,berbicara,mambaca, dan menulis dengan baik menggunakan media bahasa indonesia (Samsuri,1987 dan Sadtono,1988).
    Berbicara adalah salah satu aspek keterampilan berbahasa. Aspek-aspek keterampilan bahsa lainnya adalah menyimak,membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut berkaitan erat,anatara berbicara dengan menyimak,berbicara dengan menulis, dan berbicara dengan membaca.
    Berdasarkan beberapa pernyataan tersebut dapat dikemukakan bahwa berbicara pada hakekatnya merupakan ungkapan pikiran dan perasaan seseorang dalam bentuk bunyi-bunyi bahasa. Dalamj konteks demikian,keterampilan berbicara bisa dipahami sebagai keterampilan mengucapkan bunyi-bunyiartikulasa atau mengucapkan kata-kata untuk mengkspresikan,menyatakan,menyampaikan pikiran gagasan dan perasaan.
    Merujuk pada uraian tersebut keterampilan berbicara pada hakekatny merupakan sebuah keahkian dalam mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk menceritakan,mengekspresikan,menyatakan,menyampaikan pikiran,gagasan,dan perasaan kepada orang lain.

    f.Metode Penelitian
    Metode penelitian adalah metode penelitian tindakan kelas,yaitu mencantumkan tempat (dimana penelitian diadakan),waktu,mata pelajaran,kelas,dan karakteristik siswa(jumlah,usia,jenis kelamin, dan kemampuan)

    G. Daftar Pustaka

    Ur,P.1996,A Course in Language Teaching: Practice and theori. Cambridge:Cambridge University Press

    Alwi,Hasan 2004. Tata Bahasa baku Indonesia.Jakarta:Balai Pustaka

    Arifin dan E,Zainal dan S.Amran Tasai.2002. Cermat Berbahasa Indonesia.Jakarta:Akademika Presindo.

  24. MASLIAN
    26/06/2010 pukul 8:56 am

    Nama : MASLIAN
    NPM : 3060811481
    Jurusan : PBSID Transfer
    Semester: IVB

    JUDUL

    Makna dan Fungsi mantra penyedap aren di desa Hapulang Kecamatan Haruyan Kabupaten Hulu sungai Tengah

    1. LATAR BELAKANG
    Mantra Banjar yang difungsikan Sebagai sarana magis untuk meningkatkan pencapaian hasil kerja yang sedang dilakukan oleh penggunanya.
    Mantra dibacakan sebelum penggunaannya memulai suatu pekerjaan atau kegiatan.

    Salah satu pekerjaan yang bisa mengunakan mantra adalah pekerjaan penyedap aren. Pekerjaan penyedap aren merupakan sebagian pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat desa hapulang kecamatan Haruyan Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

    MANTRA PENYEDAP AREN

    1.Siar siur tarabang siang
    Baracak tarabang malam
    Manggarabak banyunya siang
    Manggarabak banyunya malam
    Susui anak Putri Jujung Buih
    sampai muak
    Jangan sampai kalaparan

    2.Ayun dundang ujaku dundang
    Ba akar si kakawatan
    Babatang kayu gading di laris
    Bapalapah tantayan hujan
    Badaun tampuran angin
    Bamayang manik saruntai
    Bapuluk manunjuk langit
    Hai Putri gumayang sari
    Susui anak ikam
    Sampai muak
    Sampai panuh

    3.Ayun ayun si mayang sari
    Gugurlah banyu sampai panuh
    Ulih barkatmu
    Kami lawas
    Mananti di ikam

    Mantra tesebut dibacakan oleh penyedap Aren dengan tujuan agar pohon Aren yang disadapnya tetesan air Nira dalam jumlah yang melimpah ruah. Mantra dibaca penggunanya ketika ia mulai menorehkan pisau sadapnya dibatang pohon Aren yang disadapnya.

    Mantra ini tentunya memberikan pengaruh bagi orang yang melakukan pekerjaan dalam penyadap Aren tersebut, Terutama dilingkungan Masyarakat Hapulang yang pekerjaannya penyadap Aren.
    Atas dasar uraian di atas maka penelitian tertarik untuk mengangkat hal tersebut dalam sebuah penelitian yang berjudul :

    “ Makna dan Fungsi Mantra Penyedap Aren di desa Hapulang Kecamatan Haruyan Kabupaten Hulu Sungai Tengah”.

    2. RUMUSAN MASALAH

    Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan di teliti, yaitu :

    1. Bagaimanakah cara orang membacakan mantranya dalam menyedapkan Aren.

    3. TUJUAN PENELITIAN

    1. Memaparkan penggunaan mantra dalam penyadapkan Aren.

    4. MANFAAT PENELITIAN

    1. Mengetahui penggunaan mantra dalam Menyedap Aren.

    5. KAJIAN PUSTAKA

    a. Pengertian Mantra
    Mantra adalah bacaan.
    Dalam bahasa yang sederhana Mantra Banjar adalah Mantra Berbahasa Banjar.

    b. Fungsi Mantra dalam Penyedap Aren
    Fungsi mantra dalam Penyadap Aren adalah sebagai sarana Magis untuk meningkatkan pencapaian hasil kerja sedang dilakukan oleh Penyadap Aren.

    c. Pengaruh Mantra dalam Penyadap Aren di desa Hapulang.
    Pemakaian Mantra itu tentu saja berpengaruh bagi para Penyedap Aren yang lainya yang ada di desa Hapulang.
    Ketika para Penyedap Aren yang mengunakan Mantra pencapaian hasilnya lebih banyak di bandingkan dengan yang tidak menggunakan Mantra.
    Dengan demikian para Penyedap Aren yang lainya tentu saja mau tau dan memahami tentang mantra dan Fungsinya Mantra itu agar Penyedap Arenya juga bisa mendapatkan hasil yang banyak.

    6. METODE PENELITIAN

    1. Penentuan Lokasi Penelitian
    Lokasi penelitian di laksanakan di desa Hapulang yang terletak di kecamatan Haruyan,adapun alasan penentuan lokasi tesebut dikarenakan karena di desa Hapulang merupakan sebagian usaha masyarakat di sana adalah Penyedap Aren.
    Faktor inilah yang mendorong penelitian melakukan kegiatan penelitian Penyedap Aren di desa Hapulang trsebut

    2. Metode yang digunakan
    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Wawancara dan Observasi.

    3. Variabel penelitian dan operasinalnya
    Adapun Variabel dalam penelitian ini terdiri dari :

    Variabel utama
    Mantra dan Funsinya dalam Penyedap Aren di desa Hapulang.

    Sub Variabel
    Pengertian Mantra
    Fungsi Mantra dalam Penyedap Aren
    Pengaruh Mantra dalam Penyedap Aren di desa Hapulang

    4. Populasi, Sampel, dan Teknik Penariakan Sampel
    Populasi dalam penelitian ini adalah sebagian masyarakat desa Hapulang yang melakukan pekeerjaan Penyedap Aren yang mengunakan mantra.
    Teknik penelitian sampel merupakan salah satu pengambilan sampel dengan melihat langsung objek yang di teliti.

    5. Jenis dan Sumber Data
    Sumber data adalah subjek darimana data dapat diperoleh untuk kemudian diolah dan di kalifikasikan. Jenis data merupakan data kuantitatif yang berasal dari wawancara dan observasi, dan yang menjadi sumber data adalah warga masyarakat desa Hapulang yang melakukan pekerjaan Penyedap Aren.

    6. Teknik Pengumpulan Data
    Untuk menggali informasi, dalam penelitian akan digunakan instrumen wawancara dan observasi yang diajukan nara sumber yakni masyarakat desa Hapulang yang melakukan pekerjaan dalam Penyedap Aren.

    7. Teknik Pengolahan Data
    Data yang diperoleh dari wawancara dan observasi akan di analisis melalui tulisan dalam bahasa Banjar seutuhnya atau bercampur dengan bahasa lainya.
    Hal ini di dasarkan pada pertimbangan bahwa data wawancara dan observasi tidak dapat di olah secara kuantitatif sebagaimana data dalam angket.
    Selain itu perlu ditambahkan bahwa instrumen wawancara dan observasi merupakan metode utama yang dugunakan peneliti .
    Sehingga Peneliti ini bersifat kuantitatif meskipun tidak mengunakan angket.

    8. Jadwal Waktu Penelitian
    Penelitian ini dijadwalkan berlangsung selama 1 minggu dengan urutan kegiatan sebagai
    berikut :

    NO URUT KEGIATAN PENELITIAN 1 MINGGU
    1 Persiapan

    2 Pengumpulan Data

    3 Analisis/ Pengolahan Data

    4 Penyusunan Laporan

    5 Pengadaan dan Penjilidan

    6 Pengiriman Laporan

    7. DAFTAR PUSTAKA

    Sunarti dkk, 1978 : 172
    Ganie, 1996 : IV, SKH Media Masyarakat,
    Banjarmasin, 30 November 1996.

  25. Misriyadi
    26/06/2010 pukul 9:12 am

    NAMA : Misriyadi
    NPM : 3060811483
    JURUSAN : PBSID (TRANSFER)
    SEMESTER : IV ( empat )

    KEMAMPUAN MENGUNGKAPKAN MAKNA PERIBAHASA
    SISWA KELAS VI SD NEGERI KARUH
    KECAMATAN BATUMANDI KABUPATEN BALANGAN
    1. Latar Belakang Masalah
    Peribahasa merupakan salah satu hasil budaya asli bangsa Indonesia yang cukup terkenal. Peribahasa memiliki makna yang sangat mendalam dan erat kaitannya dengan kehidupan kita sehari-hari.
    Peribahasa bukan hal yang asing lagi bagi diri kita dan cukup mudah untuk dipelajari karena dalam kehidupan sehari-hari orang tua kita juga sering memberikan nasehat dengan menggunakan kalimat peribahasa. Selain itu, melalui buku-buku tentang peribahasa kita dapat mencari berbagai macam peribahasa lengkap dengan artinya. Kita sebagai bangsa Indonesia banyak sekali mempergunakan peribahasa dalam percakapan sehari-hari. Perlu diketahui bahwa yang termasuk kedalam peribahasa adalah pepatah, perumpamaan, dan ungkapan.
    Peribahasa selain digunakan dalam kehidupan bermasyarakat, dalam kurikulum pengajaran bahasa Indonesia, mulai dari tingkat SD, SMP, SMA, bahkan sampai ke Perguruan Tinggi peribahasa ini tetap harus diajarkan. Sehingga peribahasa yang merupakan salah satu khasanah budaya sastra asli bangsa Indonesia dapat terus dikembangkan dan dilestarikan baik dalam dunia pendidikan maupun dalam kehidupan bermasyarakat.
    Peneliti tertarik sekali untuk melakukan penelitian tentang sejauh mana kemampuan siswa dalam mengungkapkan makna peribahasa, karena kita tahu bahwa sejak SD peribahasa itu sudah diajarkan bahkan sampai tingkat sekolah yang lebih tinggi. Walaupun sudah diajarkan dan sangat dikenal dalam kehidupan kita sehari-hari tidak menutup kemungkinan ada siswa yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan makna peribahasa ini. Karena kemampuan setiap manusia itu berbeda-beda, ada yang mudah dan cepat dalam menerima pelajaran dan ada juga siswa yang lambat dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh guru.
    Selain itu, di SD khususnya untuk SD Negeri Karuh sepengetahuan peneliti belum pernah diadakan suatu penelitian tentang kemampuan siswa dalam mengungkapkan makna peribahasa. Oleh karena itu, peneliti beranggapan bahwa perlu diadakannya suatu penelitian tentang bagaimana tingkat kemampuan siswa dalam mengungkapkan makna peribahasa. Sehingga penelitian ini diberi judul : “ Kemampuan Mengungkapkan Makna Peribahasa Siswa Kelas VI SD Negeri Karuh Kecamatan Batumandi Kabupaten Balangan. “
    2. Rumusan Masalah
    Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut, yaitu : “ Bagaimana kemampuan mengungkapkan makna peribahasa siswa kelas VI SD Negeri Karuh Kecamatan Batumandi Kabupaten Balangan. “
    3. Tujuan Penelitian
    Penelitian terhadap kemampuan mengungkapkan makna peribahasa siswa kelas VI SD Negeri Karuh Kecamatan Batumandi Kabupaten Balangan ini adalah bertujuan untuk mendiskripsikan kemampuan siswa dalam mengungkapkan makna peribahasa.

    4. Manfaat Penelitian
    Penelitian terhadap kemampuan mengungkapkan makna peribahasa, memberi manfaat terutama sebagai: 1)Sumbangan pemikiran untuk peneliti lainnya yang tertarik untuk mengungkap masalah peribahasa khususnya.
    2)Sebagai masukan bagi pihak sekolah khususnya SD Negeri Karuh Kecamatan Batumandi Kabupaten Balangan dalam mengambil kebijakan untuk meningkatkan mutu pengajaran bahasa Indonesia khususnya sastra yang mengenai peribahasa.

    5.Kajian Pustaka
    5.1 Pengertian Peribahasa
    Peribahasa adalah kalimat atau kelompok perkataan yang tetap susunannya dan biasanya mengiaskan sesuatu maksud yang tentu. ( Poerwadarminta; 1976 : 738 ). Kalimat dalam peribahasa susunan kalimatnya tetap tidak berubah tetapi untuk mengiaskan tentang maksud tertentu. Oleh karena peribahasa ini bersifat memperbandingkan atau mengumpamakan, maka lazim juga disebut dengan nama perumpamaan. Kata-kata seperti, bagai, bak, laksana dan umpama lazim digunakan dalam peribahasa.
    Makna peribahasa masih dapat diramalkan karena adanya asosiasi atau urutan antara makna leksikal dan gramatikal unsur-unsur pembentuk peribahasa itu dengan makna lain yang menjadi tautannya. ( Abdul Chaer; 1990 : 79 ). Contohnya ‘keadaan pengeluaran belanja lebih besar jumlahnya daripada pendapatan’ dikatakan dalam bentuk peribahasa besar pasak daripada tiang. Seharusnya pasak harus lebih kecil daripada tiang, jika pasak itu lebih besar, tentu tidak mungkin dapat dimasukkan pada lubang tembus yang ada pada tiang.
    Dewasa ini banyak orang yang tidak mengetahui lagi arti sebuah peribahasa, padahal peribahasa yang merupakan kekayaan bahasa kita perlu kita pelihara baik-baik. Memang ada peribahasa yang sudah menghilang, yang tidak dijumpai lagi dalam percakapan sehari-hari, tetapi masih banyak pula yang tetap bertahan. ( Zakaria & Syofyan; 1984 : 7 ).
    Kalimat peribahasa bersifat tetap, tetapi kalimat artinya boleh berbeda-beda, namun tidak boleh mengubah inti maknanya. ( M. Syamsul Hidayat; 2004 : 2 ). Sebagai contoh peribahasa : Ada gula ada semut. Arti dari peribahasa ini bisa saja bermacam-macam,seperti:
    1. Dimana ada harta, maka banyak orang berdatangan 2. Ditempat yang ada rejeki pasti dikerumuni orang
    3. Orang yang kaya biasanya dikerumuni orang untuk ikut merasakan kekayaannya.
    Peribahasa mungkin saja dapat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan berdasarkan sudut pandang yang berbeda-beda. Peribahasa dapat dibagi dalam tiga jenis,yaitu: a.bidal / pepatah
    b.perumpamaan
    c.ungkapan ( S. Prawiroatmodjo; 1974 : 47 )
    5.2 Jenis-jenis Peribahasa

    5.2.1 Pepatah
    Pepatah adalah sejenis peribahasa yang mengandung nasehat atau ajaran yang berasal dari orang tua. ( Poerwadarminta; 1976 : 734 ). Pepatah ini sering digunakan oleh orang tua kita dalam interaksi social untuk memberikan nasehat dan pelajaran yang baik dalam menjalani kehidupan kita sehari-hari. Pepatah dari kata dasar patah; dimaksudkan untuk mematahkan kata atau bicara orang ( yang sombong dan sebagainya).
    Contoh pepatah beserta maknanya:
    Datang tampak muka, pergi tampak punggung
    ( Datang dengan baik, pergi pun harus dengan baik pula )

    5.2.2 Perumpamaan
    Perumpamaan adalah ibarat, amsal, persamaan ( perbandingan ), peribahasa yang berupa perbandingan. ( Poerwadarminta; 1976 : 1125 ). Jadi perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan yang sengaja kita anggap sama. Perbedaan utama antara pepatah dengan perumpamaan dapat kita lihat dengan jelas pada pemakaian secara eksplisit kata-kata :
    a)seperti
    b)sebagai
    c)laksana
    d)bak ; ibarat
    e)bagai ( kan )
    f)seumpama
    g)umpama Contoh perumpamaan beserta maknanya: Bagai pinang dibelah dua
    ( Dua orang yang wajahnya hampir sama / mirip )

    5.2.3 Ungkapan
    Ungkapan adalah gabungan kata yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna anggota-anggotanya. ( Moh. Syamsul Hidayat; 2004 : 2 ). Dalam kehidupan sehari-hari dan juga dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan W.J.S Poerwadarminta ada digunakan istilah arti kiasan. Nampaknya penggunaan istilah arti kiasan ini sebagai oposisi dari arti sebenarnya. Oleh karena itu, semua bentuk bahasa ( baik kata, frase, maupun kalimat ) yang tidak merujuk pada arti sebenarnya ( arti leksikal, arti konseptual, atau arti denotative ) disebut mempunyai arti kiasan, seperti : celaka tiga belas yang berarti celaka sekali.
    ( Poerwadarminta; 1976 : 1129 ).
    6. Metode Penelitian
    Dengan mempertimbangkan sifat dan tujuan dari penelitian di atas, maka dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Melalui metode ini akan diperoleh data yang objektif mengenai kemampuan mengungkapkan makna peribahasa siswa kelas VI SD Negeri Karuh Kecamatan Batumandi Kabupaten Balangan. Dari hasil tersebut diharapkan data yang telah terkumpul dapat diketahui kemampuan siswa dalam mengungkapkan makna peribahasa.

    Daftar Pustaka

    Badudu, J.S.1975.Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia.Bandung : Pustaka Prima.
    Chaer, Abdul.1990. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.
    Djajasudarman, Fatimah,DR.T.1993. Sematik 1 Pengantar Ke Arah Ilmu Makna. Bandung : PT Eresco.
    Hidayat, Moh. Syamsul.1994. Inti Sari Kata Bahasa Indonesia. Surabaya : Apollo.
    Hidayat, Moh. Syamsul.2004. Bunga Rampai Peribahasa & Pantun. Surabaya :Apollo.
    Pamuntjak, K.St ( et al ).1983. Peribahasa. Jakarta : Balai Pustaka.
    Tarigan, Henry Guntur.1985. Pengajaran Kosakata. Bandung : Ankasa.

  26. HAPSAH
    26/06/2010 pukul 9:29 am

    NAMA : HAPSAH
    NPM : 3060811476
    JUDUL :UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI KEGIATAN BERMAIN PERAN DI KELAS V PADA SDN BAANJANG 2 KECAMATAN BANJANG KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

    A.Latar Belakang Masalah
    Keterampilan berbicara diajarkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi secara individu maupun kelompok.Salah satu satu standart kompetensi yang harus dicapai dalam berbicara adalah mengunkapkan pikiran dan perasaan dengan bermain peran. Pernyataan tersebut mengacu pada aspek berbicara yang harus dikuasai siswa dalam pembelajaran yakni bermain peran.
    faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat keterampilan siswa dalam berbicara,yaitu faktor eksternal,diantaranya pengaruh penggunaan bahasa indonesia dilingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam proses komunikasi sehar-hari banyak keluarga banyak keluarga yang menggunakan bahasa ibu (bahasa daera) sebagai bahasa percakapan dilingkungan keluarga. Faktor internal pendekatan pembelajaran,metode,media,atau sumber pembelajaran yang digunakan oleh guru memiliki pegaruh yang cukup signifokan terhadap tingkat keterampilan berbicara bagi siswa Sekolah Dasr.
    Ur(1996)menyatakan bahwa ” jika seseorang menguasai suatu bahasa,secara intuitif ia mampu berbicara dalam bahasa tersebut.
    Dari uraian diatas,maki peneliti tertarik untuk meneliti Keterampilan Berbicara Melalui Kegiatan Bermain Peran Di Kelas V pada SDN Banjang 2 Kecamatan Banjang Kabupaten Hulu Sungai Utara.

    B. Rumusan Msalah
    Berdasarkan uraian diatas,maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti,yaitu bagaimana keterampilan berbicara siswa melalui kegiatan bermain peran pada aspek dialog,ekspresi,vokal,dan penghayatan?

    C. Tujuan Penelitian
    Menganalisis keterampilan siswa berbicara dalam kegiatanbermain peran pada aspek dialog,vokal,dan penghayatan.

    D. Manfaat penelitian
    1. Bagi siswa dapat membebaskan dari tekanan dan kejenuhan dalam pembelajaran denganbermain peran iswa akan tampak bermain-main.
    2,bagi peneliti sebagai upaya mengebangkan kemampuan profesional sebagai tenaga pendidik dalam pembelajaran bahasa.

    E. Kajian Pustaka.
    Keterampilan berbicara dalam mata pelajran bahasa indonesia di sekolah dasar saat ini dituangkan dalam tujuan pengajaran bahasa indonesia secara eksplesit dinyatakan dalam kurikulum.Berbicara adalah salah satu aspek keterampilan berbahsa.
    Aspek-aspek keterampilan bahasa lainnya adalah menyimak,membaca,dan menulis. Keempat aspek tersebut berkaitan erat, antara berbicara dengan menyimak,berbicara dengan menulis dan berbicara dengan membaca.Secara garis besar,tujuan utama pengajaran bahasa indonesia adalah agar anak-anak dapat berbahasa indonesia dengan baik. Itu berarti agar anak-anak mampu menyimak,berbicara,membaca, dan menulis dengan baik menggunakan media bahasa indonesia(Syamsuri,1987 dan Sadtono,1988).
    Merujuk pada uraian tersebut,keterampilan berbicara pada hakekatnya merupakan sebuah keahlian dalam mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk menceritakan,mangekspresikan,menyatakan,menyampaikan pikiran,gagasan, dan perasaan kepada orang lain.

    F. Metode Penelitian
    metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas yaitu mencantumkan tempat (dimana penelitian diadakan),waktu,mata pelajaran,kelas,dan karakteristik siswa (jumlah,usia,jenis kelamin,kemampuan)

    G. Daftar Pustaka
    Alwi,Hasan 2004.Tata bahasa Baku Bahasa Indonesia.Jakarta:Balai Pustaka.

    Arifi dan E.Zainal dan S.Amran Tasai. 2002. Cermat Berbahasa Indonesia.Jakarta:Akademika Presindo.

    Ur,P.1996.A CourseIn olanguage Teaching:Practice and Theory.Cambridge:Cambridge University Press

  27. HAPSAH
    26/06/2010 pukul 9:38 am

    Nama : Hapsah

  28. SRI AGUSTINA
    26/06/2010 pukul 10:27 am

    NAMA :SRI AGUSTINA
    NPM :3060811507
    JUDUL
    “KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR INTRINSIK CERPEN KELAS X SMA 1 AWAYAN KABUPATEN BALANGAN”

    A. LATAR BELAKANG MASALAH
    Sastra adalah bentuk karya seni yang menggunakan bahasa sebagai media penyampaiannya. Dengan menggunakan bahasa sastra dapat leluasa mengungkapkan atau mendeskripsikan nilai-nilai yang bermanfaat bagi penyempurnaan kehidupan manusia (Semi, 1998 : 12).
    Karya sastra hampir setiap zaman memegang peranan penting, karena sifatnya tidak normatif. Sastra lebih mudah berkomunikasi. Sastra mempunyai peranan penting karena sastra dapat mencerminkan kemajuan budaya di masyarakat pada masa tertentu. Oleh karena itu, sebagai masyarakat yang berbudaya masyarakat harus memanfaatkan sastra dengan sebaik-baiknya.
    Setiap sistem pendidikan perlu disertai usaha untuk menanamkan wawasan pemahaman budaya bagi setiap anak didik. Dalam usaha pembinaan dan pengembangan karya sastra akan besar manfaatnya bagi pembinaan nasional pada umumnya. Dpat ditegaskan bahwa dengan pengajaran sastra secara benar akan memberikan pemahaman yang baik terhadap karya sastra.
    Sebagaimana diketahui, setiap jejang pendidikan formal terdapat mata pelajaran Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, yang tidak hanya mempelajari ketatabahasaan tetapi juga kesusastraan. Ia merupakan pelajaran wajib pada semua tingkatan, baik di tingkat Sekolah Dasar (SD) sederajat, Sekolah Menengah Pertama (SMP) sederajat, Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat maupun di tingkat Perguruan Tinggi (PT).
    Di dalam karya sastra, khususnya karya sastra fiksi berbentuk prosa seperti cerpen memiliki unsur pembangunan intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik (dalam) meliputi : tema, latar, tokoh/penokohan, sudut pandang, amanat, serta gaya bahasa. Unsur ekstrinsik (luar) meliputi : nilai moral, nilai agama, nilai budaya, dan lain-lain.
    Penguasaan materi sastra tentang unsur pembangunan karya sastra, di kalangan sebagian pelajar masih dianggap sulit. Sebagaimana diketahui, bahwa pelajar merupakan generasi penerus kesusastraan yang baik, di samping sastra adalah tempat penyaluran bakat manusia yang terpelajar untuk mencari dan menemukan nilai-nilai yang bisa menuntun hidupnya di masyarakat. Salah satu bentuk karya sastra yang sering menjadi bahan ajar di sekolah adalah cerpen. Dari sebuah cerpen siswa dapat mengambil manfaat dan faedah dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Karena itulah, maka sangat berarti sekali peran seorang guru dalam memberikan pengajaran sastra agar para siswa memahami dan mengerti seluk beluk sebuah karya sastra.
    Menurut pengamatan penelitian, ketika melakukan observasi di SMA 1 Awayan Kabupaten Balangan, diperoleh informasi bahwa materi pembangunan karya sastra ini merupakan soal wajib atau selalu hadir di soal Ujian Nasional (UN). Bahkan kehadirannya lebih dari lima butir soal atau > 10% dari jumlah keseluruhan soal. Karena itu, peneliti merasa tertarik untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam menganalisis unsur karya sastra khususnya unsur intrinsik cerpen. Kemampuan siswa dapat diketahui setelah diadakan tes dan diberi penilaian.
    Menilai atau memberi penelitian adalah mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar siswa, tentang apa yang sudah dikuasai atau yang belum dikuasai siswa (Depdiknas, 2003 : 24).
    Berdasarkan uraian-uraian tersebut, peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan judul “KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR INTRINSIK CERPEN PADA SISWA KELAS X SMA 1 AWAYAN KABUPATEN BALANGAN”.
    B. MASALAH
    1. Identifikasi Masalah
    Mengingat masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah tentang Kemampuan Siswa Kelas x SMA 1 Awayan Kabupaten Balangan menganalisis unsur pembangunan karya sastra yang berasal dari dalam (intrinsik) antara lain sebagai berikut :
    a. tema
    b. tokoh dan perwatakan
    c. latar/setting
    d. sudut pandang yang digunakan pengarang
    2. Rumusan Masalah
    Sejalan dengan identifikasi, maka dianggap perlu untuk merumuskan permasalahan dalam penelitian ini. Adapun rumusan masalah itu sebagai berikut :
    a. bagaimana kemampuan menganalisis tema cerpen pada siswa kelas X SMA 1 Awayan Kabupaten Balangan?
    b. Bagaimana menganalisis tokoh/perwatakan cerpen pada siswa kelas X SMA 1 Awayan Kabupaten Balangan?
    c. Bagaimana kemampuan menganalisis latar/setting cerpen pada siswa kelas X SMA 1 Awayan Kabupaten Balangan?
    d. bagaimana kemampuan menganalisis sudut pandang/pusat pengisahan cerpen pada siswa kelas X SMA 1 Awayan Kabupaten Balangan?
    C. TUJUAN PENELITIAN
    Penelitian bertujuan untuk mengumpulkan data yang lengkap berkenaan dengan kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas X SMA 1 Awayan Kabupaten Balangan. Secara terperinci tujuan penelitian ini meliputi :
    Untuk mengetahui kemampuan menganalisis tema cerpen pada siswa kelas X SMA 1 Awayan Kabupaten Balangan.
    1. Untuk mengetahui tingkat kemampuan menganalisis tokoh/perwatakan cerpen pada siswa kelas X SMA 1 Awayan Kabupaten Balangan.
    2. Untuk mengetahui kemampuan menganalisis latar/setting cerpen pada siswa kelas X SMA 1 Awayan Kabupaten Balangan.
    3. Untuk mengetahui kemampuan menganalisis sudut pandang/sudut pengisahan cerpen pada siswa kelas X SMA 1 Awayan Kabupaten Balangan.
    C. MANFAAT PENELITIAN
    Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pengajaran bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, dan secara lebih khusus akan meningkatkan kemampuan siswa di sekolah dalam mengapresiasikan sastra, lebih rinci lagi manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
    1. Bagi peneliti supaya bermanfaat untuk pengembangan diri pribadi dan untuk mengembangkan profesi keguruan.
    2. Sebagai bahan studi ilmiah untuk peneliti berikutnya yang tertarik akan permasalah ini, tentunya secara lebih luas dan mendalam.
    D. KAJIAN PUSTAKA
    Pengertian Cerita Pendek :
    Nurgiyantoro dalam bukunya “Teori Pengkajian Fiksi” Mengartikan cerpen sebagai suatu cerita yang pendek, walaupun ukuran panjang pendeknya cerita itu tidak ada aturan bukunya. Hal itu juga dikatakan oleh Semi dalam bukunya “Anatomi Sastra” bahwa tidak ada batasan ukuran panjang ukuran fiksi atau jumlah halamannya. Hanya saja, cerpen Oleh Surana dalam bukunya”Pengantar Sastra Indonesia” bahwa penentuan panjang pendeknya cerpen memang sulit, dia memakai ukuran yang umum bahwa bisa selesai dibaca dalam waktu sepuluh sampai dua puluh menit. Jika ceritanya lebih panjang, bisa selesai dibaca dalam waktu setengah atau bahkan sampai dua jam.
    Pengertian Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen :
    Kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang berarti sanggup melakukan sesuatu, jadi kemampuan adalah kesanggupan (KBBI, 1991 : 623).
    Analisi adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya, menganalisis berarti melakukan penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (KBBI, 1995 : 21).
    Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra itu sendiri (Nurgiyanto, 2002 : 23)
    Cerpen adalah cerita yang panjangnya sekitar 5.000 atau kira-kira 17 halaman kuarto spasi rangkap yang terpusat dan lengkap pada dirinya sendiri (Notususanto, 1957 : 29 dan Tarigan, 1985 : 176).
    Dengan demikian kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen adalah kesanggupan melakukan penyelidikan untuk mengetahui unsur-unsur karya yang berasal dari dalam cerpen.
    E. METODE PENELITIAN
    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk membuat gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan hubunganantara fenomena-fenomena yang diteliti, yang terjadi pada masa kini dengan memuat perhitungan atau angka-angka. Melalui metode ini akan di deskripsikan tentang kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen, khususnya siswa kelas X SMA 1 Awayan Kabupaten Balangan.
    F. DAFTAR PUSTAKA
    Depdiknas. 2007. Ujian Nasional Paket 19 dan 52. Jakarta : Depdiknas
    KBBI Depdikbud. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.
    Nurgiyantoro, Burhan. 1994. Teori Pengkajian Fiksi. Jogyakarta : Gajah Mada University Press
    Semi, Atar. M. 1998. Anatomi Sastra. Padang : Angkasa Raya
    Tarigan, Hendry Guntur. 1985. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung : Angkasa

  29. Pauzi Rahman
    26/06/2010 pukul 11:11 am

    Judul

    Meningkatkan Kemampuan Untuk Memahami Unsur Intrinsik Cerpen Siswa Kelas VI MIS Istiqamah Kecamatan Haruyan Kabupatin Hulu Sungai Tengah

    1. Latar Belakang Masalah
    Karya sastra adalah sebuah hasil karya cipta manusia yang mengandung unsur keindahan dan perasaan serta suatu maksud dan tujun tertentu. Karya sastra merupakan media atau sarana bagi penciptanya untuk mengemukakan pendapat, pikiran, perasaan, nilai tradisi, budaya, serta norma. Penciptanya benar-benar dihayati dan dikerjakan dengn maksimal, mengingat karya sastra ini dibuat bukan untuk kita sendiri, tetapi juga untuk masyarakat yang menyukainya.
    Perpaduan antar unsur perasaan dan pikiran yang mendasari terbentuknya sebuah karya sastra mempunyai kemampuan lebih besar. Pada bagian ini keberadaan karya sastra tetap sebagai pengabdian perasaan-perasaan yang amat berguna dalam kehidupan.
    Bahasa yang digunakan diolah denagn baik dan bahasanya komunikatif oleh pengarang. Dengan karya sastra, pengarang dapat mengungkapkan suka duka kehidupan masyarakat yang bermanfaat bagi pembaca. Salah satunya adalah “Cerpen” . Dalam sebuah cerpen aspek masalah yang diceritakan sangat dibatasi. Dengan adanya pembatasan ini, maka masalah yang diceritakan akan tergambar lebih jelas dan mengesankan bagi pembacanya.

    Dalam penelitian ini yang akan dianalisis adalah cerpen. Cerpen adalah salah satu bentuk prosa bebas yang dibangun atas struktur yang ada seperti penokohan, alur, setting, gaya bahasa dan lain-lain
    Dengan demikian peneliti sangat tertarik untuk mengetahui kemampuan siswa kelas VI dalam memahami unsur intrinsik sebuah cerpen. Disini peneliti juga menentukan responden objek penelitian adalah siswa kelas VI MIS Istiqamah Haruyan.
    Mengingat pentingnya mengetahui unsur-unsur intrinsik dalam sebuah cerpen, maka peneliti menganggap perlu mengadakan penelitian yang diberi judul : “Meningkatkan Kemampuan Untuk Memahami Unsur Intrinsik Cerpen siswa kelas VI MIS Istiqamah kecamatan Haruyan Kabupaten Hulu Sungai Tengah ”

    2. Rumusan Masalah.
    Bertolak pada latar belakang yang telah diuraikan. maka dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini sebagai berikut : “Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Untuk Memahami Untuk Intrinsik Cerpen Siswa Kelas VI MIS Istiqamah Kecamatan Haruyan”.

    3. Tujuan Penelitian
    Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan kemampuan siswa kelas VI MIS Istiqamah untuk memahami unsur intrinsik seperti menentukan tema, penokohan, atau perwatakan, alur atau plot, pusat pengisahan, latar atau setting, dan amanat sebuah cerpen.
    4. Manfaat Penelitian
    Secara umum penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan kepada siswa tentang unsur-unsur yang terdapat di dalam sebuah karya sastra terutama cerpen, sekaligus melatih siswa dalam menentukan unsur intrinsik cerpen.
    5. Kajian Pustaka
    Struktur dalam atau disebut juga unsur intrinsip adalah unsur-unsur yang membentuk karya sastra tersebut seperti tema, penokohan atau perwatakan, alur atau plot, pusat pengisahan, latar atau setting, dan amanat.
    a. Tema
    Tema merupakan suatu gagasan atau ide sentral yang menjadi pangkal tolak penyusun karangan dan sekaligus menjadi sasaran karangan tersebut
    b. Penokohan
    Penokohan dan perwatakan merupakan salah satu hal yang kehadirannya dalam sebuah puisi amat penting. Tema cerita dapat diketahui dengan baik karena adanya penokohan dan perwatakan.
    Ada dua cara memperkenalkan tokoh dan perwatakan tokoh dalam fiksi, yaitu:
    1. Secara analitik yaitu pengarang langsung memaparkan tentang watak atau karakter tokoh, pengarang menyebutkan bahwa tokoh tersebut keras hati, keras kepala, penyayang dan sebagainya.
    2. Secara dramatik yaitu menggambarkan perwatakan yang tidak diceritakan langsung, tetapi disampaikan melalui: (1) pilihan nama; (2) melalui penggambaran fisik dan postur tubuh.
    c. Alur (Plot)
    Alur atau plot adalah sambung-sinambungnya peristiwa berdasarkan hukum sebab akibat
    d. Pusat pengisahan
    Pusat pengisahan adalah cara pengarang menempatkan dirinya terhadap cerita, dari sudut mana pengarang memandang ceritanya.
    e. Latar (Setting)
    Latar cerita adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi. Termasuk didalamnya adalah tempat atau ruang suasana sekeliling, dan waktu terjadinya cerita.
    f. Amanat
    Amanat adalah maksud yang terkandung dalam suatu cerita yang sangat erat hubungannya dengan tema cerita. Seorang pengarang dalam karyanya tidak sekedar ingin mengungkapkan gagasannya, tetapi mempunyai maksud tertentu yang ingin disampaikan kepada pembaca. Pesan tertentu tersebut disebut amanat.
    6. Metode Penelitian
    Dalam peelitian ini metode yang digunakan adalah metode diskriptif kuantitatif melalui metode ini akan didiskripsikan kemampuan siswa kelas VI MIS Istiqamah Haruyan dalam menentukan unsur intrinsik cerpen.

    7. Daftar Pustaka
    Arifin, E. Zainal. 2003. Dasar-Dasar Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta : PT. Grasindo.
    Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
    Arikunto. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Gramedia.
    Atmazaki.1990. Ilmu Sastra Teori dan Terapan. Padang : Angkasa Raya.
    Fajri, Em Zul & Ratu Aprilia Senja. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Difa Publisher.
    STKIP-PGRI Banjarmasin. 2008. Pedoman Penulisan Skripsi. Banjarmasin.
    Zaidan, Abdul Rozak dkk. 2004. Kamus Istilah Sastra. Jakarta : Balai Pustaka.

  30. Pauzi Rahman
    26/06/2010 pukul 11:35 am

    NAMA : Pauzi Rahman
    NPM :3060811499
    Judul
    Meningkatkan Kemampuan Untuk Memahami Unsur Intrinsik Cerpen Siswa Kelas VI MIS Istiqamah Kecamatan Haruyan Kabupatin Hulu Sungai Tengah
    1. Latar Belakang Masalah
    Karya sastra adalah sebuah hasil karya cipta manusia yang mengandung unsur keindahan dan perasaan serta suatu maksud dan tujun tertentu. Karya sastra merupakan media atau sarana bagi penciptanya untuk mengemukakan pendapat, pikiran, perasaan, nilai tradisi, budaya, serta norma. Penciptanya benar-benar dihayati dan dikerjakan dengn maksimal, mengingat karya sastra ini dibuat bukan untuk kita sendiri, tetapi juga untuk masyarakat yang menyukainya.
    Perpaduan antar unsur perasaan dan pikiran yang mendasari terbentuknya sebuah karya sastra mempunyai kemampuan lebih besar. Pada bagian ini keberadaan karya sastra tetap sebagai pengabdian perasaan-perasaan yang amat berguna dalam kehidupan.
    Bahasa yang digunakan diolah denagn baik dan bahasanya komunikatif oleh pengarang. Dengan karya sastra, pengarang dapat mengungkapkan suka duka kehidupan masyarakat yang bermanfaat bagi pembaca. Salah satunya adalah “Cerpen” . Dalam sebuah cerpen aspek masalah yang diceritakan sangat dibatasi. Dengan adanya pembatasan ini, maka masalah yang diceritakan akan tergambar lebih jelas dan mengesankan bagi pembacanya.
    Dalam penelitian ini yang akan dianalisis adalah cerpen. Cerpen adalah salah satu bentuk prosa bebas yang dibangun atas struktur yang ada seperti penokohan, alur, setting, gaya bahasa dan lain-lain
    Dengan demikian peneliti sangat tertarik untuk mengetahui kemampuan siswa kelas VI dalam memahami unsur intrinsik sebuah cerpen. Disini peneliti juga menentukan responden objek penelitian adalah siswa kelas VI MIS Istiqamah Haruyan.
    Mengingat pentingnya mengetahui unsur-unsur intrinsik dalam sebuah cerpen, maka peneliti menganggap perlu mengadakan penelitian yang diberi judul : “Meningkatkan Kemampuan Untuk Memahami Unsur Intrinsik Cerpen siswa kelas VI MIS Istiqamah kecamatan Haruyan Kabupaten Hulu Sungai Tengah ”
    2. Rumusan Masalah.
    Bertolak pada latar belakang yang telah diuraikan. maka dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini sebagai berikut : “Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Untuk Memahami Untuk Intrinsik Cerpen Siswa Kelas VI MIS Istiqamah Kecamatan Haruyan”.
    3. Tujuan Penelitian
    Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan kemampuan siswa kelas VI MIS Istiqamah untuk memahami unsur intrinsik seperti menentukan tema, penokohan, atau perwatakan, alur atau plot, pusat pengisahan, latar atau setting, dan amanat sebuah cerpen.
    4. Manfaat Penelitian
    Secara umum penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan kepada siswa tentang unsur-unsur yang terdapat di dalam sebuah karya sastra terutama cerpen, sekaligus melatih siswa dalam menentukan unsur intrinsik cerpen.
    5. Kajian Pustaka
    Struktur dalam atau disebut juga unsur intrinsip adalah unsur-unsur yang membentuk karya sastra tersebut seperti tema, penokohan atau perwatakan, alur atau plot, pusat pengisahan, latar atau setting, dan amanat.
    a. Tema
    Tema merupakan suatu gagasan atau ide sentral yang menjadi pangkal tolak penyusun karangan dan sekaligus menjadi sasaran karangan tersebut
    b. Penokohan
    Penokohan dan perwatakan merupakan salah satu hal yang kehadirannya dalam sebuah puisi amat penting. Tema cerita dapat diketahui dengan baik karena adanya penokohan dan perwatakan.
    Ada dua cara memperkenalkan tokoh dan perwatakan tokoh dalam fiksi, yaitu:
    1. Secara analitik yaitu pengarang langsung memaparkan tentang watak atau karakter tokoh, pengarang menyebutkan bahwa tokoh tersebut keras hati, keras kepala, penyayang dan sebagainya.
    2. Secara dramatik yaitu menggambarkan perwatakan yang tidak diceritakan langsung, tetapi disampaikan melalui: (1) pilihan nama; (2) melalui penggambaran fisik dan postur tubuh.
    c. Alur (Plot)
    Alur atau plot adalah sambung-sinambungnya peristiwa berdasarkan hukum sebab akibat
    d. Pusat pengisahan
    Pusat pengisahan adalah cara pengarang menempatkan dirinya terhadap cerita, dari sudut mana pengarang memandang ceritanya.
    e. Latar (Setting)
    Latar cerita adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi. Termasuk didalamnya adalah tempat atau ruang suasana sekeliling, dan waktu terjadinya cerita.
    f. Amanat
    Amanat adalah maksud yang terkandung dalam suatu cerita yang sangat erat hubungannya dengan tema cerita. Seorang pengarang dalam karyanya tidak sekedar ingin mengungkapkan gagasannya, tetapi mempunyai maksud tertentu yang ingin disampaikan kepada pembaca. Pesan tertentu tersebut disebut amanat.
    6. Metode Penelitian
    Dalam peelitian ini metode yang digunakan adalah metode diskriptif kuantitatif melalui metode ini akan didiskripsikan kemampuan siswa kelas VI MIS Istiqamah Haruyan dalam menentukan unsur intrinsik cerpen.
    7. Daftar Pustaka
    Arifin, E. Zainal. 2003. Dasar-Dasar Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta : PT. Grasindo.
    Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
    Arikunto. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Gramedia.
    Atmazaki.1990. Ilmu Sastra Teori dan Terapan. Padang : Angkasa Raya.
    Fajri, Em Zul & Ratu Aprilia Senja. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Difa Publisher.
    STKIP-PGRI Banjarmasin. 2008. Pedoman Penulisan Skripsi. Banjarmasin.
    Zaidan, Abdul Rozak dkk. 2004. Kamus Istilah Sastra. Jakarta : Balai Pustaka.

  31. 26/06/2010 pukul 12:34 pm

    PESAN-PESAN KEAGAMAAN PADA KUMPULAN CERPEN
    KALA CINTA MENGGUNCANG ARASY ILAHI
    KARYA TEUKU EDDY FAISAL RUSYDI

    PROPOSAL SKRIPSI

    OLEH
    PANSYAH
    NPM 306.08. 11.488

    SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
    PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
    (STKIP-PGRI) BANJARMASIN
    JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
    DAN DAERAH
    2010

    A. Judul

    PESAN-PESAN KEAGAMAAN PADA KUMPULAN CERPEN KALA CINTA MENGGUNCANG ARASY ILAHI KARYA TEUKU EDDY FAISAL RUSYDI

    B. Latar Belakang Masalah
    Buku merupakan jendela dunia, demikian pepatah mengatakan, membaca merupakan jalan untuk mendapat informasi dan pengetahuan serta berita yang ada dimuka bumi ini. Dengan membaca akan terbuka pengetahuan dan pandangan kita. Tidak dimungkiri pada saat ini alat komunikasi memang maju pesat, walaupun demikian tidak mungkin ditinggalkan kegiatan membaca.
    Buku-buku sastra pun demikian mempunyai makna dan nilai yang berharga untuk kehidupan manusia. Oleh karena itu, kita tidak perlu memilah-milah dalam membaca termasuk membaca karya sastra. Karya juga memiliki informasi dan pengetahuan yang patut kita baca hasilnya. Pengarang dalam menuliskan karyanya tentu mempunyai tujuan dan maksud yang ingin disampaikan kepada pembaca. Pengarang ingin menyampaikan sesuatu pesan atau amanat melalui jalan cerita dengan bahasa yang indah. Dengan membaca karya sastra kita merasa tergugah, sehingga tidak merasa terganggu dan yang lainnya akan mendapat suatu nilai tersendiri setelah membaca buku tersebut.
    Karya sastra yang dijadikan objek penelitian ini adalah karya sastra yang berbentuk cerpen. Cerpen merupakan salah satu genre sastra yang sangat mudah untuk dinikmati, dipahami, dan habis dibaca sekali duduk. Sebagai bentuk karangan fiksi, biasanya cerpen memuat pencenritaan yang berpusat kepada satu peristiwa pokok, sedangkan peristiwa pokok itu barang tentu tidak selalu “sendirian” artinya ada peristiwa lain yang sifatnya mendukung peristiwa pokok. Membaca sebuah cerpen berarti kita berusaha memahami manusia, bukan hanya sekedar ingin mengetahui bagaimana jalan ceritanya.
    Seperti halnya, dalam kompilasi cerita Kala Cinta Mengguncang Arasy Ilahi karya Teuku Eddy Faisal Rusydi, dimana ceritanya sangat aktualis dan sangat menggugah dan mengagumkan untuk dibaca. Karena lewat gaya bahasanya yang inovatif, alur cerita yang kreatif, yang mana telah menjadi karya besar sepanjang sejarah peradaban bangsa serta buah pikirannya sungguh mencerahkan, membangkitkan dan menyejukkan bagi setiap jiwa yang gersang dan hampa akan amanat atau pesan-pesan yang ada pada cerita tersebut. Juga yang sangat penting, kompilasi cerita ini merupakan cetakan 1, sehingga saya merasa tergugah untuk membacanya dan menganalisanya.
    Dalam cerita-cerita yang di tulis Teuku Eddy Faisal Rusydi yang terhimpun dalam kumpulan cerpennya yang berjudul Kala Cinta Mengguncang Arasy Ilahi . dimana nilai-nilai atau pesan-pesan keagamaan yang disampaikan sangat kuat diungkapkan penulis lewat gaya bahasa dan permasalahan-permasalahan sederhana yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Apakah itu meliputi dalam kehidupan yang menyangkut hubungan manusia dengan Khalik-Nya dan juga hubungan manusia dengan sesama manusia, yang dalam pelaksanaannya berkaitan dengan situasi dan kondisi tertentu. Yang mana inti dari cerita tersebut bertujuan untuk mencari dan menuju sebuah cinta sejati.
    Nilai atau pesan-pesan itu berfungsi untuk mengatur dan mengarahkan kita ke dalam kehidupan yang lebih baik dan bermakna. Di dalam karya sastra terkandung nilai atau pesan moral yang bermanfaat bagi masyarakat sebagai sarana pendidikan dan ilmu pengetahuan bagi pembaca melalui aspirasi diharapkan membentuk jiwa serta perasaan atau kelakuan ke arah pemikiran yang positif. Sastra suatu karya seni jelas merupakan hasil ciptaan seniman, karena itu keindahan yang terdapat di dalamnya merupakan daya cipta dan hasil kreasi sastrawan.
    Penulis kompilasi cerita Kala Cinta Mengguncang Arasy Ilahi merupakan seorang sastrawan muda, sebut saja namanya Teuku Eddy Faisal Rusydi, SHI.,M.Sc. lahir di Tingkeum Manyang, Biruen Aceh 25 Juni 1982. Ia berhasil meraih gelar Master di bidang Perdamaian dan Resolusi Konflik di Universitas Gajah Mada pada tahun 2008. Selain aktif dalam berbagai organisasi, i juga aktif menulis aapun karya-karya bukunya antara lain yang telah terbit Pengesahan Kawin Kontrak, Pandangan Sunni dan Syiah Immaniah, Psikologi Kebahagiaan, Polisi Ideal dan Perubahan Sosial di Indonesia dan beberapa opini yang telah diterbitkan media cetak lokal maupun nasional. Maka tidak salahnya jika saya sangat tergugah memilih kompilasi cerita karya penulis sastrawan muda berbakat asal Bireun Aceh tersebut sebagai sumber penelitian saya nantinya.
    Melelui karya sastra, pengarang ingin menyampaikan sesuatu yang berguna bagi pembaca, sesuatu itu bisa berwujud nilai, norma atau pesan-pesan yang dapat diterapkan sehari-hari.
    Berdasarkan paparan di atas, maka peeliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian dan menganalisis kompilasi cerita yang berjudul Kala Cinta Mengguncang Arasy Ilahi karya Teuku Eddy Faisal Rusydi dengan judul penelitian Pesan-Pesan Keagamaan Pada Kumpulan Cerpen Kala Cinta Mengguncang Arasy Ilahi Karya Teuku Eddy Faisal Rusydi.

    C. Rumusan Masalah
    Berdasarkan pembatasan dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan dari latar belakang tersebut, maka peneliti merumuskan pokok masalah sebagai berikut:
    1. Apa saja pesan-pesan keagamaan yang menyangkut hubungan manusia dengan Khalik-Nya dalam Kumpulan Cerpen Kala Cinta Mengguncang Arasy Ilahi Karya Teuku Eddy Faisal Rusydi ?
    2. Apa saja pesan-pesan keagamaan yang menyangkut hubungan manusia dengan sesama manusia dalam Kumpulan Cerpen Kala Cinta Mengguncang Arasy Ilahi Karya Teuku Eddy Faisal Rusydi ?

    D. Tujuan Penelitian
    Bertolak dari rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk :
    1. Mendiskripsikanpesan-pesan keagamaan yang menyangkut hubungan manusia dengan Khalik-Nya dalam Kumpulan Cerpen Kala Cinta Mengguncang Arasy Ilahi Karya Teuku Eddy Faisal Rusydi.
    2. Mendiskripsikanpesan-pesan keagamaan yang menyangkut hubungan manusia dengan sesama manusia dalam Kumpulan Cerpen Kala Cinta Mengguncang Arasy Ilahi Karya Teuku Eddy Faisal Rusydi.

    E. Kegunaan Penelitian
    Hasil penelitian ini diharapakan mampu memberikan manfaat sebagai bahan dalam meningkatkan apresiasi sastra, menumbuhkembangkan kecintaan terhadap karya sastra khususnya cerpen. Adapun manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut, yaitu :
    1. Bagi peneliti , mendapat ilmu pengetahuan tentang pesan-pesan keagamaan dalam kumpulan cerpen tersebut.
    2. Bagi pembaca, dapat mengetahui pesan-pesan keagamaan apa saja yang terdapat di dalam Kumpulan Cerpen Kala Cinta Mengguncang Arasy Ilahi Karya Teuku Eddy Faisal Rusydi, dengan harapan agar pembaca mengambil hikmah yang ada dari cerita tersebut.
    3. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan dalam pengajaran sastra dan sebagai bahan acuan untuk penelitian berikutnya mengenai kajian nilai-nilai atau pesan-pesan yang ada pada cerpen.

    F. LANDASAN TEORI
    1. Pengertian Cerpen
    Sesingkat atau sependek apa pun, dalam sebuah cerpen pasti ada cerita, cukup banyak batasan, definisi dan pengertian cerpen yang dikemukakan para pakar sastrawan, sampai sekarang definisi cerpen masih sering diperbincangkan dan diperdebatkan.
    Cerpen sekarang ini lebih dikenal dengan singkatan cerpen saja. Menurut Hoerip dalam Semi, (1988 : 34), cerita pendek adalah karakter yang “dijbarkan” lewat rentetan kejadian daripada kejadian-kejadian itu sendiri satu persatu. Dengan karyanya itu maka sastrawan memperkokoh atau mengguncang-guncang atau mengobrak-abrik atau pun mempertajam mengolah atau membiasakan diri (kembali) segala sesuatu yang dihamparan semesta ini. Seringkali di dalamnya sastrawan mengajukan “konsepsi”-nya, “falsafah”-nya, atau “tatanan nilai”-nya yang merupakan pergumulan marathon sastrawan dengan kebenaran. Akan tetapi ada kalanya suatu karya sastra, termasuk cerpen yang tidak “berbuat” demikian. Namun, hal itu tidak selalu menyusutkan kadar kesusastraan.
    Dari apa yang dikemukakan di atas, peneliti berkesimpulan bahwa cerpen merupakan bentuk prosa tentang kehidupan yang terkonsentrasi pada suatu kejdian dan juga membaca sebuah cerpen berarti kita berusaha memahami manusia, bukan sekedar ingin mengetahui bagaimana jalan ceritanya.

    2. Pengertian Pesan
    Pesan adalah amanat yang disampaikan lewat orang lain, perintah, nasehat yang tidak langsung melalui perantara, perkataan yang terakhir dari orang yang hendak meninggal wasiat atau pesanan (Poerwadarmita,2007 : 823). Jadi dapat disimpulkan bahwa pesan-pesan merupakan sebuah suruhan, perintah, nasehat, permintaan, dan amanat yang harus dilakukan serta disampaikan kepada orang lain.
    Di dalam isi pesan biasanya ada nilai yng terkandung antara lain : nilai moral, nilai keagamaan, nilai kebenaran dan lain-lain. Isi pesan dapat digunakan dengan baik dan benar apabila sesuai dengan karakter kehidupan kita sehari-hari dan juga sebaliknya tidak berguna pesan tersebut apabila kita gunakan pada hal-hal negatif atau di luar ajaran agama.

    3. Agama dan Keagamaan
    Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia. Agama adalah segenp kepercayaan (kepada Tuhan, Dewa, dan sebagainya) serta ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang berkaitan dengan kepercayaan itu. Sedangkan keagamaan ialah sifat-sifat yang terdapat dalam agama atau segala sesuatu yang mengenai agama (Poewadarminta,2007:10-11).
    Agama merupakan kunci sejarah. Agamalah yang merupakan ambang pintu bagi segenap kesustraan agung dunia. Dorongan agama dapat dilihat pada semua pekerjaan yang mencuba mengatakan persepsi manusia atas penciptaan dimana dia sebagaimana daripadanya tujuan dalam penciptaan itu, dan sikapnya terhadap penciptaan itu. Agama juga bertindak sebagai faktor yang kreatif dan dinamis, perangsang yang memberi makna kehidupan, mempertahankan masyarakat dalam pola-pola kemasyarakatan yang telah tetap, tetapi sekaligus memimpin umat manusia di tengah-tengah kehidupannya, dan merenungkan harapan akan masa depan yang dihadapi.
    Agama Islam adalah agama Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya, sejak nabi Adam sampai Nabi Muhamad saw. Itulah yang tetap berlaku hingga selamanya dan untuk masa-masa selanjutnya. Maka dari itu ajaran agama Islam berintikan kepada:
    1. Ajaran yang mengatur manusia dengan Tuhan.
    2. Ajaran yang mengatur manusia dengan sesamanya dan hubungannya dengan alam atau makhluk, yang dalam pelaksanaannya juga berkaitan dengan situasi (keadaan tertentu).
    Dalam rumusan masalah tadi telah disebutkan bahwa peneliti akan membahas menyangkut kehidupan yang menyangkut hubungan dengan manusia dengan Khalik-nya dan hubungan manusia dengan sesama manusia.
    Akhlak termasuk dalam kajian ruang lingkup ajaran Islam yang meliputi segi-segi fundamental tentang berbagai aspek kehidupan manusia berupa hukum dan norma, untuk mengantarkannya ke pintu gerbang kebahagiaan dunia dan akhirat. Kata akhlak atau khuluq secara kebahasaan berarti budi pekerti, adat kebiasaan, perangai atau segala sesuatu yang sudah menjadi tabiat (kelakuan atau watak dasar) . akhlak di dan alam kehidupan sehari-hari dan di dalam ruang lingkup akhlak Islami yang sama dengan ruang lingkup ajaran Islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan atau berinteraksi dan komunikasi. Maka, ruang lingkup akhlak tersebut mencakup berbagai aspek, yaitu dimulai dari akhlak terhadap Allah (Khalik) hingga akhlak terhadap sesama manusia atau makhluk .

    1. Akhlak terhadap Allah (Khalik), dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai mkhluk terhadap Allah swt. sang pencipta manusia. Tujuan akhlak disini yang sangat pokok adalah adanya imam (percaya/yakin tentang keesaan Allah swt. serta mengakui kerasulan Nabi Muhammad saw. Dan Islam (syariah atau ajaran-ajaran Islam yang berhubungan dengan tata cara beribadah kepada Allah swt, dan ihsan (akhlak dalam perumpamaan ketika kita beribadah kepada Allah swt. seolah-olah kita melihat-Nya)

    2. Akhlak terhadap sesama manusia
    Akhlak terhadap sesama manusia dibagi menjadi :
    1. Akhlak terhadap diri sendiri, setiap manusia memiliki tiga potensi rohani, yaitu akal (pikiran) , jiwa (nafs), dan ruh. Ketiga potensi tersebut bila dikembangkan dapat membentuk akhlak yang baik dan akhlak yang tercela . adapun yang termasuk akhlak sesorang terhadap dirinya sendiri mencakup : sabar, tawakal, rida, dan syukur.
    2. Akhlak terhadap orang tua, ajaran Islam sangat menghurmati dan memuliakan kedudukan orang tua, bahkan kataatan terhadapnya menduduki peringkat kedua setelah taat kepada Allah, karena orang tualah yang menjadi sebab lahirnya seorang anak. Bentuk-bentuk berbakti kepada orang tua antara lain menyayangi dan mencintainya, bertutur kata dengan sopan santun dan lemah lembut dan lain sebagainya, berbuat bakti kepada orang tua tidak hanya terbatas ketika dia masih hidup tetapi terus berlangsung walaupun mereka telah meninggal dunia dengan cara mendoakan dan meminta ampun untuk mereka.
    3. Akhlak terhadap keluarga, sangat erat kaitannya dengan akhlak terhadap orang tua. Akhlak dalam lingkungan keluarga adalah menciptakan dan mengembangkan rasa kasih sayang antaranggota keluarga yang diungkapkan dalam bentuk komunikasi, baik dalam bentuk perhatian, kata-kata, isyarat ataupun perilaku. Dari komunikasi inilh, aka lahir saling keterkaitan batin, keakraban, dan keterbukaan di antara keluarga serta dapat menghapuskan kesenjangan antara mereka.
    4. Akhlak terhadap orang lain atau masyarakat, Islam mendorong manusia untuk berinteraksi sosial di tengah manusia lainnya. Dorongan tersebut, baik secara tersurat maupun tersirat terhadap dalam Al-Quran dan Sunnah bahkan tampak pula secara simbolik dalam berbagai ibadah ritual Islam. Antara lain : jika bertemu sesama muslim harus mengucapkan salam (Q.S. An-Nur 24 :58 ). Berkata harus jujur dan benar (Q.S. Al-Ahzab 33 :70) Dan lain sebagainya .

    Oleh sebab itu, agama merupakan dorongan penciptaan sastra, sebagai
    sumber ilhm dan sekaligus pula sering membuat sastra atau karya sastra bermuara kepada agama.

    G. METODE PENELITIAN
    1. Pendekatan Penelitian
    Pendekatan yang digunakan dalam penelitian pesan-pesan keagamaan pada Kumpulan Cerpen Kala Cinta Mengguncang Arasy Ilahi Karya Teuku Eddy Faisal Rusydi adalah pendekatan moral, karena bertolak dari dasar pemikiran bahwa suatu karya sastra dianggap sebagai suatu medium yang paling efektif , membina moral, dan kepribadian suatu kelompok masyarakat. Oleh karena itu, sasarannya hanya berkisar pada isi karya sastra, dan cenderung merumuskan mengenai nilai, norma serta pesan dalam keagamaan.

    2. Metode yang Digunakan
    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis isi ( content analisis). Metode analisis adalah penelitian yang digunakan aoabila si peneliti hendak mengungkap, memahami, menangkap, pesan karya sastra (Endraswara,2008:160). Pada dasarnya, analisis konten dalam bidang sastra tergolong upaya pemahaman kaya dari aspek ekstrinsik. Isi dalam analisis isi ( content analisis) terdir atas dua macam, yaitu : laten dan isi komuniksi. Isi laten adalah isi yang terkandung dalam dokumen dan naskah, dan sebagainya dimaksudkan oleh penulis sedangkan isi komunikasi adalah pesan yang terkandung sebagai akibat komunikasi yang terjadi dan sebagai mana terwujud dalam hubungan naskah dengan kunsumen. (Ratna, 2006:48). Jadi, dasar utama pelaksanaan metode analisis isi adalah penafsiran, akan tetapi penafsiran yang ada pada metode ini hanya terfokus pada isi pesan.

    3. Variabel Penelitian dan Operasionalnya

    Variabel Sub Variabel Indikator
    Pesan-pesan keagamaan
    1. Hubungan manusia dengan Khalik-Nya (hablum minallah)

    Akhlak terhadap Allah (Khalik)
    2. Hubungan manusia dengan sesame manusia (hablum minannas)
    1. Akhlak terhadap diri sendiri
    2. Akhlak terhadap orang tua
    3. Akhlak terhadap keluarga
    4. Akhlak terhadap orang lain atau masyarakat

    4. Jenis dan Sumber Data
    Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah naskah cerpen. Ada pun sumber data yang dijadikan sebagai objek penelitian ini adalah cerpen-cerpen Kala Cinta Mengguncang Arasy Ilahi karya Teuku Eddy Faisal Rusydi. Cerpen tersebut dijadikan objek penelitian adalah sebagai berikut:
    1. Cinta diambang batas
    2. Pesona cinta di senja hari
    3. Samudera cinta tuhan
    4. Cinta dan air mata
    5. Cinta berkalung duka
    6. Cinta ilahi dua sejoli
    7. Cintailah aku
    8. Kala cinta dipertaruhkan

    5. Teknik Penelitian
    a. Teknik Pengumpulan Data
    Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi teks, yaitu mengumpulkan data-data yang diambil dalam kumpulan cerpen Kala Cinta Mengguncang Arasy Ilahi karya Teuku Eddy Faisal Rusydi . langkah kerja pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
    1. Membaca cerpen yang akan diteliti.
    2. Menganalisis pesan-pesan keagamaan yang terdapat dalam cerpen-cerpen tersebut.
    3. Mendeskripsikan hasil penelitian sesuai data-data yang diperoleh.

    b. Teknik Analisis Data
    Setelah data terkumpul, kegiatan selanjutnya adalah melakukan analisis data, maka teknik yang digunakan dalam analisis data yaitu teknik deskriptif interpretatife, yaitu peneliti memaparkan data secara kesuluruhan terlebih dahulu, menginterpretasinya. Untuk menganalisis data dilakukan tahapan sebagai berikut :
    1. Persiapan
    Pada tahap persiapan peneliti melakukan kegiatan :
    a. Kepustakaan
    Membaca buku–buku yang ada kaitannya dengan penelitian untuk mendapatkan informasi yang sifatnya teoritis.
    b. Melakukan bahan penelitian dokomentasi dan bahan pustaka yang releven dengan objek penelitian yang dipermasalahkan dalam penelitian.
    c. Menyusun rencana penelitian
    Tahap rencana penelitian ini diharapkan dapat terlaksana, terarah, dan teratur, penyusunan disesuaikan dengan bahan pustaka dan dokumentasi yang telah dikumpulkan .

    2. Pelaksanaan dalam Telaah Buku
    Pada tahap pelaksanaan peneliti melaksanakan :
    a. Pengolahan dan pendeskripsian atas data tentang pesan-pesan keagamaan dalam kumpulan cerpen Kala Cinta Mengguncang Arasy Ilahi karya Teuku Eddy Faisal Rusydi.
    b. Melaksanakan pengolahan dan pendeskripsian atas data-data yang menyangkut pesan keagamaan yang berhubungan dengan akhlak kepada Allah, Akhlak terhadap diri sendiri , Akhlak terhadap orang tua , Akhlak terhadap keluarga, Akhlak terhadap orang lain atau masyarakat.
    c. Menganalisis dari masing-masing unsur dengan mendeskripsikan sesuai dengan data yang dikumpulkan .
    d. Melakukan penyimpulan .

    3. Penyelesaian dalam Telaah Buku
    Pada tahap akhir kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
    a. Melakukan penulisan naskah laporan penelitian.
    b. Melakukan perbaikan atas naskah laporan penelitian.
    c. Melakukan penggandaan atas naskah penelitian.

    6. Jadwal Waktu Penelitian
    Penelitian ini dijadwalkan berlangsung 4 bulan yakni sejak bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2010 dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
    Jadwal kegiatan ini menggunakan beberapa tahapan yaitu :

    NO KEGIATAN BULAN
    MARET
    2010 APRIL
    2010 MEI
    2010 JUNI
    2010
    1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
    1 Penyusunan
    Proposal

    3 Pengumpulan
    Data

    4 Analisis data

    5 Penulisan data

    6 Penyuntingan

    H. Daftar Pustaka

    Zaidan, Abdul Rozak dkk . 2004 . Kamus Istilah Sastra . Jakarta : Balai Pustaka
    Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta : Media Pressindo
    Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta : PT. Grasindo
    Ratna, Nyoman Kutha.2006. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar .
    Purwadarminta,W.J.S.2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
    Rusyid, Teuku Eddy Faisal.2008. Kala Cinta Mengguncang Arasy Illahi. Yogyakarta : Quill Book Publisner.
    Semi, M. Atar. 1988. Anatomi sastra. Padang : Angkasa Raya
    Semi, M. Atar. 1993. Kritik Sastra. Bandung : Angkasa Raya
    STKIP – PGRI.Banjarmasin.2009. Pedoman Penulisan Skripsi. Cetakan 3. Jogjakarta : LKiS
    Tarigan,Henry Guntur.1985. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung : Angkasa
    Yusuf, Ali Anwan. 2003. Studi Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi. Bandung : CV Pustaka Setia.

  32. NORLIATI
    26/06/2010 pukul 2:40 pm

    NAMA : NORLIATI
    NPM : 3060811486
    JUDUL : MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN
    TEKNIK AKROSTIK SISWA KELAS V SD NEGERI JUAI
    KABUPATEN BALANGAN

    A. LATAR BELAKANG
    Keberhasilan proses belajar mengajar tidak hanya ditentutakan oleh kemampuan guru dalam mengelola kelasnya saja, akan tetapi banyak faktor yang mendukung terhadap keberhasilan dalam kegiatan belajar adalah kemampuan menerapkan teknik yang tepat yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
    Dari hasil penelitian pendahuluan atau pratindakan diketahui bahwa kelas v SD Negeri Juai Kabupaten Balangan mengalami kesulitan dalam pembelajaran menulis puisi, mereka kurang mampu dalam memilih kata-kata kemudian merangkainya menjadi sebuah puisi.
    Selain itu,para siswa juga kurang bergairah dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi. Salah satu penyebabnya adalah karena mereka tidak mampu mengembangkan kata-kata menjadi sebuah kalimat kemudian memadukannya menjadi sebuah puisi.
    Penelitian tindakan kelas ini, pada pembelajaran menulis puisi dengan teknik akrostik perlu diperkenalkan pada siswa agar mereka terlatih dalam menulis puisi. Siswa dan siswi SD Negeri Juai Kabupaten Balangan perlu memperoleh pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan.

    B. RUMUSAN MASALAH
    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka pokok masalah yang akan ditelaah dalam penelitian ini adalah Apakah penggunaan teknik akrostik dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas V SD Negeri Juai Kabupaten Balangan.

    C. TUJUAN PENELITIAN
    1. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Juai Kabupaten Balangan.
    2. Mengetahui deskripsi aktivitas siswa kelas V SD Negeri Juai Kabupaten Balangan.
    3. Mengetahui aktivitas siswa kelas V SD Negeri Juai Kabupaten Balangan.

    D. MANFAAT PENELITIAN
    Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan atau pengalaman bagi kita semua. Adapun manfaat lain diantaranya:
    a. Bagi Guru
    Dapat memberikan wawasan pengetahuan dalam menggunakan teknik pembelajaran untuk pelaksanaan proses belajar mengajar.
    b. Bagi Siswa
    Dapat meningkatkan hasil belajar khususnya pada konsep menulis puisi.
    c. Bagi Sekolah
    Dapat memberikan kontribusi terhadap perbaikan pembelajaran.

    E. KAJIAN PUSTAKA
    a. Pengertian Belajar, Menulis dan Teknik Akrostik

    Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku melalui pendidikan atau lebih khusus melalui prosedur latihan. Menulis adalah sebuah proses kreatif meningkatkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis untuk tujuan, misalnya memberitahu, meyakinkan atau menghibur pembaca.

    Teknik Akrostik berasal dari Prancis Acrostiche dan Yunani Akrotichis yang artinya semua sajak yang huruf awal baris-barisnya menyusun sebuah atau beberapa kata (www.sejutapuisi.blogspot.com). Di dalam puisi akrostik menggunakan huruf dalam sebuah kata untuk memulai tiap-tiap baris dalam puisi, semua baris dalam puisi menceritakan atau mendeskripsikan topik kata yang penting. Puisi akrostik berbeda dengan puisi-puisi karena huruf-huruf pertama tiap baris mengeja sebuah kata yang dapat dibaca secara vertikel. Pula rima dan jumlah angka baris dapat bervariasi dalam puisi akrostik karena puisi akrostik lebih dari puisi deskriptif yang mana menjelaskan kata-kata yang dibentuk. Dari penjelasan mengenai puisi akrostik di atas, siswa akan lebih mudah menyusun kata-kata karena sudah ada rangsangan akrostik ini merupakan salah satu kegiatan menulis puisi yang paling sukses untuk menulis pemula, berikut ini tentang penulisan puisi dengan teknik akrostik:

    a. Menulis puisi akrostik sangat mudah dan menyenangkan
    b. Huruf-huruf kapital selalu dimulai pada tiap-tipa baris baru
    c. Membaca dan kembali membaca membantu menemukan kata yang baik
    d. Kalimat tidaklah terlalu penting
    e. Masalah kurangnya pemahaman kita dalam perbendaharaan kata, kita dapat melihat kamus

    Dalam menulis puisi akrostik ini, perbendaharaan kata masing-masing berbeda. Pengalaman dalam membaca puisi sangat mempengaruhi hasil penulisan puisi. Semakin banyak dalam membaca puisi, maka semakin banyak pola kata-katayang akan dipilihnya dan dikembangkan dalam puisinya sehingga hasil karya puisinya pun mempunyai nilai estetik yang semakin tinggi pula.

    b. Langkah-langkah Teknik Akrosrtik:
    a. Memilih salah satu kata populer, bisa nama diri, bisa pepatah, ungkapan dan lain-lain.
    b. Menuliskan kata tersebut vertikal dari atas ke bawah.
    c. Merangkai kalimat dalam untaian larik dari masing-masing huruf.

    c. Contoh puisi yang ditulis dengan teknik akrostik

    KERINDUAN HATIKU

    Kukenang engkaau dihatiku
    Entah kenapa hati ini sangat sedih
    Rinduku padamu tak terhingga
    Ingin rasanya aku bertemu denganmu
    Namun aku tak rela kau pergi dariku
    Dunia terasa senyap tak berbintang lagi
    Untuk semua masa yang pernah kita lewati
    Andaikan aku bisa bertemu denganmu
    Nanti kita bisa bersama lagi
    Hatiku menangis perih tertusuk duri
    Aku di sini sangat merindukanmu
    Tak ada yang kuasa menolak kedatanganmu
    Ingatkah engkau kepadaku
    Ku hanya ingin kaun tahu
    Untuk masa yang lebih indah
    (Diposkan oleh Zugi Arta Let n Indonesia di 19:30 label:B Indonesia)

    F. Metode Penelitian
    Metode Penelitian Tindakan Kelas yakni metode deskriptif kualitatif dan observasi secara langsung kegiatan pembelajaran menulis puisi dengan teknik akrostik pada siswa kelas V SD Negeri Juai Kabupaten Balangan.

    G. DAFTAR PUSTAKA
    Arikunto, Suharsimi dkk. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
    Bedjo, 2008. Penelitian Tindakan Kelas (Diklat). Banjarmasin: FKIP UNLAM.
    Depdiknas. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
    Ibrahim, M, dan Nur, M. 2000. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya:
    Unesaniversity, Prees.
    Mardalis. 2007. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakartra: Bumi
    Aksara.
    Wardani, dkk. 2007. Teknik Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Universitas Terbuka.
    Wahyu, 2009. Pedoman penulisan Karya Ilmiah. Banjarmasin: FKIP UNLAM.
    Yusransyah, M. 2009. Kategoria Bahasa Indonesia Pokok-Pokok Pikiran Tata
    Bahasa Baku Indonesia. Banjarmasin: Grafika Wangi Kalimantan

  33. SYARMIAH
    29/06/2010 pukul 8:17 am

    NAMA : SYARMIAH
    NPM : 3060811510
    JURUSAN : PBSID TRANSFER
    Judul:Meningkatkan minat baca siswa kelas VI terhadap cerpen pada SDN Badalungga Hilir Kecamatan Awayan Kabupaten Balangan

    1. Latar Belakang Masalah
    Selama ini pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kelas VI SDN Badalungga Hilir
    Pada materi cerpen menggunakan metode ceramah dan lebih focus pada guru.Sehingga pemahaman dan motivasi siswa kurang.Hal ini ditunjukan pada hasil belajar membaca cerpen belum optimal dengan ketuntasan belajar siswa hanya mencapai 65% .Oleh karena itu proses belajar mengajar perlu di perbaiki.
    Konsep membaca cerpen bukan materi yang sulit,tetapi menjadi tidak mudah
    apabila ketika diberikan secara langsung kepada siswa dengan menggunakan penyampaian secara konseptual saja atau dengan menggunakan metode ceramah.Siswa dianggap berhasil oleh guru,bilamana mereka telah menguasai isi buku yang disampaikan guru,tanpa memikirkan seberapa jauh mereka dapat memahami isi buku tersebut.Pola pembelajaran seperti ini sudah tidak sesuai lagi,dengan kondisi pembelajaran di Sekolah Dasar pada saat ini,mengingat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tidak hanya menuntut para siswa memperoleh konsep sastra(cerpen) saja, tapi juga kemampuan yang dapat dilakukan peserta didik yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan perilaku.
    Salah satu pembelajaran yang ditekankan dalam KTSP tersebut adalah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kooperatif(skrip kooperatif).
    Penggunaan pendekatan kooperatif(skrip kooperatif) berarti pembelajaran yang melibatkan siswa dalam suatu proses belajar mengajar.Siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan,bagian-bagian dari materi yang dipelajari.(Dansereu Cs, 1985).
    Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang “Meningkatkan Minat Baca Siswa Kelas VI Terhadap cerpen Pada SDN Badalungga Hilir Kecamatan Awayan Kabupaten Balangan”.

    2. Rumusan Masalah
    Sehubungan latar belakang di atas dapat di rumuskan permasalahan yang akan di teliti yaitu:
    a.Bagaimanakah meningkatkan minat baca siswa Kelas VI SDN Badalungga
    Hilir terhadap cerpen dengan menggunakan pendekatan kooperatif?
    b.Bagaimanakah meningkatkan aktifitas siswa Kelas VI SDN Badalungga Hilir
    pada konsep membaca cerpen dengan menggunakan pendekatan kooperatif?

    3. Tujuan Penelitian
    Adapun tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
    1. Minat baca siswa kelas VI SDN Badalungga Hilir terhadap cerpen dengan menggunakan pendekatan kooperatif.
    2. Aktifitas siswa kelas VI SDN Badalungga Hilir pada pembacaan cerpen dengan menggunakan pendekatan kooperatif.

    4. Manfaat penelitian

    Dari penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
    1.Sebagai bahan bagi pengajar Kelas VI Sekolah Dasar tentang meningkatkan
    minat baca siswa terhadap cerpen sekaligus untuk meningkatkan prestasi
    baca siswa.
    2.Untuk membantu siswa dalam memahami tentang cerpen.
    3.Hasil ini dijadikan sebagai acuan untuk meneliti tingkat minat baca siswa
    Terhadap cerpen.
    5. Kajian Pustaka
    1.Kerangka Teori

    a.Pengertian Cerpen
    Cerpen atau cerita pendek adalah karangan fiktif yang berisi sebagian kehidupan seseorang atau manusia yang diceritakan secara ringkas.
    Cerpen merupakan salah satu bentuk karya sastra.Setiap karya sastra pasti mempunyai unsur-unsur yang membentuknya.Unsur tersebut antara lain: tema,latar atau setting,tokoh dan penokohan,alur,serta sudut pandang.

    .
    Berdasarkan pengamatan dalam proses pembelajaran sastra tentang cerpen
    Penyampaian konsep sastra masih menekankan pada konsep yang ada dalam buku dan siswa
    Dijadikan pendengar.pola pembejaan seperti ini sudah tidak sesuai lagi dan tidak merrangsang pola berpikir anak. Salah satu pembelajaran yang ditekankan dalam KTSP adalah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kooperataif.
    b. pendekatan kooperatif(skrip kooperatif)
    pendekatan kooperatif merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berusaha meliba.kan siswa melalui bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan,bagian-bagian dari materi yang dipelajari (Dansereau Cs, 1985)
    6.Metode Penelitian
    1.Pendekatan dan jenis penelitian
    Adapun pendekakatan yang dilakukan adalah dengan menggunakan pendekatan kooperatif dan jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas(PTK)
    2.Setting/Lokasi Penelitian
    Subjek penelitian pada tindakan kelas adalah seluruh siswa kelas VI SDN Badalungga Hilir Kecamatan Awayan Kabupaten Balangan.dengan jumlah siswa laki-laki 8 orang dan 7 orang siswa perempuan,jumlah seluruhnya sebanyak 15 orang.Mata pelajaran yang dijadikan sebagai bahan penelitian adalah Bahasa dan Sastra Indonesia dengan konsep membaca cerpen.Dengan dasar penelitian meningkatkan minat baca dengan menerapkan pendekatan kooperatif.
    3.Faktor-faktor yang Diteliti
    Faktor yang diteliti dalam penelitian tindakan kelas ini adalah kemampuan siswa dalam penguasaan materi tentang membaca cerpen dengan menggunakan pendekatan kooperatif.

    DAFTAR PUSTAKA
    Arrikunto,2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
    Renika cipta .jakarta.
    Densereau Cs, 1985. Pendekatan dan model pembelajaran
    Bambang Sugiarto.2004.Bahasa dan Sastra Indonesia kelas VI SD. Cempaka Putih.

  34. NURLINDA SARI
    04/07/2010 pukul 5:54 am

    MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENULIS PUISI DENGAN METODE DESKRIPSI DIKELAS VII MTsN 1 PANDAWAN
    KECAMATAN PANDAWANKABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

    A. LATAR BELAKANG
    Pembelajaran sastra disekolah- sekolah sering kali tidak maksimal sehingga tujuan pembelajarannya tidak tercapai dengan baik. Hal ini disebabkan oleh berbagai factor, salah satunya yang sangat berpengaruh adalah metode pengajaran atau cara pengajaran yang digunakan pengajar.
    Guru selaku pengajar sering tidak jarang keliru dalam memilih metode pengajaran. Sebenarnya ada banyak metode yang dapat dipilih dalam pembelajaran sastra. Metode deskripsi adalah salah satu alternatife yang dapat dipilih dalam pengajaran sastra,
    misalnya untuk mengajarkan kepada siswa tentang penulisan prosa dan puisi.Tidak semua anak bisa dengan menulis puisi dengan baik. Hal ini tentunya menjadi tantangan buat pengajar untuk menjadikan siswa-siswanya mampu menulis puisi dengan baik yang layak dikonsumsi oleh pembaca disemua kalangan.
    Dimana hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian. Apakah dengan menggunakan metode deskripsi dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas VII diMTsn Pandawan kecamatan Pandawan kabupaten Hulu Sugai Tengah.
    B. RUMUSAN MASALAH
    1. Bagaaimana cara meningakatkan kemampuan siswa membuat dengan metode dikelas VII MTsn 1 Pandawan kecamatan Pandawan kabupaten Hulu Sungai Tengah.
    2. Apakah dengan menggunakan metode deskripsi dapat meningkatkan kemampuan siswa…
    C. TUJUAN PENELITIAN
    Berdasarkan permasalahan diatas tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah :
    1) Untuk mendeskripsikan cara meningkatkan kemampuan siswa menulis puisi dengan metode deskripsi dikelas VII…
    2) Mendeskripsikan ada tidaknya peningkatan kemampuan siswa kelas VII dalam menggunakan metode deskripsi.

    D. MANFAAT PENELITIAN
    Secara teorotis hasil penelitian nanti diharakan dapat bermanfaat bagi pembelajaran sastra.Utamanya sebagai tolak ukur bagi keberhasilan dan peningkatan kemampuan siswa dalam menyerap dan memperaktikan pelajaran, Serta untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran tentunya menjadi hal utama tujuan pendidikan disekolah-sekolah.
    E. KAJIAN PUSTAKA / LANDASAN TEORI
    1) Kemampuan Menulis
    Menulis berarti melahirkan atau mengungkapkan pikiran dan atau perasaaan melalui lambing / tulisan ( Zulkifli dan Siddik 2009 : 3 ).
    Jadi kemampuan menulis puisi adalah kemampuan untuk mengungkapkan fifkiran an atau perasaan melalui bahasa yang ditata sedemikian rupa sehingga membangkitkan kesadaran dan tanggapan khusus.
    2) Pengertian puisi
    Puisi merupakan salah satu karya sastra yang sudah tidak asing lagi bagi setiap orang. Ada banyak sekali pengertian tntang puisi . Salah satu diantaranya , dalam kamus istilah sastra dikatakan puisi adalah “ gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi , irama, dan makna khusus.” (Zaidan dkk,,2004 : 159-160 ).
    Sedangkan dalam buku Belajar Menulis Puisi dan Cerita Pendek dikatakan puisi adalah “ Isyarat , khiasan, metafora yang pesannya berada dibalik kata-kata yang Nampak. (Hermawan, 2009 : 6 ).
    Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa puisi adalah gubahan dalam bahasa yang ditata sedemikian rupa yang merupakan isyarat dan dapat membangkitkan tanggapan khusus.
    3) Metode Deskripsi
    Deskripsi merupakan kata lain dari Lukisan. Jadi metode deskripsi artinya cara menggambarkan atau melukiskan sutau objek atau keadaan dalam bentuk tulisan.
    F. METODE PENELITIAN
    A. Lokasi Penelitian
    Penelitian ini mengambil lokasi pada MTsn 1 Pandawan kecamatan Pandawan Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
    B. Populasi dan Sampel
    1. Populasi Penelitian
    Yang menjadi populasi penelitian ini adalah seluruh siswa MTsn 1 Pandawan kecamatan Pandawan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun Ajaran 2010 / 2011 yang berjumlah 360 siswa.

    2. Sampel Penelitian
    Setelah mengetahui jumlah populasi siswa cukup banyak,maka untuk memudahkan penelitian ini penulis menetpkan sampel sebagai wakil dari populasi yang ada. Dalam hal ini penulis mengambil sampel siswa sebanyak kurang lebih 100 orang dengan mengambil penelitian sampel yang bertujuan secara acak.
    C. Data dan Sumber Data
    a.Data
    – Sumber Data
    – Data Pokok (primer)
    – Data Penunjang (sekunder )
    b. Sumber Data
    – Responden
    – Informan
    D. Teknik Pengumpulan Data
    1. Observasi
    2. Wawancara
    3. Dokumenter

    E. Teknik Pengolahan Data dan Analisis
    1. Pengolahan Data
    1. Editing
    2. Koding
    3. Klasifikasi
    4. Tabulating
    5. Interpretasi Data
    2. Analisis Data
    Setelah data disajikan , selanjutnya menganalisis data yang diperoleh guna mendapat suatu kesimpulan terhadap permasalahan yang diteliti . Dalam menganalisis data ini penulis menggunakan analisis diskriptif kuantitatif yaitu analisia untuk menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum berdasarkan fakta- fakta yang khusus dilapangan.
    F. Daftar Pustaka
    Hermawan, Sainul. 2009. Belajar Menulis Puisi dan Cerita Pendek.Banjarabaru : Scripta Cendekia.
    Siddik, Mohammad dan Zulkifli Musaba. 2009. Dasar- Dasar Menulis. Malang : Tunggal Mandiri.
    Sulistyowati, Endang dan Tarman Effendi Tarsyad. 2009. Pengkajian Puisi : Teori dan Aplikasi. Banjarmasin : Tahura Media.
    Tarigan, Hendri Guntur. 1984. Prinsip- Prinsip Dasar Sastra. Bandung : Angkasa.

  35. NURLINDA SARI
    04/07/2010 pukul 6:11 am

    NAMA : NURLINDA SARI
    NPM : 3060811487

    MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENULIS PUISI DENGAN METODE DESKRIPSI DIKELAS VII MTsN 1 PANDAWAN
    KECAMATAN PANDAWANKABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

    A. LATAR BELAKANG
    Pembelajaran sastra disekolah- sekolah sering kali tidak maksimal sehingga tujuan pembelajarannya tidak tercapai dengan baik. Hal ini disebabkan oleh berbagai factor, salah satunya yang sangat berpengaruh adalah metode pengajaran atau cara pengajaran yang digunakan pengajar.
    Guru selaku pengajar sering tidak jarang keliru dalam memilih metode pengajaran. Sebenarnya ada banyak metode yang dapat dipilih dalam pembelajaran sastra. Metode deskripsi adalah salah satu alternatife yang dapat dipilih dalam pengajaran sastra,
    misalnya untuk mengajarkan kepada siswa tentang penulisan prosa dan puisi.Tidak semua anak bisa dengan menulis puisi dengan baik. Hal ini tentunya menjadi tantangan buat pengajar untuk menjadikan siswa-siswanya mampu menulis puisi dengan baik yang layak dikonsumsi oleh pembaca disemua kalangan.
    Dimana hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian. Apakah dengan menggunakan metode deskripsi dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas VII diMTsn Pandawan kecamatan Pandawan kabupaten Hulu Sugai Tengah.

    B.RUMUSAN MASALAH
    1.Bagaaimana cara meningakatkan kemampuan siswa membuat dengan metode dikelas VII MTsn 1 Pandawan kecamatan Pandawan kabupaten Hulu Sungai Tengah.
    2.Apakah dengan menggunakan metode deskripsi dapat meningkatkan kemampuan siswa…

    C.TUJUAN PENELITIAN
    Berdasarkan permasalahan diatas tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah :
    1).Untuk mendeskripsikan cara meningkatkan kemampuan siswa menulis puisi dengan metode deskripsi dikelas VII…
    2).Mendeskripsikan ada tidaknya peningkatan kemampuan siswa kelas VII dalam menggunakan metode deskripsi.

    D.MANFAAT PENELITIAN
    Secara teorotis hasil penelitian nanti diharakan dapat bermanfaat bagi pembelajaran sastra.Utamanya sebagai tolak ukur bagi keberhasilan dan peningkatan kemampuan siswa dalam menyerap dan memperaktikan pelajaran, Serta untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran tentunya menjadi hal utama tujuan pendidikan disekolah-sekolah.

    E.KAJIAN PUSTAKA / LANDASAN TEORI

    1).Kemampuan Menulis
    Menulis berarti melahirkan atau mengungkapkan pikiran dan atau perasaaan melalui lambing / tulisan ( Zulkifli dan Siddik 2009 : 3 ).
    Jadi kemampuan menulis puisi adalah kemampuan untuk mengungkapkan fifkiran an atau perasaan melalui bahasa yang ditata sedemikian rupa sehingga membangkitkan kesadaran dan tanggapan khusus.
    2).Pengertian puisi
    Puisi merupakan salah satu karya sastra yang sudah tidak asing lagi bagi setiap orang. Ada banyak sekali pengertian tntang puisi . Salah satu diantaranya , dalam kamus istilah sastra dikatakan puisi adalah “ gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi , irama, dan makna khusus.” (Zaidan dkk,,2004 : 159-160 ).
    Sedangkan dalam buku Belajar Menulis Puisi dan Cerita Pendek dikatakan puisi adalah “ Isyarat , khiasan, metafora yang pesannya berada dibalik kata-kata yang Nampak. (Hermawan, 2009 : 6 ).
    Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa puisi adalah gubahan dalam bahasa yang ditata sedemikian rupa yang merupakan isyarat dan dapat membangkitkan tanggapan khusus.
    3).Metode Deskripsi
    Deskripsi merupakan kata lain dari Lukisan. Jadi metode deskripsi artinya cara menggambarkan atau melukiskan sutau objek atau keadaan dalam bentuk tulisan.

    F.METODE PENELITIAN
    A.Lokasi Penelitian
    Penelitian ini mengambil lokasi pada MTsn 1 Pandawan kecamatan Pandawan Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
    B.Populasi dan Sampel
    1.Populasi Penelitian
    Yang menjadi populasi penelitian ini adalah seluruh siswa MTsn 1 Pandawan kecamatan Pandawan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun Ajaran 2010 / 2011 yang berjumlah 360 siswa.

    2.Sampel Penelitian
    Setelah mengetahui jumlah populasi siswa cukup banyak,maka untuk memudahkan penelitian ini penulis menetpkan sampel sebagai wakil dari populasi yang ada. Dalam hal ini penulis mengambil sampel siswa sebanyak kurang lebih 100 orang dengan mengambil penelitian sampel yang bertujuan secara acak.

    C. Data dan Sumber Data
    a.Data
    – Sumber Data
    – Data Pokok (primer)
    – Data Penunjang (sekunder )
    b.Sumber Data
    – Responden
    – Informan

    D.Teknik Pengumpulan Data
    1. Observasi
    2. Wawancara
    3. Dokumenter

    E.Teknik Pengolahan Data dan Analisis
    1. Pengolahan Data
    1. Editing
    2. Koding
    3. Klasifikasi
    4. Tabulating
    5. Interpretasi Data

    2. Analisis Data
    Setelah data disajikan , selanjutnya menganalisis data yang diperoleh guna mendapat suatu kesimpulan terhadap permasalahan yang diteliti . Dalam menganalisis data ini penulis menggunakan analisis diskriptif kuantitatif yaitu analisia untuk menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum berdasarkan fakta- fakta yang khusus dilapangan.

    F. Daftar Pustaka
    Hermawan, Sainul. 2009. Belajar Menulis Puisi dan Cerita Pendek.Banjarabaru : Scripta Cendekia.
    Siddik, Mohammad dan Zulkifli Musaba. 2009. Dasar- Dasar Menulis. Malang : Tunggal Mandiri.
    Sulistyowati, Endang dan Tarman Effendi Tarsyad. 2009. Pengkajian Puisi : Teori dan Aplikasi. Banjarmasin : Tahura Media.
    Tarigan, Hendri Guntur. 1984. Prinsip- Prinsip Dasar Sastra. Bandung : Angkasa.

  36. NURLINDA SARI
    04/07/2010 pukul 6:14 am

    DISUSUN OLEH

    NAMA : NURLINDA SARI
    NPM : 3060811487

    MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENULIS PUISI DENGAN METODE DESKRIPSI DIKELAS VII MTsN 1 PANDAWAN
    KECAMATAN PANDAWAN KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

    A. LATAR BELAKANG
    Pembelajaran sastra disekolah- sekolah sering kali tidak maksimal sehingga tujuan pembelajarannya tidak tercapai dengan baik. Hal ini disebabkan oleh berbagai factor, salah satunya yang sangat berpengaruh adalah metode pengajaran atau cara pengajaran yang digunakan pengajar.
    Guru selaku pengajar sering tidak jarang keliru dalam memilih metode pengajaran. Sebenarnya ada banyak metode yang dapat dipilih dalam pembelajaran sastra. Metode deskripsi adalah salah satu alternatife yang dapat dipilih dalam pengajaran sastra,
    misalnya untuk mengajarkan kepada siswa tentang penulisan prosa dan puisi.Tidak semua anak bisa dengan menulis puisi dengan baik. Hal ini tentunya menjadi tantangan buat pengajar untuk menjadikan siswa-siswanya mampu menulis puisi dengan baik yang layak dikonsumsi oleh pembaca disemua kalangan.
    Dimana hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian. Apakah dengan menggunakan metode deskripsi dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas VII diMTsn Pandawan kecamatan Pandawan kabupaten Hulu Sugai Tengah.

    B.RUMUSAN MASALAH
    1.Bagaaimana cara meningakatkan kemampuan siswa membuat dengan metode dikelas VII MTsn 1 Pandawan kecamatan Pandawan kabupaten Hulu Sungai Tengah.
    2.Apakah dengan menggunakan metode deskripsi dapat meningkatkan kemampuan siswa…

    C.TUJUAN PENELITIAN
    Berdasarkan permasalahan diatas tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah :
    1).Untuk mendeskripsikan cara meningkatkan kemampuan siswa menulis puisi dengan metode deskripsi dikelas VII…
    2).Mendeskripsikan ada tidaknya peningkatan kemampuan siswa kelas VII dalam menggunakan metode deskripsi.

    D.MANFAAT PENELITIAN
    Secara teorotis hasil penelitian nanti diharakan dapat bermanfaat bagi pembelajaran sastra.Utamanya sebagai tolak ukur bagi keberhasilan dan peningkatan kemampuan siswa dalam menyerap dan memperaktikan pelajaran, Serta untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran tentunya menjadi hal utama tujuan pendidikan disekolah-sekolah.

    E.KAJIAN PUSTAKA / LANDASAN TEORI

    1).Kemampuan Menulis
    Menulis berarti melahirkan atau mengungkapkan pikiran dan atau perasaaan melalui lambing / tulisan ( Zulkifli dan Siddik 2009 : 3 ).
    Jadi kemampuan menulis puisi adalah kemampuan untuk mengungkapkan fifkiran an atau perasaan melalui bahasa yang ditata sedemikian rupa sehingga membangkitkan kesadaran dan tanggapan khusus.
    2).Pengertian puisi
    Puisi merupakan salah satu karya sastra yang sudah tidak asing lagi bagi setiap orang. Ada banyak sekali pengertian tntang puisi . Salah satu diantaranya , dalam kamus istilah sastra dikatakan puisi adalah “ gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi , irama, dan makna khusus.” (Zaidan dkk,,2004 : 159-160 ).
    Sedangkan dalam buku Belajar Menulis Puisi dan Cerita Pendek dikatakan puisi adalah “ Isyarat , khiasan, metafora yang pesannya berada dibalik kata-kata yang Nampak. (Hermawan, 2009 : 6 ).
    Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa puisi adalah gubahan dalam bahasa yang ditata sedemikian rupa yang merupakan isyarat dan dapat membangkitkan tanggapan khusus.
    3).Metode Deskripsi
    Deskripsi merupakan kata lain dari Lukisan. Jadi metode deskripsi artinya cara menggambarkan atau melukiskan sutau objek atau keadaan dalam bentuk tulisan.

    F.METODE PENELITIAN
    A.Lokasi Penelitian
    Penelitian ini mengambil lokasi pada MTsn 1 Pandawan kecamatan Pandawan Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
    B.Populasi dan Sampel
    1.Populasi Penelitian
    Yang menjadi populasi penelitian ini adalah seluruh siswa MTsn 1 Pandawan kecamatan Pandawan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun Ajaran 2010 / 2011 yang berjumlah 360 siswa.

    2.Sampel Penelitian
    Setelah mengetahui jumlah populasi siswa cukup banyak,maka untuk memudahkan penelitian ini penulis menetpkan sampel sebagai wakil dari populasi yang ada. Dalam hal ini penulis mengambil sampel siswa sebanyak kurang lebih 100 orang dengan mengambil penelitian sampel yang bertujuan secara acak.

    C. Data dan Sumber Data
    a.Data
    – Sumber Data
    – Data Pokok (primer)
    – Data Penunjang (sekunder )
    b.Sumber Data
    – Responden
    – Informan

    D.Teknik Pengumpulan Data
    1. Observasi
    2. Wawancara
    3. Dokumenter

    E.Teknik Pengolahan Data dan Analisis
    1. Pengolahan Data
    1. Editing
    2. Koding
    3. Klasifikasi
    4. Tabulating
    5. Interpretasi Data

    2. Analisis Data
    Setelah data disajikan , selanjutnya menganalisis data yang diperoleh guna mendapat suatu kesimpulan terhadap permasalahan yang diteliti . Dalam menganalisis data ini penulis menggunakan analisis diskriptif kuantitatif yaitu analisia untuk menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum berdasarkan fakta- fakta yang khusus dilapangan.

    F. Daftar Pustaka
    Hermawan, Sainul. 2009. Belajar Menulis Puisi dan Cerita Pendek.Banjarabaru : Scripta Cendekia.
    Siddik, Mohammad dan Zulkifli Musaba. 2009. Dasar- Dasar Menulis. Malang : Tunggal Mandiri.
    Sulistyowati, Endang dan Tarman Effendi Tarsyad. 2009. Pengkajian Puisi : Teori dan Aplikasi. Banjarmasin : Tahura Media.
    Tarigan, Hendri Guntur. 1984. Prinsip- Prinsip Dasar Sastra. Bandung : Angkasa.

  37. SALIHA
    04/07/2010 pukul 8:48 am

    Tugas Mandiri

    Perbandingan Minat Siswa Kelas V dan Kelas VI Terhadap Pelajaran Puisi
    di Sekolah Dasar Negeri Sungai Pumpung Kecamatan Awayan
    Kabupaten Balangan

    PROPOSAL
    SKRIPSI

    Nama : SALIHA
    NPM : 3060811506
    Jurusan : PBSID (Transfer)
    Dosen Pembimbing : Sainul Hermawan, M. Hum

    SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
    PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
    (STKIP-PGRI) BANJARMASIN
    2010

    A.Judul
    Perbandingan Minat Siswa Kelas V dan Kelas VI Terhadap Pelajaran Puisi di Sekolah Dasar Negeri Sungai Pumpung Kecamatan Awayan Kabupaten Balangan.
    B.Latar Belakang
    Dalam Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 menjelaskan bahwa:
    ”Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

    Dalam hal ini guru dikatakan punya andil besar dalam pendidikan karena tanpa guru pendidikan tidak akan berjalan dengan baik. Kehadiran seorang guru sangat diperlukan terutama dalam belajar mengajar tidak terkecuali pelajaran Bahasa Indonesia yang merupakan salah satu pelajaran penting, karena Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan kita, bahasa merupakan salah satu alat. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi baik lisan maupun tulisan dengan orang lain. Mengingat pentingnya fungsi bahasa kita dituntut untuk memiliki keterampilan berbahasa.
    Dalam pelajaran Bahasa Indonesia baik di kelas V dan di kelas VI diajarkan juga keterampilan bersastra misalnya mengidentifikasi cerita rakyat, membaca puisi, menulis puisi dan menyimpulkan cerita anak dan memerankan tokoh drama. Dengan demikian diharapkan anak peduli terhadap sesama dan menjadi orang bijak. Tetapi untuk mempermudah memberikan pelajaran puisi anak harus tahu dahulu apa yang dimaksud puisi dan unsur-unsur dalam sebuah puisi.
    Puisi adalah gubahan yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama dan makna khusus”. (Zaidah, dkk, 2004:159-160).
    Dari pengamatan setiap mengaja pelajaran puisi anak begitu antusias terutama sekali terlihat di kelas V. Pelajaran puisi di kelas V anak hanya belajar tentang bagaimana membaca dengan pengucapan dan mimik muka yang tepat, sebelum membaca anak diajarkan membuat tanda jeda dan angka-angka penanda tinggi rendahnya serta anak diminta mencari gagasan pokoknya.
    Sedangkan pelajaran puisi di kelas VI membahas bagaimana mengubah puisi ke dalam bentuk prosa, dan mengubahnya ke dalam bentuk paragraf yang harus menentukan amanat tersebut. Jadi kebanyakan anak masih banyak yang susah untuk memahami bagaimana membuat puisi menjadi prosa. Makanya kelas VI kurang menguasai puisi.
    Berdasarkan latar belakang tersebut , maka penulis sangat tertarik untuk mengadakan penelitian lebih jauh dan mendalam tentang aktivitas siswa dalam pembelajaran puisi, maka peneliti memberi judul: ”Perbandingan Minat Siswa Kelas V dan Kelas VI Terhadap Pelajaran Puisi di Sekolah Dasar Negeri Sungai Pumpung Kecamatan Awayan Kabupaten Balangan”.
    C.Rumusan Masalah
    Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti, yaitu:
    1.Bagaimana meningkatkan minat siswa kelas V dan kelas V terhadap pelajaran puisi?
    2.Bagaimana membandingkan minat siswa kelas V dan kelas VI terhadap pelajaran puisi?
    D.Tujuan Penelitian
    Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
    1.Memaparkan bagaimana perbandingan minat siswa kelas V dengan kelas VI terhadap pelajaran puisi.
    2.Menganalisis besarnya pengaruh keterampilan siswa dalam membaca dan memahami puisi.
    E.Manfaat Penelitian
    Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk:
    1.Mengetahui cara-cara meningkatkan minat siswa kelas V dan kelas VI terhadap pelajaran puisi.
    2.Mengetahui perbandingan minat siswa kelas V dan kelas VI terhadap pelajaran puisi.
    3.Menjadi informasi dan bahan pertimbangan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan potensi pada diri anak bagi para guru dalam proses pembelajaran puisi.
    F.Landasan Teori
    1.Keterampilan menentukan gagasan pokok.
    2.Menulis puisi berdasarkan gagasan pokok.
    3.Mengubah puisi ke dalam bentuk prosa.
    4.Menjelaskan kata kiasan dalam puisi.
    G.Metode Penelitian
    1.Lokasi Penelitian
    Lokasi penelitian ini adalah SDN Sungai Pumpung yang ada di Kecamatan Awayan Kabupaten Balangan Provinsi Kalimantan Selatan.
    2.Subjek dan Objek
    a.Subjek
    Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas V dan kelas VI SDN Sungai Pumpung sebanyak 13 orang, kelas V 7 orang dan kelas VI sebanyak 6 orang.
    b.Objek
    Objek dalam penelitian ini adalah perbandingan minat siswa kelas V dan kelas VI terhadap pelajaran puisi dan bagaimana cara meningkatkannya.

    3.Populasi dan Sampel
    a.Populasi
    Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V dan kelas VI yang ada di SDN Sungai Pumpung sebanyak 13 orang, kelas V sebanyak 7 orang dan kelas VI sebanyak 6 orang.
    b.Sampel
    Adapun cara penarikan sampel penulis menggunakan porpusive sampling yaitu penarikan sampel berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu.

    Untuk penyebaran sampel dapat dilihat pada tabel berikut ini:
    No. Kelas Jumlah
    1. V 7

    2. IV 6

    JUMLAh 13

    4.Data dan Sumber Data
    a.Data
    Data yang digali dalam penelitian ini meliputi:
    1)Data Primer yaitu data pokok yang nantinya akan menjawab pertanyaan yang terdapat dalam perumusan masalah yaitu:
    a)Data yang berkenaan dengan perbandingan minat siswa kelas V dan kelas VI terhadap pelajaran puisi di SDN Sungai Pumpung.
    b)Data tentang meningkatkan minat siswa kelas V dan kelas VI terhadap pelajaran puisi.
    2)Data Sekunder yaitu data yang ikut melengkapi dari data-data yang telah ada, seperti:
    a)Keadaan guru SDN Sungai Pumpung Kecamatan Awayan.
    b)Keadaan siswa SDN Sungai Pumpung Kecamatan Awayan.
    b.Sumber Data
    Yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah:
    1)Responden yaitu siswa kelas V dan kelas VI SDN Sungai Pumpung yang dijadikan sampel penelitian. Sebagai sumber data digali tentang data pokok.
    2)Informan yaitu sejumlah orang yang dapat memberikan keterangan sehubungan dengan masalah yang diteliti tentang perbandingan minat siswa kelas V dan kelas VI SDN Sungai Pumpung seperti: Kepala Sekolah, Dewan Guru serta yang ada di sekolah ini yang dijadikan sumber data.
    c.Dokumenter, yaitu sejumlah arsip atau buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

    5.Teknik Pengumpulan Data
    Untuk mengambil data dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik sebagai berikut:
    a.Observasi, yaitu penulis secara langsung terjun ke lapangan untuk melihat, mengamati dan mengumpulkan data tentang perbandingan minat siswa kelas V dan kelas VI terhadap pelajaran puisi.
    b.Wawancara, yaitu penulis melakukan tanya jawab dengan responden dan informan untuk memperoleh data, data yang diperlukan meliputi: Perbandingan minat siswa kelas V dan kelas VI terhadap pelajaran puisi di SDN Sungai Pumpung.
    c.Angket, yaitu teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data-data dengan memberikan gambaran pertayaaan kepada sejumlah siswa yang dijadikan responden (subjek penelitian/ untuk mengetahui perbandingan minat siswa kelas V dan kelas VI terhadap pelajaran puisi.
    6.Teknik Pengolahan dan Analisa Data
    a.Teknik Pengolahan Data
    Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik yaitu:
    1)Editing, yaitu meneliti kembali data yang telah dikumpulkan dalam rangka mengetahui apakah data itu sudah lengkap atau belum serta melengkapi data yang kurang.
    2)Koding, yaitu mengklasifikasi data hasil jawaban responden dan informan dengan cara memberi kode-kode pada setiap data yang diperoleh.
    3)Skoring, yaitu menghitung frekuensi di mana setiap alternatif jawaban yang diperoleh dihitung jumlahnya agar memudahkan membuat tabel.
    4)Tabulasi, yaitu penulis memindahkan data yang telah diperoleh sedemikian rupa ke dalam bentuk tabel dengan menggunakan rumus :
    F x 100 = P
    N
    Keterangan : P = Prosentasi
    F = Frekuensi jawaban
    N = Jumlah responden
    5)Interpretasi data, yaitu penyajian data yang ada dalam bentuk uraian-uraian agar dapat melihat kejelasan data yang ada dalam tabel dengan kategori sebagai berikut:
    a.0 % – 20 % = rendah sekali
    b.21 % – 40 % = rendah
    c.41 % – 60 % = cukup
    d.61 % – 80 % = tinggi
    e.81 % – 100 % = tinggi sekali

    b.Analisa Data
    Setelah data diolah dan tersaji dalam bentuk tabel, maka langkah berikutnya adalah analisa data dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif murni, yaitu menggambarkan aktivitas siswa dala proses pembelajaran puisi. Penganalisaan data ini akan menggunakan pendekatan berfikir dengan metode induktif yakni menarik kesimpulan dari hal-hal yang khusus kepada fakta-fakta yang umum.

    DAFTAR PUSTAKA

    Maulana Rizki, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, Lima Bintang: Surabaya.

    Sulistyowati Endang, Pengkajian Puisi, Tahura Media: Banjarmasin.

    Wibowo Teguh, Cinta Bahasa Kita Bahasa Indonesia Kelas VI Ganeca: Jakarta, 2007.

    Yusuf Syamsuddin, Bina Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas V, Erlangga: Jakarta, 2004.

  38. h.miftahul farid
    06/07/2010 pukul 1:13 pm

    judul:meningkatkan dan mengembangkan menulis naskah sastra drama di SDN AWANG BESAR KECAMATAN BARABAI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

    Di susun oleh :miftahul farid
    NPM : 3060811482

    1 LATAR BELAKANG
    salah satu kompetensi yang dimiliki guru adalah mendidik,mengajar,melatih
    guru menjadi manusia jadi pandai dan cerdas serta dapat menjalankan tugasnya
    yaitu menguasai kemampuan mengajarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam
    berbahasa yang baik dalam menulis naskah drama.
    2 RUMUSAN MASALAH
    berdasar latar belakang yang diuraikan diatas maka masalah yang ditelaah dalam
    penelitian adalah bagaimana meningkatkan dan mengembangkan menulis naskah satra
    drama di SDN AWANG BESAR KECAMATAN BARABAI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH.
    3 TUJUAN PENELITIAN
    Diharapkan dari penelitian tindakan kelas diharapkan dapat mendiskripsikan peningkatan dan pengembangan menulis naskah sastra drama di SDN AWANG BESAR KECAMATAN BARABAI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH.
    4 MANFAAT PENELITIAN
    Hasil penelitian tindakan kelas diharapkan dapat bermanfaat
    a.Bagi peneliti
    merupakan upaya pengembangan kemampuan profesional sebagai tenaga pengajar dalam pembelajaran bahasa sastra indonesia.
    b.Bagi siswa
    dapat mempermudah siswa menulis sastra drama khususnya dengan menggunakan membaca buku drama dalam pengajaran menulis naskah sastra drama.
    c.Bagi guru
    Hasil penelitian dapat memperbaiki pembelajaran.
    d.Bagi sekolah dasar
    Dapat memberikan perbaikan proses pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai arsip sekolah.
    5. KAJIAN PUSTAKA
    pengertian menulis naskah sastra drama menulis drama adalah menulis sebuah naskah berupa kisah baik dongeng maupun nyata.

    ciri-ciri nya penulisan naskah sastra drama
    penulisan sastra drama memperlihatkan berupa peran atau perwatakan yang mempunyai bagian dari beberapa alur kisah drama

    unsur intrinsik dan ekstrinsik sastra drama
    unsur intrinsik menulis drama,tema,amanat,penokohan,latar pusat kisah .
    unsur ekstrinsik adalah unsur dalam membentuk karya kisah dalam pembuatan drama.

    6.DAFTAR PUSTAKA
    sri harjani 2007 tokoh cerita surakarta cv madiatama.
    sumber kenedi nurhan derabat kumpulan drama pilihan kompas 1999 kompas jakarta
    sumber pramoedya ananta toer, balai pustaka, jakarta, 1959

  39. RUSMILAWATI
    09/07/2010 pukul 7:18 am

    POLA–POLA PERSAJAKAN
    TIGA MACAM MANTRA DI BATUMANDI

    PROPOSAL

    O
    L
    E
    H

    NAMA : RUSMILAWATI
    NPM : 3060811505
    JURUSAN : PBSID (Transfer)
    SEMESTER : IV (Empat)

    SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
    PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA(STIKIP-PGRI)
    BANJARMASIN
    2010

    DAFTAR ISI
    HALAMAN JUDUL Halaman
    DAFTAR ISI i
    A.Latar Belakang 1
    B.Rumusan Masalah 2
    C.Tujuan Penelitian 2
    D.Manfaat Penelitian 2
    E. Kajian Pustaka 2
    1. Pengertian Mantra 2
    2. Jenis-Jenis Mantra Banjar 3
    3. Pengaruh Tiga Macam Mantra 4
    F.Metode Penelitian 5
    1. Penentuan Lokasi Penelitian 5
    2. Metode yang Digunakan 5
    3. Variabel Penelitian dan Operasionalnya 5
    4. Populasi, Sampel dan teknik Penarikan Sampel 5
    5. Jenis dan Sumber Data 5
    6. Teknik Pengumpulan Data 5
    7. Pengolahan dan Analisa Data 6
    8. Jadwal Waktu Penelitian 6

    A.Latar Belakang Masalah
    Sejarah keberadaan mantra banjar (Bacaan) dikalangan etnis banjar di Kalsel pada mulanya didasarkan pada konsep-konsep metafisika dalam system kepercayaan rakyat yang bersifat superstitious (noon agama samawi), yakni : (1) kepercayaan animism menyangkut adanya hantu, jin, dan setan sebagai penunggu batu besar, gunung, pohon dan lain-lain dan seterusnya, dan (2) kepercayaan animism menyangkut benda-benda bertuah, benda-benda keramat, kata-kata bertuah dan lain-lain dan seterusnya.
    Padana istilah mantra dalam bahasa Banjar adalah bacaan. Dikalangan etnis Banjar di Kalimantan Selatan, mantra banjar tidak boleh dilisankan sembarang tanpa mengindahkan prosedur yang disyaratkan karena akan membuat ruah (tidak bertuah lagi). Berkaitan dengan itu, teks mantra biasanya diperlukan sebagai pusaka yang sangat dirahasiakan oleh para pemiliknya. Pemilikan (pewarisannya) selalu dilakukan dengan pendekatan dan hanya anggota terdekat saja yang diperkenankan untuk memilikinya (mewarisinya).
    Kekuatan magic atau tuah dalam sebuah mantra Banjar konon berasal dari getaran energy bunyi vocal atau konsonan yang tersusun sedemikian rupa sehingga saling bersajak satu sama lainya. Pola lirik mantra Banjar merujuk pada 3 (tiga) pola, yakni : sajak awal, sajak dalam, dan sajak akhir. Para anonym pada zaman dahulu kala tidak jarang juga memasukkan kata-kata asing (Arab, Sanksekerta, dll, dst) atau bahkan kosa-kata nonsen yang tidak ada rujukannya dalam kamus bahasa manapun juga.
    Pemilihan atau pemasukan kosa-kata dalam mantra Banjar tidak didasarkan pada pementingan pemaknaan tetapi lebih didasarkan pada kepntingan untuk menciptakan gaya bahasa perulangan (repilisi) sebagai sarana untuk membuat getaran energy magic yang dapat menambah kekuatan supranatural para pelisannya.
    Salah satu suku Banjar yang menggunakan mantra yaitu suku Banjar Batumandi Kabupaten Balangan. Keberadaan mantra (bacaan) di Batumandi tentunya memberikan pengaruh pada kepercayaan animism. Adapun mantra yang sering digunakan adalah mantra pemikat, mantra penakluk dan mantra pengobatan.
    Atas uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat hal tersebut dalam sebuah penelitian yang berjudul Pola-Pola Persajakan 3 (Tiga) Macam Mantra di Batumandi.

    B.Rumusan Masalah
    Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti, yaitu :
    1.Bagaimana penggunan dan tujuan tiga macam mantra di Batumandi
    2.Sejauhmana pengaruh tiga macam mantra di Batumandi
    C.Tujuan Penelitian
    Adapun tujuan penelitian ini adalah :
    1.Memaparkan penggunan dan tujuan tiga macam mantra di Batumandi
    2.Sejauhmana pengaruh tiga macam mantra di Batumandi
    D.Manfaat Penelitian
    1.Mengetahui penggunaan dan tujuan tiga macam mantra di Batumandi
    2.Mengetahui pengaruh tiga macam mantra di masyarakat Batumandi
    E. Kajian Pustaka
    1. Pengertian Mantra
    Padanan istilah mantra dalam bahasa Banjar adalah bacaan. Dalam bahasa yang sederhana mantra banjar adalah mantra berbahasa Banjar. Penulis mendifinisikan mantra Banjar sebagai puisi rakyat bertipe magic anonym yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar seutuhnya atau bercampur dengan bahasa lainnya yang dibuat atau digubah untuk difungsikan sebagai sarana penambah kekuatan supranatural menurut system kepercayaan superstitious (noon agama samawi) di kalangan etnis Banjar di Kal-Sel (Ganie, 1996 : IV, SKH Media Masyarakat, Banjarmasin, 30 November 1996).
    Pemasukan mantra Banjar di dalam kelompok puisi magic didasarkan pada 2 ciri, yakni : (1) tipografi visualnya merujuk kepada bentuk fisik puisi pada umumnya, yakni identik dengan gaya bahasa perulangan (repetisi), dan (2) fungsi sosialnya merusak pada system kepercayaan rakyat yang bersifat superstitious (noon agama samwi), yakni sebagai sarana untuk menambah kekuatan supranatural bagi pelisannya.
    Dikalangan etnis Banjar di Kalsel, mantra banjar tidak boleh dilisankan pada sembarang waktu, tempat dan kesempatan. Pelisanan mantra banjar yang dilakukan secara sembarangan tanpa mengindahkan prosedur yang disyaratkan akan membuatnya menjadi ruah (tiadak bertuah lagi). Berkaitan dengan itu, teks mantra banjar biasanya diperlakukan sebagai pusaka yang sangat dirahasiakan oleh para pemiliknya (pewarisnya). Pemilikan (pewarisannya) selalu dilakukan dengan pendekatan nepotisme, hanya anggota terdekat saja yang diperkenankan untuk memilikinya (mewarisinya).
    Kekuatan magic atau tuah dalam sebuah mantra banjar konon berasal dari getaran energy bunyi vocal atau konsonan yang di susun dari getaran energy vocal atau konsonan yang di susun sedemikian rupa sehingga saling bersajak satu sama lainnya. Pola larik mantra banjar merujuk pada 3 pola, yakni, sajak awal, sajak dalam dan sajak akhir. Demi memenuhi criteria sajak awal, sajak dalam dan sajak akhir ini, para anonym pada zaman dahulu kala tidak jarang juga memasukkan kosa-kata asing (arab, sanksekerta, dll dst) atau bahkan kosa-kata nonsen yang tidak ada rujukannya dalam kamus bahasa manapun juga.
    2. Jenis-Jenis Mantra Banjar
    a. Mantra Pemikat
    Mantra pemikat difungsikan sebagai sarana magic untuk mengguna-gunai siapa saja (semua orang) agar menjadi terpikat kepada penggunanya. Ciri-ciri utama pekasih terletak pada adanya kosa-kata yang berkonotasi permohonan agar semua orang menjadi terpikat atau jatuh hati kepada penggunanya.
    Pemikat Burung Nuri
    Bismillahirrahmanirrahiim
    Kata burung dandarasih
    Kata burung dandakaru
    Seratus irang kasih
    Seribu orang suka
    Berkat Lailahaillallah
    Muhammadarrasulullah
    Mantra pemikat diatas dibacakan sebagai sarana magic untuk membuat tubuh penggunanya terlihat indah dan wajahnya terlihat cantik. Pemikat burung nuri di baca penggunanya ketika ia ingin keluar dari rumah, pembacaan dilakukan berulang-ulang dalam hitungan ganjil (3,5,7 dst).
    b. Mantra Penunduk
    Mantra penunduk difungsikan sebagai sarana magic untuk menundukkan orang lain, makhluk gaib, atau binatang yang mengancam keselamatan jiwa penggunanya.
    Penunduk Ular Berbisa
    Bismillahirrahmanirrahiim
    Kajadian ular
    Dari air mani
    Datu adam
    Darudut basar
    Berkat Lailahaillallah
    Muhammadarrasulullah
    Penunduk di atas dibacakan ketika seorang tanpa sengaja bertemu dengan seekor ular yang menghadang langkahnya di tengah jalan. Tujuannya agar ular yang menghadang langkahnya itu pergi menjauh dari jalan yang akan dilalui penggunanya. Pembacaan dilakukan berulang-ulang dalam hitungan ganjil (3,5,7 dst).
    c. Mantra Pengobatan (Penawar)
    Mantra Banjar yang difungsikan sebagai saran magic untuk mengobati penyakit yang di derita orang lain yang dating berobat kepada penggunanya. Ciri utama penawar terletak pada kosa-kata yang berkonotasi permohonan agar orang yang diobati pengguna segera sembuh dari penyakit yang sedang diidapnya ketika itu.
    Penawar Sakit Mata
    Bismillahirrahmanirrahiim
    Ya ayyuba idz Nadb rabbuhu innii
    Masaiyadhdhurru wa antra arhamur rahimiin
    Allahumma isyfi
    Ranadan birahmatika
    Yaa arhamarrahimiin
    Adapun cara menggunakannya yaitu ambil piring warna putih dan tuliskan mantra di atas (boleh di tulis pakai bahasa Indonesia tapi lebih baik pakai bahasa Arab). Ambil air sumur (air tanah yang belum di campur bahan apapun) selanjutnya tuangkan ke dalam piring yang sudah dimantrai/dituliskan do’a tersebut, kemudian air tadi diteteskan pada mata yang sakit, bila penyakit sudah berat, gunakanlah air itu untuk mencuci muka.
    3.Pengaruh Tiga Macam Mantra
    Keberadaan mantra (pemikat, penunduk dan pengobatan) tentu saja mempunyai pengaruh, terutama di bidang kepercayaan. Kepercayaan dalam penggunaan mantra memang tidak dilakukan setiap orang/masyarakat Batumandi hal ini disebabkan pengaruh zaman, misalnya zaman sekarang ini banyak orang yang tidak percaya dengan kekuatan magic karena menganggap tahayul/menganggap perbuatan syirik.
    Selain itu mantra juga susah didapatkan karena mantra hanya dapat diperoleh melalui keturunan atau dari kerabat dekat. Mantra tidak boleh digunakan sembarangan, karena bias mengakibatkan ruah. Mantra hanya bias diberikan kepada orang-orang terdekat dan di anggap mampu menjaga rahasia, karena mantra juga di anggap sebagai pusaka yang sangat berharga.

    Penggunaan mantra bisa digunakan ketika ia sedang menemui hal-hal yang di anggap penting missal mantra pemikat jika ia ingin orang yang dikehendakinya jatuh cinta kepadanya, mantra penunduk apabila ia sedang bertemu binatang (ular yang sedang menghadangnya), sedangkan pengobatan jika ingin mengobati orang sakit.
    F. Metode Penelitian
    1. Penentuan Lokasi Penelitian
    Lokasi penelitian dilakukan di Batumandi Kabupaten Balangan. Sebagian masyarakat Batumandi sering menggunakan mantra. Faktor inilah yang mendorong peneliti melakukan kegiatan penelitian di Batumandi.
    2. Metode yang Digunakan
    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif dengan maksud untuk mengetahui secara objektif pengaruh penggunaan mantra di Batumandi.
    3. Variabel Penelitian dan Operasionalnya
    Adapun variable dalam penelitian ini terdiri dari :
    Variabel utama :
    Pengertian mantra dalam etnis Banjar
    Sub Variabel :
    Jenis-jenis mantra yang ada di Batumandi
    Tujuan dan manfaat 3 macam mantra di Batumandi
    Pengaruh 3 macam mantra di Batumandi
    4.Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
    Populasi dalam penelitian ini adalah semua tokoh masyarakat pengguna mantra yang ada di Batumandi. Kemudian peneliti menentukan tokoh mantra pemikat 1 orang, tokoh mantra penunduk 1 orang dan tokoh mantra pengobatan 1 orang. Teknik penarikan sampel adalah furposive sampling atau sampel porposif yang merupakan salah satu pengambilan sampel lisan langsung objek yang diteliti.
    5. Jenis dan Sumber Data
    Jenis data merupakan data kuantitatif yang berasal dari intrumen angket, wawancara dan observasi. Dan yang menjadi sumber data adalah responden yakni tokoh mantra pemikat 1 orang, tokoh mantra penunduk 1 orang dan tokoh mantra pengobatan 1 orang.
    6. Teknik Pengumpulan Data
    Untuk menggali dalam penelitian akan digunakan instrument angket dan wawancara yang diajukan kepada para nara sumber yaitu tokoh mantra pemikat, penunduk dan pengobatan.
    Sedangkan observasi akan dilakukan ketika tokoh mantra menerapkan mantranya yang berhubungan dengan mantra pemikat,penunduk dan pengobatan.
    7. Pengolahan dan Analisis Data
    Data yang diperoleh melalui instrument angket akan diolah dengan menggunakan rumus berikut :
    P = (F/N) x 100% = Fakta (dalam %)
    Keterangan :
    P = Persentasi
    F = Frekuensi jawaban dari responden
    N = Jumlah sampel
    Rumus tersebut di atas kemudian akan dihubungkan dengan criteria presentase yang dapat dikatagorikan sebagai berikut :
    1.100% = seluruhnya
    2.75%-99% = pada umumnya
    3.51%-74% = sebagian besar
    4.50% = setengahnya
    5.26%-49% = hamper setengahnya
    6.1%-25% = sebagian kecilnya
    7.0% = tidak ada
    Sementara data yang di dapat dari wawancara dan observasi akan di analisis dan ditafsirkan melalui uraian kalimat. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa data wawancara dan observasi tidak dapat di olah secara kuantitatif sebagaimana data dalam angket. Selain itu perlu ditambahkan bahwa instrument wawancara dan observasi hanya berfungsi sebagai pendukung instrument utama yaitu melalui angket. Hal ini berarti bahwa penelitian ini bersifat kuantitatif.
    8. Jadwal Waktu Penelitian
    Penelitian ini dijadikan berlangsung selama 3 minggu dengan urutan kegiatan sebagai berikut :

    No Urut Kegiatan Penelitian Minggu Ke I Minggu Ke II Minggu Ke III

    1. Persiapan
    2 Pengumpulan Data
    3 Analisis / Pengolahan Data
    4 Penyusunan Laporan
    5 Penggandaan dan Penjilidan
    6 Pengiriman Laporan

    DAFTAR PUSTAKA

    Ganie, Tajuddin Noor. 1996. Puisi Rakyat Etnis Banjar di Kal-Sel. Banjarmasin : SKH Media Masyarakat, Sabtu 30 November 1996, halaman 4.

    Ismail dkk, Abdurrahman. 1993. Fungsi Mantra Dalam Masyarakat Banjar. Banjarmasin : Penerbit Rumah Pustaka Folklor Banjar. (cetakan).

    Meratus, Mas Husini. 1980. Sajak Sajak Bahasa Banjar. Banjarmasin : SKH Banjarmasin Post. Edesi 25 Mei 1980, halaman IV.

  40. Abdul Wahab (NPM 3060811475)
    15/07/2010 pukul 9:41 am

    SEBUAH PROPOSAL PENELITIAN

    O l e h

    ABDUL WAHAB
    3 0 6 0 8 1 1 4 7 5

    STKIP PGRI
    BANJARMASIN
    TAHUN AKADEMIK 2009/ 2010

    A. JUDUL TENTATIF

    INTERFERENSI BAHASA DAYAK PITAP DALAM PENGAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMPN 1 AWAYAN.

    B. LATAR BELAKANG MASALAH
    Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa nah, dari pelbagai suku itu bahasa yang di gunakan-pun banyak ragamnya pula. Komunitas Suku Dayak memang mendiami wilayah Kalimantan Timur dan Tengah, tetapi di Kalimantan Selatan juga terdapat Suku Dayak.
    Kabupaten Balangan adalah satu dari kediaman Suku Dayak di Kalimantan Selatan. “ Para ahli beranggapan bahwa suku-suku bangsa di Indonesia adalah keturunan para migran yang datang dari luar Indonesia. Para migran ini datang ke Indonesia dengan cara bergelombang dalam selisih waktu lebih 2000 tahun. Diperkirakan dari Madagaskar mereka datang ke Indonesia melalui Cina Selatan, tepatnya dari Provinsi Yunan. Dari Yunan mereka melalui Indochina dan Thailand kemudian sampai di Indonesia. “ (394 NUR m)
    Salah satu suku yang ada di Kalimantan Selatan adalah Suku Dayak Bukit yaitu Suku Dayak yang bermukim di daerah Pegunungan Meratus Kalimantan Selatan. Populasi Suku Dayak Bukit di Kalimantan Selatan pada sensus penduduk tahun 2000 berjumlah 35. 838 jiwa, sebagian besar daripadanya terdapat di Kabupaten Pulau Laut, Kotabaru yang berjumlah 14. 508 jiwa.

    Beberapa golongan Dayak Bukit yaitu :
    Dayak Pitap, di hulu sungai Pitap, kecamatan Awayan, Balangan
    Dayak Hantakan, di kecamatan Hantakan, Hulu Sungai Tengah
    Dayak Haruyan ,di kecamatan Haruyan, Hulu Sungai Tengah
    Dayak Loksado, di kecamatan Loksado, Hulu Sungai Selatan
    Dayak Piani, di kecamatan Piani, Tapin
    Dayak Paramasan, di kecamatan Paramasan, Banjar
    Dayak Riam Adungan, di kecamatan Kintap, Tanah Laut
    Dayak Bajuin, di kecamatan Pelaihari, Tanah Laut
    Dayak Bangkalaan, di kecamatan Kelumpang Hulu, Kotabaru
    Dayak Sampanahan, di kecamatan Sampanahan, Kotabaru
    Dayak Labuhan, di Birayang, Hulu Sungai Tengah

    Dayak Pitap merupakan sebutan bagi kelompok masyarakat yang terikat secara keturunan dan aturan adat, mendiami kawasan disekitar hulu-hulu sungai Pitap dan anak sungai lainnya. Sungai Pitap itu sendiri awalnya bernama sungai Kitab. Menurut keyakinan mereka, di tanah mereka-lah turunnya Kitab yang menjadi rebutan. Oleh datu mereka supaya ajaran kitab tersebut selalu ada maka kitab tersebut ditelan/ dimakan atau dalam istilah mereka dipitapkan, sehingga ajaran agama mereka akan selalu ada di hati dan di akal pikiran. Kata kitab pun akhirnya berubah menjadi pitap sehingga nama sungai dan masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut berubah manjadi Pitap.
    Sedangkan sebutan dayak ini mengacu pada kesukuan mereka. Oleh beberapa literatur mereka dimasukkan kedalam rumpun Dayak Bukit,namun pada kenyataan mereka lebih senang disebut sebagai orang Pitap atau Dayak Pitap, ini juga terjadi pada daerah-daerah lain di Meratus.
    Para leluhur masyarakat Dayak Pitap mula-mula tinggal di daerah Tanah Hidup, yaitu daerah perbatasan Kabupaten Balangan dengan Kabupaten Kotabaru (dipuncak pegunungan Meratus). Tanah hidup menjadi wilayah tanah keramat yang diyakini sebagai daerah asal mula leluhur mereka hidup.
    Secara administratif, Dayak Pitap berada di 3 Desa yaitu Dayak Pitap, Langkap dan Mayanau (1 RT) Kecamatan Awayan, Balangan, semula sebelum keluar UU No. Tentang Pembentukan Kabupaten Tanah Bumbu dan Balangan berada di kabupaten Hulu Sungai Utara.
    Semula merupakan satu, Dayak Pitap memiliki pemerintahan sendiri dengan pusat pemerintahan berada di Langkap. Dengan adanya peraturan sistem pemerintahan desa pada tahun 1997 dibentuk pemerintahan desa Dayak Pitap dengan pusat pemerintahan waktu itu berada di Langkap.
    Dayak Pitap terbagi terdiri dari 5 kampung besar yaitu
    1. Langkap
    2. Iyam
    3. Ajung
    4. Panikin
    5. Kambiyain.

    Kemudian tahun 1982 wilayah dayak pitap dibagi menjadi 5 desa, berdasarkan peraturan menteri dalam negeri no 2/tahun 1980 tentang pedoman pembentukan, pemecahan, penyatuan, dan penghapusan kelurahan dan peraturan menteri dalam negeri no. 4 tahun 1981 tentang pembentukan, pemecahan, penyatuan dan penghapusan desa. Selanjutnya berdasarkan SK Camat tahun 1983 kampung Ajung di gabung ke Iyam. Tahun 1998 kampung Iyam dan kampung Kambiyain digabungkan jadi satu dengan kampung Ajung dengan pusat pemerintahan di Ajung Hilir.
    Secara geografis, wilayah Dayak Pitap berada di bentangan pegungan Meratus yang terletak antara 115035’55” sampai 115047’43” Bujur timur dan 02025’32” sampai 02035’26” Lintang selatan. Jarak desa ke ibukota kecamatan 35 Km, Jarak desa ke ibukota kabupaten. 48 Km dan jarak desa ke ibukota propinsi 231 Km. Sebelah timur berbatasan dengan wilayah Kecamatan Sungai Durian, Kotabaru, sebelah barat berbatasan dengan Desa GunungBatu dan Desa Auh Kecamatan Awayan sekarang Kecamatan Tebing Tinggi, Balangan, sebelah utara berbatasan dengan Halong, Balangan dan sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sungai Durian, Kotabaru dan Kecamatan Batang Alai Selatan, Hulu Sungai Tengah.

    – BAHASA MELAYU BUKIT
    Bahasa Dayak Bukit, menurut penelitian banyak kamiripan dengan dialek Bahasa Banjar Hulu. Ada pulu yang menamakan bahasa Bukit sebagai “Bahasa Banjar archais”. Bahasa Bukit termasuk Bahasa Melayu Lokal yang disebut Bahasa Melayu Bukit (bvu).
    Perbandingan hubungan Suku Bukit dengan Suku Banjar, seperti hubungan Suku Baduy dengan Suku Banten. Suku Banjar dan Suku Banten merupakan suku yang hampir seluruhnya memeluk islam, sedangkan suku Bukit dan suku Baduy merupakan suku yang teguh mempertahankan religi sukunya yang digolongkan dalam Kaharingan.
    Keberadaan masyarakat Dayak Pitap ini tentu saja memberikan pengaruh penggunaan bahasa di daerah Awayan tersebut. Terutama di Lingkungan pendidikan dan pengajaran Bahasa Indonesia di SMPN 1 Awayan. Atas dasar uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengangkat hal tersebut dalam sebuah penelitian yang berjudul “Interferensi Bahasa Dayak Pitap dalam pengajaran Bahasa Indonesia di SMPN 1 Awayan”.

    C. RUMUSAN MASALAH
    Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti, yaitu :
    1. Bagaimanakah penggunaan Bahasa Dayak Pitap dalam kehidupan sehari-hari?
    2. Bagaimanakah pengaruh Bahasa Dayak Pitap dalam pengajaran Bahasa Indonesia?

    D. TUJUAN PENELITIAN
    1. Memaparkan penggunaan Bahasa Dayak Pitap dalam kehidupan sehari-hari.
    2. Mendeskripsikan pengaruh Bahasa Dayak Pitap khususnya dalam pengajaran Bahasa Indonesia.

    E. KEGUNAAN PENELITIAN
    Hasil penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat berguna untuk :
    1. Mengetahui penggunaan Bahasa Dayak Pitap dalam kehidupan sehari-hari.
    2. Mengetahui pengaruh Bahasa Dayak Pitap dalam pengajaran Bahasa Indonesia.

    F. LANDASAN TEORI
    a. Pengertian Interferensi
    Interferensi adalah masuknya unsur serapan ke dalam bahasa lain yang bersifat melanggar kaidah gramatika bahasa yang menyerap.
    Secara lebih luas interferensi diartikan sebagai pengaruh bahasa yang mempengaruhi bahasa lain, baik dalam bentuk pengucapan dan intonasi bahasa.
    Pengaruh bahasa biasanya bentuknya beragam tergantung penggunaan bahasa yang dipakai dalam lingkungan masyarakat pemakai bahasa tersebut. Pengaruh bahasa dapat dilihat ketika terjadi percakapan antara satu suku yang sama dengan suku lain. Misalnya suku Dayak Bukit dengan suku Bukit yang sama atau antara suku Bukit dengan suku Banjar.

    b. Pengertian Bahasa Dayak Pitap
    Bahasa Dayak Pitap adalah bahasa yang dipakai oleh orang-orang Dayak Pitap yang mendiami Kecamatan Awayan Kabupaten Balangan. Menurut penelitian Bahasa Dayak Pitap banyak kemiripan dengan dialek Bahasa Banjar Hulu (BBH). Sering juga disebut Bahasa Melayu Lokal atau Bahasa Melayu Bukit. Akan tetapi cara pengucapan orang Dayak Pitap, biasanya terasa lebih kasar daripada pengucapan orang Banjar. Secara garis besar baik orang Dayak Pitap dan orang Banjar/ Melayu Lokal tak ada perbedaan dalam kebahasaan sehari-hari.
    Masyarakat di Awayan lebih cenderung menggunakan Bahasa Banjar Hulu (BBH) daripada Bahasa Dayak Pitap, tapi dalam situasi dan kondisi tertentu orang Dayak Pitap apabila bertemu dengan sesama orang Dayak Pitap mereka bisa akan menggunakan Bahasa Dayak Pitap dalam berinteraksi. Dalam peristiwa Aruh Baharin misalnya, atau dalam acara Aruh Bawanang, Aruh Adat, dan lain-lain.

    c. Pengaruh Bahasa Dayak Pitap
    Keberadaan Bahasa Dayak Pitap tentu saja mempunyai pengaruh dalam kehidupan sosial di Kecamatan Awayan. Kemajuan di Kecamatan Awayan tersebut mencakup bidang adat, sosial, budaya, dan dunia pendidikan. Salah satu lembaga pendidikan yang ada disana adalah SMP Negeri 1 Awayan. Sekolah tersebut berada di Komplek Kecamatan Awayan, Jalan Ciputat nomor 1 Awayan.
    Dengan jumlah kelas sebanyak 3 lokal, jumlah murid sebanyak 80 oarang, dan jumlah guru 15 orang tentu saja mempunyai ragam variasi dialek bahasa. Dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia, ketika guru menyampaikan pelajaran terkadang pemakaian bahasa lebih cenderung menggunakan Bahasa Indonesia, namun ketika siswa berinteraksi dengan temannya dia lebih cenderung menggunakan Bahasa Banjar Hulu. Namun bahasa itu tidak sesuai lagi dengan kaidah ketatabahasaan Bahasa Banjar. Pada kata-kata tertentu terkadang intonasi kata berubah menjadi lebih panjang dan dialek Bahasa Banjar Hulu memiliki kemiripan dengan Bahasa Melayu Bukit.
    Dengan demikian perbedaan dialek ini tentu saja menuntut kita untuk mampu menterjemahkan bahasa tersebut agar dapat memahami maknanya dan dapat berinteraksi dengan luas.
    Dalam resensi Willie Koen, disebutkan bahwa menurut Nida dan Traber proses menerjemahkan “dapat diringkas sebagai berikut: analysis – transfer – restructuring. Analysis digunakan untuk mengetahui pesan yang ingin diterjemahkan, dan memuat analisis gramatikal, analisis semantic (baik arti referensial maupun arti konotatif). Transfer mempersoalkan “bagaimana hasil analisis tersebut di atas ditransfer dari bahasa sumber ke bahasa terjemahan dengan sesedikit pemincangan arti dan konotasi tetapi dengan kesamaan reaksi seperti pada orang aslinya. Maka di sini perlu diperingatkan adanya sikap hati-hati, jangan-jangan soal-soal pribadi dimasukkan. … dibicarakan pula kerjasama antara penerjemah sendiri, dan antara mereka dan orang asing pada tingkat transfer.” Restructuring membicarakan “macam-macam bahasa atau gaya bahasa, teknik yang dapat dipakai untuk membuat gaya yang diinginkan”.
    Resensi Willie Koen juga memberitahukan kepada kita bahwa setelah selesai menerjemahkan Nida masih menekankan pentingnya “pengetesan mengenai ketepatan terjemahan, dapat dimengerti tidaknya, kesesuaian gaya bahasanya, dan seterusnya. Perhatian diarahkan kepada kesesuaian dinamisnya, tidak sebegitu pada kesesuaian katanya, dengan kata lain kepada cara bagaimana penerima terjemahan itu mereaksi”.
    De Maar, dalam petunjuk-petunjuknya mengenai cara menerjemahkan, juga menunjukkan adanya tiga tahap dalam proses penerjemahan:
    Bacalah dengan tuntas karangan dua atau tiga kali untuk memperoleh suatu pemahaman yang jelas mengenai arti umum dari seluruhnya maupun hubungan-hubungan dari bagian-bagiannya.

    Proses penerjemahan meliputi tiga tahap:
    a. membaca dan mengerti karangan itu;
    b. menyerap segenap isinya dan membuatnya menjadi kepunyaan kita;
    c. mengungkapkannya dalam langgam bahasa kita dengan kemungkinan perubahan sekecil-kecilnya akan arti atau nadanya.
    Dr. Ronald H. Bathgate, dalam karangannya yang berjudul “A Survey of Translation Theory”, mengemukakan tujuh unsure, langkah, atau bagian integral dari proses penerjemahan sebagai berikut ini:
    1) Tuning (Penjajagan)
    2) Analysis (Penguraian)
    3) Understanding (Pemahaman)
    4) Terminology (Peristilahan)
    5) Restructuring (Perakitan)
    6) Checking (Pengecekan)
    7) Discussion (Pembicaraan)

    Selain kita mampu menterjemahkan bahasa, kalimat,atau karangan tersebut kita juga dituntut untuk mampu melafalkan bahasa tersebut dalam kegiatan interaksi sosial. Selain berpengaruh dalam pengajaran Bahasa Indonesia di kelas, bahasa Dayak Pitap juga berpengaruh dalam pemakaian Bahasa Banjar ketika mereka berada di luar kelas maupun waktu istirahat di luar kelas. Terkadang ketika siswa memanggil atau berbicara dengan temannya dia lebih cenderung menggunakan dialek bahasa melayu, misalnya :

    – Sia dah = Kemari – Tukun = Lempar
    – Iyah = Wah – Suting = Satu
    – Nyapang = Kenapa – Mahaga = Mendapatkan
    – Pampu Ai = Aduh – Julung = Serahkan
    – Arai = Bahagia – Hinip = Sunyi
    – Mamantat = Menyadap (karet) – Naun = Kamu/ Kalian
    – Mahangu = Merenung – Para = Karet

    Penggunaan kata-kata tersebut di atas sering dilakukan dalam kegiatan interaksi di luar kelas khususnya dan di masyarakat umumnya. Namun pelafalan kata-kata tersebut intonasinya lebih panjang daripada Bahasa Banjar Hulu karena sudah terpengaruh oleh Bahasa Dayak Pitap.

    G. METODE PENELITIAN
    1. Penentuan Lokasi Penelitian
    Lokasi penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Awayan yang terletak di Komplek Kecamatan Awayan Jl. Ciputat No. 1 Awayan. Adapun alasan penentuan lokasi tersebut dikarenakan SMP Negeri 1 Awayan merupakan Sekolah Menengah Pertama yang disana ada beberapa orang anak yang berasal dari suku Dayak Pitap menempuh pendidikan di sana. Faktor inilah yang mendorong peneliti melakukan kegiatan penelitian di sekolah tersebut.

    2. Metode yang Digunakan
    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif dengan maksud untuk mengetahui secara objektif pengaruh Bahasa Dayak Pitap dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Awayan.

    3. Variabel Penelitian dan Operasionalnya
    Adapun variabel dalam penelitian ini terdiri dari :
    Variabel utama
    Interferensi Bahasa Dayak Pitap dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Awayan.
    Sub Variabel
    Pengertian Interferensi
    Pengertian Bahasa Dayak Pitap
    Pengaruh Bahasa Dayak Pitap dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Awayan

    4. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel
    Populasi dalam penelitian ini adalah semua guru Bahasa Indonesia dari kelas VII sampai kelas IX dan para siswa yang ada disana. Teknik penarikan sampel adalah purposive sampling atau sampel purposif yang merupakan salah satu pengambilan sampel dengan melihat langsung objek yang di teliti.

    5. Jenis dan Sumber Data
    Sumber data adalah subjek darimana data dapat di peroleh untuk kemudian diolah dan di klasifikasikan. Jenis data merupakan data kuantitatif yang berasal dari wawancara dan observasi, dan yang menjadi sumber data adalah responden yakni guru kelas VII, VIII, dan IX yang mengajar matapelajaran Bahasa Indonesia juga siswa-siswi yang terlibat di dalamnya.

    6. Teknik Pengumpulan Data
    Untuk menggali informasi, dalam penelitian akan digunakan instrumen wawancara dan observasi yang diajukan kepada narasumber yakni guru kelas VII, VIII, dan IX yang mengajar matapelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Awayan dan seluruh siswa-siswi yang terlibat di dalamnya. Sedangkan observasi akan dilaksanakan ketika guru sedang mengajar matapelajaran Bahasa Indonesia di kelas dan ketika siswa sedang berada di luar kelas maupun di waktu istirahat. Karena itu kegiatan observasi yang dilakukan akan bersifat langsung ketika guru
    mengajar di kelas dan ketika siswa berada di luar kelas saat berinteraksi dengan kawan-kawannya.

    7. Teknik Pengolahan Data
    Data yang diperoleh dari wawancara dan observasi akan dianalisis dan ditafsirkan melalui uraian kalimat. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa data wawancara dan observasi tidak dapat diolah secara kuantitatif sebagaimana data dalam angket. Selain itu perlu ditambahkan bahwa instrumen wawancara dan observasi merupakan metode utama yang digunakan peneliti. Sehingga penelitian ini bersifat kuantitatif meskipun tidak menggunakan angket.

    8. Jadwal Waktu Penelitian
    Penelitian ini di jadwalkan berlangsung selama 1 bulan dengan urutan kegiatan sebagai berikut :

    No. Urut Kegiatan Penelitian 1 Bulan
    Minggu Ke 1 Persiapan
    Pengumpulan Data
    Minggu Ke 2
    Minggu Ke 3
    Minggu Ke 4

    Analisis/ Pengolahan Data

    4. Penyusunan Laporan

    5. Penggandaan dan Penjilidan

    6. Pengiriman Laporan

    H. DAFTAR PUSTAKA
    Artha, Artum. 1973. Beberapa Masalah Kebudayaan Banjar. Surabaya : PT. Bina Ilmu.

    Chaer, Abdul. Tanpa tahun. Linguistik Umum. Tanpa kota : Rineka Cipta.

    Facebook. 2009. Suku Dayak, Kadir menulis pada 05 April 2009. 16/ 6/ 2007.

    Hapip, Abdul Djebar. 2008. Kamus Banjar Indonesia. Banjarmasin : CV. ADITAMA.

    http://id.wikipedia.org/wiki/orang_dayak_pitap. 2008. Orang Dayak Pitap-Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, 27 April 2008.

    Mairini. 2008. Penggunaan Metode Dalam Pengajaran Membaca Permulaan Di Sekolah Dasar Muhammadiyah 6 Banjarmasin. Proposal Skripsi. Banjarmasin : STKIP PGRI.

    Tim. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed. 3-cet. 4. Jakarta : Balai Pustaka.

    Widyamartaya, A. 1989. Seni Menerjemahkan. Yogyakarta : Kanisius.

  41. Abdul Wahab (NPM 3060811475)
    15/07/2010 pukul 9:48 am

    SEBUAH PROPOSAL PENELITIAN

    O l e h

    ABDUL WAHAB
    3 0 6 0 8 1 1 4 7 5

    STKIP PGRI
    BANJARMASIN
    TAHUN AKADEMIK 2009/ 2010

    A. JUDUL TENTATIF

    INTERFERENSI BAHASA DAYAK PITAP DALAM PENGAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMPN 1 AWAYAN.

    B. LATAR BELAKANG MASALAH
    Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa nah, dari pelbagai suku itu bahasa yang di gunakan-pun banyak ragamnya pula. Komunitas Suku Dayak memang mendiami wilayah Kalimantan Timur dan Tengah, tetapi di Kalimantan Selatan juga terdapat Suku Dayak.
    Kabupaten Balangan adalah satu dari kediaman Suku Dayak di Kalimantan Selatan. “ Para ahli beranggapan bahwa suku-suku bangsa di Indonesia adalah keturunan para migran yang datang dari luar Indonesia. Para migran ini datang ke Indonesia dengan cara bergelombang dalam selisih waktu lebih 2000 tahun. Diperkirakan dari Madagaskar mereka datang ke Indonesia melalui Cina Selatan, tepatnya dari Provinsi Yunan. Dari Yunan mereka melalui Indochina dan Thailand kemudian sampai di Indonesia. “ (394 NUR m)
    Salah satu suku yang ada di Kalimantan Selatan adalah Suku Dayak Bukit yaitu Suku Dayak yang bermukim di daerah Pegunungan Meratus Kalimantan Selatan. Populasi Suku Dayak Bukit di Kalimantan Selatan pada sensus penduduk tahun 2000 berjumlah 35. 838 jiwa, sebagian besar daripadanya terdapat di Kabupaten Pulau Laut, Kotabaru yang berjumlah 14. 508 jiwa.

    Beberapa golongan Dayak Bukit yaitu :
    Dayak Pitap, di hulu sungai Pitap, kecamatan Awayan, Balangan
    Dayak Hantakan, di kecamatan Hantakan, Hulu Sungai Tengah
    Dayak Haruyan ,di kecamatan Haruyan, Hulu Sungai Tengah
    Dayak Loksado, di kecamatan Loksado, Hulu Sungai Selatan
    Dayak Piani, di kecamatan Piani, Tapin
    Dayak Paramasan, di kecamatan Paramasan, Banjar
    Dayak Riam Adungan, di kecamatan Kintap, Tanah Laut
    Dayak Bajuin, di kecamatan Pelaihari, Tanah Laut
    Dayak Bangkalaan, di kecamatan Kelumpang Hulu, Kotabaru
    Dayak Sampanahan, di kecamatan Sampanahan, Kotabaru
    Dayak Labuhan, di Birayang, Hulu Sungai Tengah

    Dayak Pitap merupakan sebutan bagi kelompok masyarakat yang terikat secara keturunan dan aturan adat, mendiami kawasan disekitar hulu-hulu sungai Pitap dan anak sungai lainnya. Sungai Pitap itu sendiri awalnya bernama sungai Kitab. Menurut keyakinan mereka, di tanah mereka-lah turunnya Kitab yang menjadi rebutan. Oleh datu mereka supaya ajaran kitab tersebut selalu ada maka kitab tersebut ditelan/ dimakan atau dalam istilah mereka dipitapkan, sehingga ajaran agama mereka akan selalu ada di hati dan di akal pikiran. Kata kitab pun akhirnya berubah menjadi pitap sehingga nama sungai dan masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut berubah manjadi Pitap.
    Sedangkan sebutan dayak ini mengacu pada kesukuan mereka. Oleh beberapa literatur mereka dimasukkan kedalam rumpun Dayak Bukit,namun pada kenyataan mereka lebih senang disebut sebagai orang Pitap atau Dayak Pitap, ini juga terjadi pada daerah-daerah lain di Meratus.
    Para leluhur masyarakat Dayak Pitap mula-mula tinggal di daerah Tanah Hidup, yaitu daerah perbatasan Kabupaten Balangan dengan Kabupaten Kotabaru (dipuncak pegunungan Meratus). Tanah hidup menjadi wilayah tanah keramat yang diyakini sebagai daerah asal mula leluhur mereka hidup.
    Secara administratif, Dayak Pitap berada di 3 Desa yaitu Dayak Pitap, Langkap dan Mayanau (1 RT) Kecamatan Awayan, Balangan, semula sebelum keluar UU No. Tentang Pembentukan Kabupaten Tanah Bumbu dan Balangan berada di kabupaten Hulu Sungai Utara.
    Semula merupakan satu, Dayak Pitap memiliki pemerintahan sendiri dengan pusat pemerintahan berada di Langkap. Dengan adanya peraturan sistem pemerintahan desa pada tahun 1997 dibentuk pemerintahan desa Dayak Pitap dengan pusat pemerintahan waktu itu berada di Langkap.
    Dayak Pitap terbagi terdiri dari 5 kampung besar yaitu
    1. Langkap
    2. Iyam
    3. Ajung
    4. Panikin
    5. Kambiyain.

    Kemudian tahun 1982 wilayah dayak pitap dibagi menjadi 5 desa, berdasarkan peraturan menteri dalam negeri no 2/tahun 1980 tentang pedoman pembentukan, pemecahan, penyatuan, dan penghapusan kelurahan dan peraturan menteri dalam negeri no. 4 tahun 1981 tentang pembentukan, pemecahan, penyatuan dan penghapusan desa. Selanjutnya berdasarkan SK Camat tahun 1983 kampung Ajung di gabung ke Iyam. Tahun 1998 kampung Iyam dan kampung Kambiyain digabungkan jadi satu dengan kampung Ajung dengan pusat pemerintahan di Ajung Hilir.
    Secara geografis, wilayah Dayak Pitap berada di bentangan pegungan Meratus yang terletak antara 115035’55” sampai 115047’43” Bujur timur dan 02025’32” sampai 02035’26” Lintang selatan. Jarak desa ke ibukota kecamatan 35 Km, Jarak desa ke ibukota kabupaten. 48 Km dan jarak desa ke ibukota propinsi 231 Km. Sebelah timur berbatasan dengan wilayah Kecamatan Sungai Durian, Kotabaru, sebelah barat berbatasan dengan Desa GunungBatu dan Desa Auh Kecamatan Awayan sekarang Kecamatan Tebing Tinggi, Balangan, sebelah utara berbatasan dengan Halong, Balangan dan sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sungai Durian, Kotabaru dan Kecamatan Batang Alai Selatan, Hulu Sungai Tengah.

    – BAHASA MELAYU BUKIT
    Bahasa Dayak Bukit, menurut penelitian banyak kamiripan dengan dialek Bahasa Banjar Hulu. Ada pulu yang menamakan bahasa Bukit sebagai “Bahasa Banjar archais”. Bahasa Bukit termasuk Bahasa Melayu Lokal yang disebut Bahasa Melayu Bukit (bvu).
    Perbandingan hubungan Suku Bukit dengan Suku Banjar, seperti hubungan Suku Baduy dengan Suku Banten. Suku Banjar dan Suku Banten merupakan suku yang hampir seluruhnya memeluk islam, sedangkan suku Bukit dan suku Baduy merupakan suku yang teguh mempertahankan religi sukunya yang digolongkan dalam Kaharingan.
    Keberadaan masyarakat Dayak Pitap ini tentu saja memberikan pengaruh penggunaan bahasa di daerah Awayan tersebut. Terutama di Lingkungan pendidikan dan pengajaran Bahasa Indonesia di SMPN 1 Awayan. Atas dasar uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengangkat hal tersebut dalam sebuah penelitian yang berjudul “Interferensi Bahasa Dayak Pitap dalam pengajaran Bahasa Indonesia di SMPN 1 Awayan”.

    C. RUMUSAN MASALAH
    Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti, yaitu :
    1. Bagaimanakah penggunaan Bahasa Dayak Pitap dalam kehidupan sehari-hari?
    2. Bagaimanakah pengaruh Bahasa Dayak Pitap dalam pengajaran Bahasa Indonesia?

    D. TUJUAN PENELITIAN
    1. Memaparkan penggunaan Bahasa Dayak Pitap dalam kehidupan sehari-hari.
    2. Mendeskripsikan pengaruh Bahasa Dayak Pitap khususnya dalam pengajaran Bahasa Indonesia.

    E. KEGUNAAN PENELITIAN
    Hasil penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat berguna untuk :
    1. Mengetahui penggunaan Bahasa Dayak Pitap dalam kehidupan sehari-hari.
    2. Mengetahui pengaruh Bahasa Dayak Pitap dalam pengajaran Bahasa Indonesia.

    F. LANDASAN TEORI
    a. Pengertian Interferensi
    Interferensi adalah masuknya unsur serapan ke dalam bahasa lain yang bersifat melanggar kaidah gramatika bahasa yang menyerap.
    Secara lebih luas interferensi diartikan sebagai pengaruh bahasa yang mempengaruhi bahasa lain, baik dalam bentuk pengucapan dan intonasi bahasa.
    Pengaruh bahasa biasanya bentuknya beragam tergantung penggunaan bahasa yang dipakai dalam lingkungan masyarakat pemakai bahasa tersebut. Pengaruh bahasa dapat dilihat ketika terjadi percakapan antara satu suku yang sama dengan suku lain. Misalnya suku Dayak Bukit dengan suku Bukit yang sama atau antara suku Bukit dengan suku Banjar.

    b. Pengertian Bahasa Dayak Pitap
    Bahasa Dayak Pitap adalah bahasa yang dipakai oleh orang-orang Dayak Pitap yang mendiami Kecamatan Awayan Kabupaten Balangan. Menurut penelitian Bahasa Dayak Pitap banyak kemiripan dengan dialek Bahasa Banjar Hulu (BBH). Sering juga disebut Bahasa Melayu Lokal atau Bahasa Melayu Bukit. Akan tetapi cara pengucapan orang Dayak Pitap, biasanya terasa lebih kasar daripada pengucapan orang Banjar. Secara garis besar baik orang Dayak Pitap dan orang Banjar/ Melayu Lokal tak ada perbedaan dalam kebahasaan sehari-hari.
    Masyarakat di Awayan lebih cenderung menggunakan Bahasa Banjar Hulu (BBH) daripada Bahasa Dayak Pitap, tapi dalam situasi dan kondisi tertentu orang Dayak Pitap apabila bertemu dengan sesama orang Dayak Pitap mereka bisa akan menggunakan Bahasa Dayak Pitap dalam berinteraksi. Dalam peristiwa Aruh Baharin misalnya, atau dalam acara Aruh Bawanang, Aruh Adat, dan lain-lain.

    c. Pengaruh Bahasa Dayak Pitap
    Keberadaan Bahasa Dayak Pitap tentu saja mempunyai pengaruh dalam kehidupan sosial di Kecamatan Awayan. Kemajuan di Kecamatan Awayan tersebut mencakup bidang adat, sosial, budaya, dan dunia pendidikan. Salah satu lembaga pendidikan yang ada disana adalah SMP Negeri 1 Awayan. Sekolah tersebut berada di Komplek Kecamatan Awayan, Jalan Ciputat nomor 1 Awayan.
    Dengan jumlah kelas sebanyak 3 lokal, jumlah murid sebanyak 80 oarang, dan jumlah guru 15 orang tentu saja mempunyai ragam variasi dialek bahasa. Dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia, ketika guru menyampaikan pelajaran terkadang pemakaian bahasa lebih cenderung menggunakan Bahasa Indonesia, namun ketika siswa berinteraksi dengan temannya dia lebih cenderung menggunakan Bahasa Banjar Hulu. Namun bahasa itu tidak sesuai lagi dengan kaidah ketatabahasaan Bahasa Banjar. Pada kata-kata tertentu terkadang intonasi kata berubah menjadi lebih panjang dan dialek Bahasa Banjar Hulu memiliki kemiripan dengan Bahasa Melayu Bukit.
    Dengan demikian perbedaan dialek ini tentu saja menuntut kita untuk mampu menterjemahkan bahasa tersebut agar dapat memahami maknanya dan dapat berinteraksi dengan luas.
    Dalam resensi Willie Koen, disebutkan bahwa menurut Nida dan Traber proses menerjemahkan “dapat diringkas sebagai berikut: analysis – transfer – restructuring. Analysis digunakan untuk mengetahui pesan yang ingin diterjemahkan, dan memuat analisis gramatikal, analisis semantic (baik arti referensial maupun arti konotatif). Transfer mempersoalkan “bagaimana hasil analisis tersebut di atas ditransfer dari bahasa sumber ke bahasa terjemahan dengan sesedikit pemincangan arti dan konotasi tetapi dengan kesamaan reaksi seperti pada orang aslinya. Maka di sini perlu diperingatkan adanya sikap hati-hati, jangan-jangan soal-soal pribadi dimasukkan. … dibicarakan pula kerjasama antara penerjemah sendiri, dan antara mereka dan orang asing pada tingkat transfer.” Restructuring membicarakan “macam-macam bahasa atau gaya bahasa, teknik yang dapat dipakai untuk membuat gaya yang diinginkan”.
    Resensi Willie Koen juga memberitahukan kepada kita bahwa setelah selesai menerjemahkan Nida masih menekankan pentingnya “pengetesan mengenai ketepatan terjemahan, dapat dimengerti tidaknya, kesesuaian gaya bahasanya, dan seterusnya. Perhatian diarahkan kepada kesesuaian dinamisnya, tidak sebegitu pada kesesuaian katanya, dengan kata lain kepada cara bagaimana penerima terjemahan itu mereaksi”.
    De Maar, dalam petunjuk-petunjuknya mengenai cara menerjemahkan, juga menunjukkan adanya tiga tahap dalam proses penerjemahan:
    Bacalah dengan tuntas karangan dua atau tiga kali untuk memperoleh suatu pemahaman yang jelas mengenai arti umum dari seluruhnya maupun hubungan-hubungan dari bagian-bagiannya.

    Proses penerjemahan meliputi tiga tahap:
    a. membaca dan mengerti karangan itu;
    b. menyerap segenap isinya dan membuatnya menjadi kepunyaan kita;
    c. mengungkapkannya dalam langgam bahasa kita dengan kemungkinan perubahan sekecil-kecilnya akan arti atau nadanya.
    Dr. Ronald H. Bathgate, dalam karangannya yang berjudul “A Survey of Translation Theory”, mengemukakan tujuh unsure, langkah, atau bagian integral dari proses penerjemahan sebagai berikut ini:
    1) Tuning (Penjajagan)
    2) Analysis (Penguraian)
    3) Understanding (Pemahaman)
    4) Terminology (Peristilahan)
    5) Restructuring (Perakitan)
    6) Checking (Pengecekan)
    7) Discussion (Pembicaraan)

    Selain kita mampu menterjemahkan bahasa, kalimat,atau karangan tersebut kita juga dituntut untuk mampu melafalkan bahasa tersebut dalam kegiatan interaksi sosial. Selain berpengaruh dalam pengajaran Bahasa Indonesia di kelas, bahasa Dayak Pitap juga berpengaruh dalam pemakaian Bahasa Banjar ketika mereka berada di luar kelas maupun waktu istirahat di luar kelas. Terkadang ketika siswa memanggil atau berbicara dengan temannya dia lebih cenderung menggunakan dialek bahasa melayu, misalnya :

    – Sia dah = Kemari – Tukun = Lempar
    – Iyah = Wah – Suting = Satu
    – Nyapang = Kenapa – Mahaga = Mendapatkan
    – Pampu Ai = Aduh – Julung = Serahkan
    – Arai = Bahagia – Hinip = Sunyi
    – Mamantat = Menyadap (karet) – Naun = Kamu/ Kalian
    – Mahangu = Merenung – Para = Karet

    Penggunaan kata-kata tersebut di atas sering dilakukan dalam kegiatan interaksi di luar kelas khususnya dan di masyarakat umumnya. Namun pelafalan kata-kata tersebut intonasinya lebih panjang daripada Bahasa Banjar Hulu karena sudah terpengaruh oleh Bahasa Dayak Pitap.

    G. METODE PENELITIAN
    1. Penentuan Lokasi Penelitian
    Lokasi penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Awayan yang terletak di Komplek Kecamatan Awayan Jl. Ciputat No. 1 Awayan. Adapun alasan penentuan lokasi tersebut dikarenakan SMP Negeri 1 Awayan merupakan Sekolah Menengah Pertama yang disana ada beberapa orang anak yang berasal dari suku Dayak Pitap menempuh pendidikan di sana. Faktor inilah yang mendorong peneliti melakukan kegiatan penelitian di sekolah tersebut.

    2. Metode yang Digunakan
    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif dengan maksud untuk mengetahui secara objektif pengaruh Bahasa Dayak Pitap dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Awayan.

    3. Variabel Penelitian dan Operasionalnya
    Adapun variabel dalam penelitian ini terdiri dari :
    Variabel utama
    Interferensi Bahasa Dayak Pitap dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Awayan.
    Sub Variabel
    Pengertian Interferensi
    Pengertian Bahasa Dayak Pitap
    Pengaruh Bahasa Dayak Pitap dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Awayan

    4. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel
    Populasi dalam penelitian ini adalah semua guru Bahasa Indonesia dari kelas VII sampai kelas IX dan para siswa yang ada disana. Teknik penarikan sampel adalah purposive sampling atau sampel purposif yang merupakan salah satu pengambilan sampel dengan melihat langsung objek yang di teliti.

    5. Jenis dan Sumber Data
    Sumber data adalah subjek darimana data dapat di peroleh untuk kemudian diolah dan di klasifikasikan. Jenis data merupakan data kuantitatif yang berasal dari wawancara dan observasi, dan yang menjadi sumber data adalah responden yakni guru kelas VII, VIII, dan IX yang mengajar matapelajaran Bahasa Indonesia juga siswa-siswi yang terlibat di dalamnya.

    6. Teknik Pengumpulan Data
    Untuk menggali informasi, dalam penelitian akan digunakan instrumen wawancara dan observasi yang diajukan kepada narasumber yakni guru kelas VII, VIII, dan IX yang mengajar matapelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Awayan dan seluruh siswa-siswi yang terlibat di dalamnya. Sedangkan observasi akan dilaksanakan ketika guru sedang mengajar matapelajaran Bahasa Indonesia di kelas dan ketika siswa sedang berada di luar kelas maupun di waktu istirahat. Karena itu kegiatan observasi yang dilakukan akan bersifat langsung ketika guru
    mengajar di kelas dan ketika siswa berada di luar kelas saat berinteraksi dengan kawan-kawannya.

    7. Teknik Pengolahan Data
    Data yang diperoleh dari wawancara dan observasi akan dianalisis dan ditafsirkan melalui uraian kalimat. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa data wawancara dan observasi tidak dapat diolah secara kuantitatif sebagaimana data dalam angket. Selain itu perlu ditambahkan bahwa instrumen wawancara dan observasi merupakan metode utama yang digunakan peneliti. Sehingga penelitian ini bersifat kuantitatif meskipun tidak menggunakan angket.

    8. Jadwal Waktu Penelitian
    Penelitian ini di jadwalkan berlangsung selama 1 bulan dengan urutan kegiatan sebagai berikut :

    No. Urut Kegiatan Penelitian 1 Bulan
    Minggu Ke 1 Persiapan
    Pengumpulan Data
    Minggu Ke 2 Analisis/ Pengolahan Data
    Minggu Ke 3 Penyusunan Laporan
    Penggandaan dan Penjilidan
    Minggu Ke 4 Pengiriman Laporan

    H. DAFTAR PUSTAKA
    Artha, Artum. 1973. Beberapa Masalah Kebudayaan Banjar. Surabaya : PT. Bina Ilmu.

    Chaer, Abdul. Tanpa tahun. Linguistik Umum. Tanpa kota : Rineka Cipta.

    Facebook. 2009. Suku Dayak, Kadir menulis pada 05 April 2009. 16/ 6/ 2007.

    Hapip, Abdul Djebar. 2008. Kamus Banjar Indonesia. Banjarmasin : CV. ADITAMA.

    http://id.wikipedia.org/wiki/orang_dayak_pitap. 2008. Orang Dayak Pitap-Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, 27 April 2008.

    Mairini. 2008. Penggunaan Metode Dalam Pengajaran Membaca Permulaan Di Sekolah Dasar Muhammadiyah 6 Banjarmasin. Proposal Skripsi. Banjarmasin : STKIP PGRI.

    Tim. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed. 3-cet. 4. Jakarta : Balai Pustaka.

    Widyamartaya, A. 1989. Seni Menerjemahkan. Yogyakarta : Kanisius.

  42. Abdul Hadi
    16/07/2010 pukul 9:05 am

    Nama : Abdul Hadi
    NPM : 3060811474
    jurusan : PBSID Transfer
    Semester : IV B
    Judul : STUDI PERBANDINGAN MINAT TERHADAP CERPEN DAN PUISI PESERTA DIDIK PROGRAM PAKET C KELAS XI KECAMATAN HALONG
    A. Latar Belakang
    Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Untuk mengembangkan fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang selanjutnya akan disingkat sebagai UU Sisdiknas 20/2003.
    Berdasarkan penjelasan Pasal 17 dan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan yang sederajat dengan SD/MI adalah program seperti A dan yang sederajat dengan SMP/MTs adalah program seperti Paket B, sedangkan pendidikan yang sederajat dengan SMA/MA adalah program seperti Paket C. Amanat Undang-Undang 1945 pasal 31 ayat (1) mengatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Sebagai realisasinya dalam UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat (1) dinyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan.(Sukarno, dkk. 2003)

    Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, tentunya diperlukan manusia-manusia yang berkualitas. Hal ini dapat ditempuh dengan melalui jalur pendidikan. Melaui jalur pendidikan inilah kita dapat mendidik peserta didik, agar menjadi manusia yang cerdas dan memperoleh prestasi menggembirakan, sehingga pada akhirnya mereka dapat disebut atau digolongkan menjadi manusia-manusia yang berkualitas.
    Setiap Totur menginginkan agar peserta didiknya dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya. Namun kenyataan yang ada tidak selalu menunjukkan apa yang diinginkan. Banyak peserta didik yang tidak dapat memperoleh hasil belajar sebagimana yang diharapkan. Karena sebagai suatu proses. Kegiatan belajar mengajar mengandung arti, bahwa kegiatan itu merupakan kegiatan menyeluruh yang tidak terlepas dari faktor dan kondisi yang dapat mempengaruhinya. Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil belajar yang sebaik – baiknya, perlu diperhitungkan faktor-faktor dan kondisi yang mempengaruhi proses kegiatan belajar tersebut, diantaranya adalah faktor pserta itu sendiri, baik dari faktor internal/dalam maupun dari faktor eksternal/luar. Dari faktor internal, salah satu faktor yang juga sangat menentukan atau mempengaruhi proses belajar mengajar adalah faktor psikologis, yaitu suatu keadaan psikis atau kesiapan mental individu untuk melakukan aktifitas (proses belajar mengajar). Salah satu faktor psikis ini adalah faktor minat yang ada dalam diri peserta didik itu sendiri terhadap mata pelajaran yang diberikan. Dengan adanya minat dalam diri peserta didik terhadap mata pelajaran yang diberikan, lebih memungkinkan lagi peserta didik untuk lebih menyenangi dan lebih memusatkan perhatinnya terhadap mata pelajaran tersebut, sehingga nantinya apa yang diberikan akan lebih meresap dan lebih kuat dalam ingatannya, dan pada akhirnya diharapkan prestasi belajar yang diperoleh peserta didik tersebut dapat meningkat.
    Dari pengamatan yang peneliti lakukan dan imformasi yang diperoleh, ternyata perbandingan minat terhadap cerpen dan puisi peserta didik paket C kelas XI Kecamatan Halong memiliki perbedaan. Berdasarkan hal ini peneliti ingin mengadakan penelitian terhadap masalah tersebut, sehingga nantinya prestasi belajar peserta didik ini dapat lebih ditingkatan. Penelitian ini diangkat dengan judul ”Studi Perbandingan Minat Terhadap Cerpen Dan Puisi Peserta Didik Program Paket C Kelas XI Kecamatan Halong”.

    B. Rumusan Masalah
    Agar mempermudah dan memperlancar dalam pelaksanaan penelitian maka perlu terlebih dahulu dirumuskan permasalahan yang akan diteliti, yang nantinya dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan penelitian tersebut. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana studi perbandingan minat, terhadap cerpen dan puisi peserta didik paket C kelas XI Kecamatan Halong?”

    C. Tujuan Penelitian
    Setiap pelaksanaan kegiatan, tentunya tidak akan terlepas dari tujuan yang ingin dicapai. Begitu juga dengan pelaksanaan kegiatan dalam penelitian ini yang mempunyai tujuan, yaitu untuk mengetahui bagaimana studi perbandingan minat terhadap cerpen dan puisi peserta didik paket C kelas XI Kecamatan Halong.

    D. Manfaat Penelitian
    Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat berguna sebagai bahan pemikiran dan pertimbangan bagi pengelola pendidikan, khususnya bagi totur-totur paket C bidang studi Bahasa Indonesia, tentang cara yang diambil untuk membangkitkan dan meningkatkan minat peserta didik terhadap cerpen dan puisi bidang studi Bahasa Indonesia

    E. Kajian Pustaka
    Agar tidak terjadi salah pengertian dalam pembahasan skripsi ini maka ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan, yaitu istilah yang ada hubungannya dengan judul skripsi ini :
    1. Penelitian berarti “Pemeriksaan yang teliti (W.J.S Poerwardar minta, 1989, 1039). Dengan demikia istilah penelitian yang dimaksud dalam skripsi ini adalah suatu kegiatan untuk mengadakan pemeriksaan secara teliti tentang studi perbandingan minat terhadap cerpen dan puisi peserta didik Paket C kelas XI Kecamatan Halong.
    2. Minat adalah: “Perhatian; kesukaan (kecendrungan hati) kepada sesuatu keinginan. (Kamus Umum Bahasa Indonesia, Penerbit Balai Pustaka)
    3. Peserta adalah peserta didik yang mengikuti program paket C. Dalam hal Ini adalah peserta didik paket C kelas XI Kecamatan Halong Kabupaten Balangan.
    4. Paket C Kecamatan Halong adalah suatu program yang dilaksanakan oleh pemerintah/lembaga pendidikan setara dengan SMA/MA yang ada diwilayah Kecamatan Halong kabupaten Balangan sebagai tempat pelaksanaan pendidikan.

    F. Metode Penelitian
    1. Tempat Penelitian
    Yang menjadi tempat dilaksanakanya penelitian tentang studi perbandingan minat terhadap cerpen dan puisi adalah paket C kelas XI Kecamatan Halong.
    2. Obyek Penelitian
    Yang menjadi obyek penelitian adalah peserta didik paket C kelas XI Kecamatan Halong.
    3. Subyek Penelitian
    Yang Menjadi subyek penelitian adalah peserta didik paket C Kecamatan Halong Tahun Ajaran 2009/2010.
    4. Populasi Penelitian
    Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik paket C Kecamatan Halong tahun ajaran 2008/2009 yang berjumlah 122 orang.
    5. Sampel Penelitian
    Karena banyaknya jumlah populasi, maka tidak mungkin bagi peneliti untuk mengadakan penelitian terhadap seluruh populasi tersebut, hal ini di sebabkan kurangnya waktu pada diri peneliti, oleh karena itu peneliti perlu mengadakan penarikkan sampel penelitian yaitu sebagian dari peserta didik paket C Kecamatan Halong dengan jumlah 20 orang. Penarikan sampel ini dilakukan dengan menggunakan teknik Porpusive Randum sampling (Dengan cara Undian).
    6. Metode Penelitian
    Metode yang dipergunakan ini adalah metode deskriptif, dengan tujuan untuk mengadakan pencendraan atau memberi gambar tentang studi perbandingan minat peserta didik paket C kelas XI Kecamatan Halong terhadap cerpen dan puisi pada bidang studi Bahasa Indonesia.
    7. Alat Penggali Data
    Untuk menggali data dalam penelitian ini, adalah dengan menggunakan beberapa alat atau teknik yaitu:
    a. Angket
    Angket digunakan sebagai alat penggali data utama yang diperlukan untuk mengumpulkan informasi/data tentang studi perbandingan minat terhadap cerpen dan puisi peserta didik paket C kelas XI Kecamatan Halong.
    b. Observasi
    Observasi digunakan untuk melihat secara langsung mengenai pelaksanaan proses belajar mengajar bidang studi Bahasa Indonesia. Observasi ini adalah sebagai alat penggali data penunjang dari alat penggali data angket.

    8. Teknik Pengelolaan dan Administrasi
    Data yang diperoleh melalui angket diolah dengan menggunakan teknik perhitungan prosentasi, yaitu dengan rumus :
    Prosentasi = F x 100
    N

    ( NASRUN HARAHAP, 1974,133 )

    Keterangan :
    F = frekuensi jawaban yang diperoleh dari responden
    N = Jumlah responden
    Setelah pengolahan data dengan melalui prosentasi dilaksanakan maka hasil yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

    Tabel Kriteria Analisis Data

    NO
    NILAI
    KRITERIA

    1
    0
    Tidak ada

    2
    1 – 20
    Sebagian terkecil

    3
    21 – 40
    Sebagian kecil

    4
    41 – 60
    Cukup besar

    5
    61 – 80
    Sebagian besar

    6
    81 – 99
    Sebagian terbesar

    7
    100
    Seluruhnya

    Dari hasil analisis ini kemudian ditarik suatu kesimpulan terhadap data yang diperoleh.

    9. Cara Penarikan Kesimpulan
    Cara penarikan kesimpulan di dasarkan pada hasil pengolahan data yang telah dilakukan maka akan dapat diambil kesimpulan tentang studi perbandingan minat peserta didik terhadap cerpen dan puisi paket C kelas XI Kecamatan Halong.

    Daftar Pustaka

    Sukarno, Soemarmo, Ariyanti, Suwito, Arifini. 2003. Undang-Undang R.I. Nomor 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Mini Jaya Abadi.

    Depdikbud, 1989. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Penjelasannya. Aneka Ilmu Semarang Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud, 1991, 87.

    Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 14 Tentang Standar Isi Program Paket C. Propinsi Kalimantan Selatan (PMPTK), 2009.

  43. NAMA : SYAMSUDINNOR
    17/07/2010 pukul 1:54 am

    Nama : SYAMSUDINNOR
    Npm : 3060811509
    Jurusan : PBSID Transfer
    Semester : IV B
    Kelas G Balangan

    PENERAPAN KTSP DALAM PENGAJARAN SASTRA DI MADRASAH IBTIDAIYAH NU HARUYAN KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

    1.Latar Belakang
    Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) telah berhasil diselesaikan, khususnya KTSP pada tingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI). Kurikulum sebagai salah satu substansi pendidikan, oleh sebab itu dirasa perlunya penerapan KTSP pada Madrasah Ibtidaiyah khususnya dalam pengajaran sastra di Madrasah Ibtidaiyah NU Haruyan.
    Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mewujudkan peningkatan mutu dan relevansi pendidikan yang harus dilakukan secara menyeluruh mencakup pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya, pengembangan berbagai aspek pada manusia itu sendiri yang bermuara pada peningkatan dan pengembangan kecakapan hidup yang diwujudkan melalui pencapaian kompetensi peserta didik untuk bertahan hidup serta menyesuikan diri dan berhasil dalam kehidupan.
    Kurikulum ini secara keseluruhan mencakup Visi,Misi, dan Tujuan MI NU Haruyan,Struktur dan muatan Kurikulum,lampiran silabus dan Rencana Pelaksanaan Pelajaran (RPP) yang disusun untuk masing-masing mata pelajaran.
    2.Rumusan Masalah
    Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan permasalahan yang akan diteliti, yaitu :
    a. Bagaimana metode pembelajaran yang disampaikan sesuai dengan KTSP Pengajaran Sastra di MI NU Haruyan?
    b. Bagaimanakah penyesuaian materi yang diajarkan dari KBK menjadi KTSP di MI NU Haruyan?
    c.Apakah manfaat yang didapat dari sitem pengajaran KTSP dalam pengajaran sastra di MI NU Haruyan?
    3.Tujuan Penelitian
    Adapun tujuan penelitian ini adalah :
    a. Memaparkan metode pembelajaran yang disampaikan pada KTSP Pengajaran Sastra di MI NU Haruyan.
    b. Mendiskripsikan penyesuaian materi yang diajarkan dari KBK menjadi KTSP di MI NU Haruyan.
    c.Mengidentifikasikan manfaat yang didapat dari sistem KTSP di MI NU Haruyan.
    4.Kegunaan Penelitian
    Hasil penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat berguna untuk:
    1.Mengetahui metode pembelajaran yang disampaikan pada KTSP Pengajaran Sastra di MI NU Haruyan.
    2.Mengetahui penyesuaian materi yang di ajarkan dari KBK menjadi KTSP di MI NU Haruyan.
    3.Menemukan manfaat yang didapat dari sistem pengajaran KTSP di MI NU Haruyan. 5. Kajian Pustaka
    a. Pengertian KTSP pada Pengajaran sastra
    Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
    KTSP merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 2004 atau juga dikenal dengan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi). Seperti KBK, KTSP juga berbasis kompetensi. KTSP memberikan kebebasan yang besar kepada sekolah untuk menyelenggarakan program pendidikan yang sesuai dengan (1) kondisi lingkungan sekolah, (2) kemampuan peserta didik, (3) sumber belajar yang tersedia, dan (4) kekhasan daerah. Dalam program pendidikan ini, orang tua dan masyarakat dapat terlibat secara aktif.
    b. Metode KTSP guru juga di beri kebebasan untuk memanfaatkan berbagai metode pembelajaran. Guru perlu memanfaatkan berbagai metode pembelajaran yang dapat membangkitkan minat, perhatian, dan kreativitas pesertadidik, metode ceramah perlu dikurangi. Metode-metode lain seperti diskusi, pengamatan, tanya jawab perlu dikembangkan.
    6.Metode Penelitian
    1. Penentuan lokasi Penelitian
    Lokasi penelitian dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah NU Haruyan yang terletak di jalan Divisi IV Alri Haruyan kecamatan Haruyan Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
    2.Metode yang digunakan
    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan maksud untuk mengetahui secara objektif kebervariasian, ketepatan dan kendala pada penggunaan metode dalam Pelaksanaan Pembelajaran KTSP pada pendidikan sastra di MI NU Haruyan.
    3.Variabel Penelitian dan Operasionalnya
    Variabel utama
    Penggunaan Metode pembelajaran yang disampaikan sesuai dengan KTSP Pengajaran Sastra di MI NU Haruyan
    Sub variabel
    Memaparkan metode pembelajaran yang disampaikan pada KTSP pengajaran sastra di MI NU Haruyan.
    Mendiskripsikan penyesuaian materi yang diajarkan dari KBK menjadi KTSP di MI NU Haruyan
    Mengidentifikasikan manfaat yang didapat dari sistem pengajaran KTSP di MI NU Haruyan.
    4.Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
    Populasi dalam penelitian ini adalah guru Bahasa Indonesia dari kelas IV sampai dengan VI sebagai sampel penelitian dari populasi yang ada. Teknik penarikan sampel adalah purpose sampling atau sampel purposif yang merupakan salah satu pengambilan sampel dengan menentukan langsung sampel yang sesuai dengan tujuan peneliti.
    5.Jenis dan Sumber Data
    Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh untuk kemudian diolah dan diklasifikasikan. Jenis data merupakan data kualitatif yang berasal dari instrumen angket, wawancara dan observasi. Dan yang menjadi sumber data adalah responden yakni guru kelas IV, V dan VI yang mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia.
    6.Teknik Pengumpulan Data
    Untuk menggali dalam penelitian akan digunakan instrumen angket dan wawancara yang diajukan kepada nara sumber yakni guru kelas IV, V dan VI yang mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia di MI NU Haruyan. Sedangkan observasi dilakukan ketika guru menerapkan metode pelajaran yang digunakan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.Observasi dilakukan bersifat langsung merekam ketika guru mengunakan metode dalam mengajarkan pembelajaran KTSP Bahasa Indonesia kepada siswa.
    7.Pengolahan dan Analisa Data
    Data yang diperoleh melalui instrumen angket akan diolah dengan menggunakan rumus berikut :

    F
    P = ——– x 100% = Fakta (dalam % )
    N
    Keterangan :

    P = Presentase

    F = Frekuensi jawaban dari responden

    N = Jumlah sampel
    Rumus diatas kemudian akan dihubungkan dengan kriteria presentase yang dapat dikategorikan sebagai berikut :

    1.100% = seluruhnya
    2.75% – 99% = pada umumnya
    3.51% – 74% = sebagian besar
    4.50% = setengahnya
    5.26% – 49% = hampir setengahnya
    6.1% -25% = sebagian kecilnya
    7. 0% = tidak ada

    Sementara data yang didapat dari wawancara dan observasi akan dianalisis dan ditafsirkan melalui uraian kalimat. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa data tidak bisa diolah secara kuantitatif sebagaimana data dalam angket. Selain itu perlu ditambahkan bahwa instrumen wawancara dan observasi hanya berfungsi sebagai pendukung intsrumen utama yaitu meelalui angket. Hal ini berarti bahwa penelitian ini bersifat kualitatif.
    8.Jadwal dan Waktu Penelitian
    Penelitian ini dijadwalkan berlangsung selama 2 minggu dengan urutan kegiatan sebagai berikut :
    No. Kegiatan Penelitian Minggu Minggu
    Urut Ke 1 Ke 2
    1.Persiapan .
    2.Pengumpulan Data .
    3.Analisis / Pengolahan Data .
    4.Penyusunan Laporan .
    5.Pengiriman Laporan .

    7.Daftar Pustaka
    Badan Standar Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
    Buku Master Bahasa dan Sastra Indonesia Permendiknas 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk Tingkat Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah serta Permendiknas.

  44. khalidah
    17/07/2010 pukul 4:06 am

    NAMA:KHALIDAH NPM:3060811518 JURUSAN:PBSID TRANSFER SEMESTER:IV B KELAS G BALANGAN

  45. khalidah
    17/07/2010 pukul 4:22 am

    TUGAS MANDIR

    USULAN
    PENELITIAN TINDAKAN KELAS

    Oleh
    KHALIDAH
    NPM: 3060811518

    MATA KULIAH
    PEENELITIAN SASTRA DAN PENGAJARANNYA
    YANG DIASUH OLEH DOSEN PEMBIMBING
    BAPAK SAINUL HERMAWAN, M. Hum

    DILAKSANAKAN PADA
    SDN HAMARUNG 2 KECAMATAN JUAI
    KABUPATEN BALANGAN
    2010

    SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
    PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
    (STKIP PGRI) BANJARMASIN
    TAHUN 2009/2010
    HALAMAN PENGESAHAN
    USULAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

    1. Judul Penelitian : …………………………………………
    ………………………………………….
    ………………………………………….
    ………………………………………….
    2. Ketua Peneliti
    a. Nama Lengkap : …………………………………………
    b. Jenis Kelamin : …………………………………………
    c. NIP : …………………………………………
    d. Pangkat/Gol : …………………………………………
    e. Mata Ajaran diampu : …………………………………………
    f. Sekolah : …………………………………………
    g. Alamat : …………………………………………

    3. Jumlah Anggota Peneliti : …………………………………………
    Nama Anggota Peneliti : 1) ………………………………………
    2) ………………………………………
    4. Lama Penelitian : …… bulan
    Dari bulan : ……………..
    Sampai bulan : ……………..
    5. Besar Biaya Penelitian : Rp …………………………………….
    ( ……………………………………….)

    Mengetahui,
    Nama sekolah Ketua Peneliti
    Kepala,

    Hj. SRI RUSMITAYRI Nama jelas
    NIP 19670606 198608 2 001 NIP

    A. Judul
    Meningkatkan Kemampuan Ekting dalam bermain peran pada siswa kelas V SDN Hamarung 2 Kecamatan Juai Kabupaten Balangan

    B. Bidang Kajian
    Role playing dalam drama
    C. Pendahuluan
    Salah satu faktor pembelajaran yang dapat mempengaruhi cara belajar dan prestasi yang diperoleh siswa adalah metode pembelajaran. Terdapat berbagai macam metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru antara lain metode ceramah, tanya jawab, penugasan, latihan, demonstrasi dan eksperimen serta perpaduan dari beberapa metode tersebut. Akan tetapi selama ini dalam pembelajaran drama guru masih banyak menggunakan metode ceramah dalam miswa masih kurang dalam penghayatan ekting pengetahuan kepada siswa, sehingga siswa menjadi pasif, bosan, kurang tertarik terhadap pelajaran dan hanya mencatat saja, akibatnya prestasi belajar siswa kurang memuaskan.
    Salah satu cara bermain ekting yang dipelajari di kelas V SD pada semester 2 adalah bagaimana bermain ekting dalam drama di kelas . Berdasarkan data evaluasi hasil belajar satu tahun kelas terakhir, menunjukkan bahwa pelajaran bermain peran dalam drama di kelas V SDN Hamarung 2 Kecamatan Juai Kabupaten Balangan. Dengan tingkat penguasaan rata-rata hanya mencapai 25. Kemampuan ekting siswa terhadap pelajaran bermain peran masih belum maksimal. Bahkan siswa yang telah naik ke kelas VI masih banyak yang belum dapat bermain peran yang naskahnya sudah disediakan.
    Metode pembelajaran yang diterapkan sementara ini adalah metode pembelajaran latihan . Metode ini mempunyai kelemahan kurang mengaktifkan interaksi siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru, sehingga diduga menjadi salah satu penyebab penguasaan metode yang tidak optimal. Oleh karena perlu alternatif metode atau pendekatan yang tepat untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap penghahayatan tentang ekting.
    Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran materi tersebut adalah salah satunya dengan mengkondisikan pembelajaran sedemikian rupa agar pembelajaran menjadi lebih variatif dan menarik bagi siswa sehingga siswa mendapatkan suatu kemudahan dan merasa senang dalam belajar ekting dalam drama di kelas V. Hal ini dapat dipahami, karena rasa senang dalam belajar merupakan kunci sukses dalam menguasai pelajaran secara utuh dan baik.
    Dengan metode Role Playing, hasil belajar siswa yaitu mencapai 75 % untuk taraf penguasaan te rhadap materi yang diajarkan
    Rata-rata prestasi siswa meningkat dari 82,3 % pada siklus I menjadi 90,4 % pada siklus II atau mengalami peningkatan sebesar 8,1 %.

    D. Rumusan dan Pemecahan Masalah
    1. Rumusan masalah
    Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
    (1) Bagaimana peningkatan penghayatan dalam berperan ekting siswa dalam drama di kelas V yang diajarkan menggunakan model Role Playing?
    (2) Bagaimana persepsi siswa kelas V SDN Hamarung 2 Kecamatan Juai Kabupaten Balangan terhadap model pembelajaran Role Playing?
    2. Pemecahan Masalah
    Siswa dapat memerankan peran, meningkatnya kemampuan ekting siswa semakin baik.
    E. Tujuan Penelitian
    Tujuan penelitian ini adalah untuk:
    (1) Meningkatkan kemampuan ekting siswa kelas V SDN Hamarung 2 Kecamatan Juai Kabupaten Balangan
    (2) Kelas V SDN Hamarung 2 Kecamatan Juai Kabupaten Balangan terhadap materi Pelajaran ekting drama di kelas yang diajarkan menggunakan model Role Playing.
    (3) Mengetahui bagaimana respon siswa kelas V SDN Sabilal Hamarung 2 terhadap pembelajaran meningkatkan kemampuan ekting dalam bermain peran dengan metode role playing yang diajarkan

    F. Manfaat Penelitian
    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
    (1) Bagi guru: dapat mengenal lebih jauh tentang model role playing sebagai salah satu model pembelajaran dan dapat menerapkannya dalam pembelajaran kemempuan ekting siswa dalam bermain peran .
    (2) Bagi siswa: dengan mengenal berbagai variasi metode belajar mengajar ekting dalam bermain peran, siswa tidak merasa bosan dan memperoleh kemudahan dalam belajar serta dapat meningkatkan prestasi belajarnya terhadap pelajaran bermain peran, khususnya terhadap penghayatan ekting dalam bermain peran.
    (3) Sekolah: hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu proses pembelajaran.

    G. Tinjauan Pustaka
    5.1 Pembelajaran Kooperatif
    Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning mengacu pada metode pengajaran di mana siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar. Banyak terdapat pendekatan koopertaif yang berbeda satu dengan yang lainnya. Salah satu ciri khas pembelajaran kooperatif adalah siswa ditempatkan pada kelompok-kelompok kooperatif dan tinggal bersama sebagai satu kelompok untuk beberapa minggu atau bulan (Nur & Wikandari, 2000).
    5.2 Role Playing
    Role playing merupakan salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif. Menurut macam-macam metode pembelajarran yang efektif tipe ini telah dimana metode ini menggunakan tim heterogen sedangkan format pengajaran dan lembar kerjanya sama dengan memperagakan lakon atau watak yang ada pada naskah teks drama tersebut. Role playing memperaktekkan langsung di depan orang banyamk , sehingga setiap siswa bersaing dengan tim lain yang sama sebagai wakil dari tim mereka yang mampu memainkan peran atau kemampuan ektingnya terbaik dari yang sebelumnya
    Pembelajaran kooperatif tipe role playing merupakan salah satu teknik pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam satu tim/kelompok kecil yang terdiri dari siswa yang berbeda-beda latar belakangnya, baik kemampuan akademik, sosial, budaya, agama, suku dan jenis kelamin. Siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan point untuk skor tim mereka.
    Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe Role Playing adalah sebagai berikut:
    1. Guru menyusun/meenyiapkan scenario yang akan ditampilkan
    2. Menunjukkan beberapa siswa untuk mempelajari scenario dua hari sebelum
    KBM
    3. Guru membentik kelompok siswa yang anggotanya 5 orang
    4. Membarikan penjelasan tentang kopetensi yang ingin dicapai
    5. Memanggil para siswa yang telah ditunjuk untuk melakonkan scenario yang
    sudah disiapkan
    6. Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil
    Mempersiapkan mengamati scenario yang sedang diperagakan
    7. Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai
    Sebagai lembar kerja untuk membahas
    8. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya
    9. Guru memberikan kesimpulan secara umum
    10. Evaluasi
    11. Penutup
    . Nilai untuk masing-masing kelompok disusun dan dibandingkan dengan penilaian sebelumnya. Siswa yang mendapatkan peningkatan akan diberi hadiah.
    Taraf kemampuan ekting dalam bermain peran siswa akan meningkat apabila menggunakan model pembelajaran role playing. Hal ini didukung dengan adanya temuan-temuan yang menyatakan bahwa:
    (1) Model pembelajaran role playing efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya terhadap materi bermain peran kemampuan ekting semakin meningkat dan taraf penguasaan siswa dapat melampaui 75% dari materi yang diajarkan. Peningkatan persentase prestasi belajar siswa mencapai 8,0.% yakni dari 82,3% menjadi 8.1%
    (2) Taraf penguasaan siswa dapat melampaui 75% dari materi yang diajarkan. Rata-rata prestasi belajar siswa kelas V meningkat dari 48,29% pada siklus I menjadi 88,56% pada siklus II atau mengalami peningkatan sebesar 40,27%

    F. Metode Penelitian
    6.1 Rancangan Penelitian
    Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian ini menginginkan terjadinya perbaikan, peningkatan dan perubahan proses ataupun hasil belajar yang lebih baik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
    Siklus I dilaksanakan dalam dua kali tindakan kelas, sedangkan siklus II dilaksanakan dalam sekali tindakan kelas, sehingga untuk 2 siklus terdapat tiga kali tindakan kelas. Pembelajaran siklus II hanya difokuskan pada konsep yang belum dikuasai oleh siswa saja, yang ditemukan dari hasil evaluasi pada siklus I. Tiap siklus terdiri dari tahapan-tahapan; (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan tindakan (action), (3) observasi dan evaluasi, serta (4) analisis dan refleksi. Evaluasi dilakukan setelah siklus I dan siklus II selesai. Evaluasi ini merupakan hasil dari tingkat pemahaman siswa terhadap kemampuan ekting dalam bermain peran .

    6.2 Waktu dan Tempat Penelitian
    Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni 2010 , di SDN kelas V Hamarung 2 Kecamatan Juai Kabupaten Balangan. Tindakan kelas ini dilaksanakan pada tanggal 7 – 12 Juni 2010

    6.3 Subjek Penelitian
    Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas V dengan jumlah siswa sebanyak 15 orang, yang terdiri dari 7 orang siswa dan 8 orang siswi dengan tingkat kemampuan ekting siswa yang sangat bervariasi.
    6.4 Teknik Pengumpulan Data
    Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
    (1) Tes
    Teknik ini digunakan untuk memperoleh data mengenai prestasi belajar yang dicapai siswa sebelum dan sesudah pembelajaran. Teknik tes dilakukan dengan memberikan serangkaian bermain peran kepada siswa.
    (2) Observasi
    Teknik ini digunakan untuk memperoleh data-data tentang kegiatan belajar guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Daftar observasi ini dikumpulkan menggunakan lembar pengamatan meliputi aspek langkah-langkah pembelajaran, pengelolaan waktu dan kesan umum pembelajaran.
    (3) Angket
    Teknik ini digunakan untuk melihat respon siswa terhadap model pembelajaran tipe Role Playing. Angket ini disebarkan pada akhir siklus II atau pada akhir pertemuan tindakan kelas.

    6.5 Pengembangan Instrumen Penelitian
    6.5.1 Instrumen tes hasil belajar
    Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa tentan bagaimana meningkatka kemampian ekting yang dirancang oleh peneliti. Item tes yang digunakan sebanyak 15 soal dengan mengacu dari beberapa buku diantaranya buku Aku Cinta Bahasa Indonesia kelas V Penerbit Tiga Serangkai, Erlangga dan Intan Pariwara. Instrumen tes ini divalidasi kepada 2 orang guru dan satu orang guru kepala sekolah di sekolah tersebut untuk mengetahui validitas isinya (content validity). Sebuah tes dikatakan mempunyai validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi (isi pelajaran) atau kurikulum.
    Kriteria penilaian lembaran soal yang direncanakan sebagai instrumen penelitian adalah:
    0 = Jika indikator instrumen tidak sesuai dengan butir soal dan instrumen tidak komunikatif.
    1 = Jika indikator instrumen sesuai dengan butir soal tetapi instrumen tidak komunikatif atau sebaliknya.
    2 = Jika indikator instrumen sesuai dengan butir soal dan komunikatif.

    Tim penilai juga diminta memberikan catatan perbaikan jika dipandang perlu. Hasil penilaian tersebut kemudian dihitung validitasnya dengan menggunakan rumus:
    Untuk soal yang relevan: P =
    Untuk menghitung validitas isi oleh ketiga tim penilai digunakan rumus:

    Keterangan:
    P : Persentase validitas isi yang dicari
    PA : Persentase validitas isi oleh penilai A
    PB : Persentase validitas isi oleh penilai B
    PC : Persentase validitas isi oleh penilai C
    Hasil skor penilaian instrumen tersebut kemudian dihitung rata-rata persentasenya. Jika pemberian skor 2 di atas 75% maka instrumen dikatakan valid (Samuel dan Gabel dalam Winarti, 2000).

    6.5.2 Angket respon siswa
    Angket respon siswa mempunyai 10 item pertanyaan, masing-masing pertanyaan memiliki 5 kolom jawaban. Tiap kolom jawaban berisikan masing-masing pernyataan berupa: SS (sangat setuju), S (setuju), RR (ragu-ragu), TS (tidak setuju) dan STS (sangat tidak setuju). Apabila siswa memberikan respon SS terhadap model Role playing maka akan diberi poin 5, S diberi poin 4, RR diberi poin 3, ST diberi poin 2 dan STS diberi poin 1.

    6.6 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
    Penelitian ini akan dilakukan sesuai dengan tahapan-tahapan penelitian tindakan kelas, prosedur penelitian pada masing-masing siklus meliputi:
    (1) Perencanaan
    Kegiatan-kegiatan dalam tahap ini meliputi: membuat rencana pembelajaran pada pokok bahasan bermain peran, membuat skenario pembelajaran, menyiapkan kartu-kartu soal, menyusun LKS untuk kegiatan diskusi, menyiapkan alat bantu mengajar yang diperlukan, mendesain alat evaluasi dan menyusun skala sikap untuk mengetahui seberapa besar kesan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan model Role Playing.

    (2) Pelaksanaan tindakan
    Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah dirancang pada tahap sebelumnya dan pengajarnya adalah peneliti sendiri. Kegiatan pertama yang dilakukan pada siklus I adalah presentasi atau kemampuan ekting dalam bermain peran. Kegiatan kedua adalah pembagian kelompok studi untuk memperhatikan dan mengamati skenario yang sedang diperagakan. Kegiatan ketiga adalah masing-masing siswa di beri lembar LKS. Kegiatan terakhir adalah pemberian penghargaan dan evaluasi. Evaluasi siklus I dilakukan setelah pembelajaran berakhir.

    (3) Observasi dan evaluasi
    Proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan dilakukan dengan mengisi lembar observasi yang telah dibuat. Sebagai observer adalah satu orang guru kelas V SDN Hamrung 2 Kecamatan Juai Kabupaten Balangan dan ditambah 2 orang rekan peneliti yang mengobservasi jalannya pembelajaran yang dilakukan peneliti seperti diskusi dan pertandingan kelompok.
    Tujuan pelaksanaan observasi adalah untuk memperoleh data mengenai aktivitas belajar siswa dan gejala-gejala yang mungkin muncul dari tingkah laku siswa pada saat berlangsungnya proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Role Playing. Evaluasi pada penelitian ini ada 2 macam yaitu evaluasi kelompok dan evaluasi individu. Evaluasi kelompok dilakukan waktu pembelajaran (permainannya), sedangkan evaluasi individu dilakukan dengan menggunakan tes prestasi belajar yang dilaksanakan setiap akhir siklus. Evaluasi ini bertujuan untuk memperoleh data mengenai hasil belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti pembelajaran tersebut.
    Teknik penskoran untuk kedua evaluasi sama, yaitu bila jawaban benar diberikan skor 1 dan jika salah diberikan skor 0. Yang berbeda dari penskoran kedua evaluasi yaitu bila dalam evaluasi kelompok skor diberikan per kelompok dengan cara menjumlahkan seluruh skor yang diperoleh masing-masing anggota kelompok. Sebagai contoh jika masing-masing siswa dapat menjawab 14 kartu soal dengan benar maka skor maksimum untuk kelompok tersebut dikalikan dengan 6 orang anggota seperti 6 x 14 = 84. Sedangkan pada skoring tes prestasi belajar diberikan per individu dimana untuk nilai akhir digunakan skala 100 dengan perhitungan sebagai berikut:
    Skor akhir = x 100
    Keterangan :
    JB = Banyaknya butir yang dijawab benar
    N = Banyaknya butir soal
    (Ratumanan & Laurens, 2003)

    (4) Analisis dan refleksi
    Hasil yang telah diperoleh pada tahap observasi dianalisis. Peneliti dapat merefleksikan dengan melihat data observasi sejauh mana kegiatan yang dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam kemampuan ekting bermain peran. Hasil analisis data akan dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus selanjutnya.
    6.7 Teknik Analisis Data
    Data dianalisis secara deskriptif menggunakan teknik persentase. Analisis hasil belajar siswa digunakan untuk menentukan besar persentase penguasaan siswa pada tiap aspek yang diukur menggunakan rumus:
    Persentase penguasaan siswa =
    Keterangan :
    f = Proporsi siswa yang memilih
    N = Jumlah siswa
    (Sudijono, 2005

    Keberhasilan siswa dalam memahami bagaimana meningkatkan kemampuan ekting dalam bermain peran sederhana ditunjukkan dengan adanya siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal tes yang diujikan. Klasifikasi untuk mendeskripsikan banyaknya siswa yang mengalami keberhasilan dalamempelajari cara berekting dalam bermain peran dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Kriteria taraf penguasan siswa
    No Nilai Penghargaan
    1.
    2.
    3.
    4.
    5.
    6. 95,0
    80,0-94,9
    65,0-79,9
    55,0-64,9
    40,1-54,9
     40,0 Istimewa
    Amat Baik
    Baik
    Cukup
    Kurang
    Amat Kurang
    (Dinas Pendidikan Propinsi Kalsel, 2004
    6.8 Analisis Respon Siswa terhadap Pembelajaran dengan Model Role Playing Pada Pembelajaran Bermain Ekting Dalam Bermain Peran
    Analisis respon siswa terhadap pembelajaran dilakukan untuk mengetahui bagaimana sikap dan ketertarikan siswa terhadap penerapan model Role Playing pada pembelajaran Kemampuan Ekting dalam bermain Peran. Respon siswa di kelas terhadap pembelajaran tersebut dianalisis secara deskriptif menggunakan teknik persentase per item respon (Sudijono, 2005) dengan rumus:
    Persentase respon siswa = x 100%
    Keterangan :
    f = Proporsi siswa yang memilih
    N = Jumlah frekuensi atau banyaknya siswa
    (Sudijono, 2005)

    6.9 Indikator Keberhasilan
    Penelitian ini dikatakan berhasil jika setelah pembelajaran, taraf penguasaan siswa mencapai nilai ≥ 65 atau 75% dari jumlah siswa telah menguasai materi yang diajarkan (Dinas Pendidikan Kalsel, 2010).

    6.10 Jadwal Penelitian
    Kegiatan Hari ke-
    1 2 3 4 5 6
    Persiapan X
    Pelaksanaan Penelitian X x x x
    Pengolahan Data x x
    Penyusunan Skripsi x x

    6.11 Daftar Pustaka
    Arifin, Z. 1990. Evaluasi Instruksional. Remaja Rosdakarya, Bandung.

    Surana. 2004.Aku Cinta Bahasa Indonesia , Pelajaran Bahasa dan Sastra Inonesia.
    Kelas V PT Tiga Serangkai Pusstaka mandiri. Solo.

    ———. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi Ke-V. Rineka Cipta. Jakarta.

    Ibrahim, H. M., Fida. R, Mohamad. N, & Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperatif. University Press. Universitas Negeri, Surabaya.

    Ratumanan, T.G & T. Laurens. 2003. Evaluasi Hasil Belajar yang Relevan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Unesa University Press.

    Soedarsono, FX. 2001. Aplikasi Penelitian Tindakan Kelas. Pusat Antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta

    Penelitian ini akan menerapkan model pembelajaran Role Playing untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas V SDN Hamarung 2 tentang Kemampuan Ekting Dalam Bermain Peran.

    H. Rumusan dan Pemecahan Masalah
    1. Rumusan masalah
    Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
    (3) Bagaimana peningkatan pemahaman siswa terhadap Kemampuan ekting dalam bermain peran yang diajarkan menggunakan model Role Playing?
    (4) Bagaimana persepsi siswa kelas V SDN Hamarung 2 Kecamatan Juai Kabupaten Balangan terhadap model pembelajaran Role Playing?
    2. Pemecahan Masalah
    Kemampuan ekting anak semakin meningkat dalam memainkan ekting dalam bermain peran.

    I. Tujuan Penelitian
    Tujuan penelitian ini adalah untuk:
    (4) Meningkatkan pemahaman siswa kelas V SDN Hamarung 2 terhadap materi Kemampuan Ekting dalam bermain Peran yang diajarkan menggunakan model Role Playing.
    (5) Mengetahui bagaimana respon siswa kelas V SDN Hamarung 2 Kecamatan Juai Kabupaten Balangan terhadap pembelajaran kemampuan ekting dalam bermain peran yang diajarkan menggunakan Role Playing
    J. Manfaat Penelitian
    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
    (4) Bagi guru: dapat mengenal lebih jauh tentang model Role playing sebagai salah satu model pembelajaran dan dapat menerapkannya dalam pembelajaran Kemampuan ekting dalam bermain peran.
    (5) Bagi siswa: dengan mengenal berbagai variasi metode belajar mengajar ekting, siswa tidak merasa bosan dan memperoleh kemudahan dalam belajar serta dapat meningkatkan prestasi belajarnya terhadap pelajaran memerankan drama, khususnya terhadap kemampuan ekting dalam bermain peran.
    (6) Sekolah: hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu proses pembelajaran.

    K. Tinjauan Pustaka
    5.1 Pembelajaran Kooperatif
    Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning mengacu pada metode pengajaran di mana siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar. Banyak terdapat pendekatan koopertaif yang berbeda satu dengan yang lainnya. Salah satu ciri khas pembelajaran kooperatif adalah siswa ditempatkan pada kelompok-kelompok kooperatif dan tinggal bersama sebagai satu kelompok untuk beberapa minggu atau bulan (Nur & Wikandari, 2000).
    5.3 Pembelajaran Role Playing
    Role Playing merupakan salah satu tipe dari pembelajaran. Role Playing ini menggunakan sistem bermain peran sesuai skenario, sehingga setiap siswa bersaing dengan tim lain yang sama sebagai wakil dari tim mereka dalam kemampuan akademik yang sebelumnya.

    5.4 Pembelajaran Kemampuan Ekting dalam Bermain Peran
    Materi yang akan diajarkan dengan menggunakan model role playing adalah kemampuan ekting dalam bermain peran.
    Adapun yang diperankan hanyalah penggalan drama berikut dengan penghayatan dan ungkapan wajah sesuai dengan watak tokoh-tokohnya.
    Suaasana Pentas
    Sebuah adegan di warung nasi Bu Ijah, tersedia satu bangku tua, dan satu meja, dua setel kursi tua yang tersusun rapi.
    Bu Ijah sedang sibuk mengatur dagangannya. Tampak dari luar sisa-sisa tembok sebelah-menyebelah dengan warung nasi terrtulis dengan arah: MERDEKA ATAU MATI dan SEKALI MERDEKA TETAP MERDEKA.
    Bu Ijah : (Sibuk mengatur dagangan kerupuk, pisang kulit, pisang goreng,
    Singkong goreng, tahu goreng, dan sebagainya)
    Kohyan : (Datang menuju ke warung nasi, gayanya sombong, kasar) Bu,
    Bu Ijah ….selamat pagi, Bu! Nasi goreng komplit, Bu! (duduk)
    Bu Ijah : (Takut dan terperanjat memandang kepada tamu kasar) Komplit,
    Apa yang komplit….?
    Kohyan : Kopi, air kopi dulu! Baru siapkan saya nasi goreng istimewa!
    Apa Ibu Ijah lupa dengan saya?
    Bu Ijah : (Mendekat, meletakkan satu gelas air kopi di meja tamu)
    O, Kamu si Kopyah, saya kira siapa? Jangan sok menakuti rakyat
    Kecil! (masih berdiri) Dosa!
    Kohyan : Menakuti? Bu, sebut nama saya Yang Mulia Tuan Kohyan bukan
    Kopyah! Apa Kopyah ? (tertawa)
    Bu Ijah : O, ya, Tuan Kopyan penjual kerupuk yang suka berutang tidak mau
    Mem …!
    Kohyan : Ssst, rahasia! Jangan sok memalukan aku, Bu. Ini apa? (sombong
    Memamerkan uang dari saku Rp !00.000,00 dari saku kantong)
    Jangan khawatir uangku banyak! Sebaiknya terimalah aku sebagai
    menantu! (uang dimasukan kembali ke dalam saku).
    Bu Ijah : Menantu! Kamu mau jadi menantuku? Tidak pantas ibu yang kecil,
    lagi pula miskin. E, kamu banyak uang dari mana?
    Cinta BahasaSD 5 R1
    F. Metode Penelitian
    6.12 Rancangan Penelitian
    Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian ini menginginkan terjadinya perbaikan, peningkatan dan perubahan proses ataupun hasil belajar yang lebih baik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal..

    6.13 Waktu dan Tempat Penelitian
    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni dari tanggal 7 sampai 12 Juni 2010, di SDN Hamarung 2 Kecamatan Juai Kabupaten Balangan.

    6.14 Subjek Penelitian
    Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas V dengan jumlah siswa sebanyak 15 orang, yang terdiri dari 7 orang siswa dan 8 orang siswi dengan tingkat kemampuan dan daya serap siswa yang sangat bervariasi.
    6.15 Teknik Pengumpulan Data
    (4) Tes
    Teknik ini digunakan untuk memperoleh data mengenai prestasi belajar yang dicapai siswa sebelum dan sesudah pembelajaran. Teknik tes dilakukan dengan memberikan tugas memerankan penggalan drama kepada siswa dan instrumen soal yang digunakan berbentuk objektif.
    (5) Observasi
    Teknik ini digunakan untuk memperoleh data-data tentang kegiatan belajar guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Daftar observasi ini dikumpulkan menggunakan lembar pengamatan meliputi aspek langkah-langkah pembelajaran, pengelolaan waktu dan kesan umum pembelajaran.
    (6) Angket
    Teknik ini digunakan untuk melihat respon siswa terhadap model pembelajaran Role Playing. Angket ini disebarkan pada akhir siklus II atau pada akhir pertemuan tindakan kelas

    6.16 Daftar Pustaka
    Arifin, Z. 1990. Evaluasi Instruksional. Remaja Rosdakarya, Bandung.

    Surana. 2004.Aku Cinta Bahasa Indonesia. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
    PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, Solo.

    ———. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi Ke-V. Rineka Cipta. Jakarta.

    Soedarsono, FX. 2001. Aplikasi Penelitian Tindakan Kelas. Pusat Antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

  46. melly yani npm 3060811516
    20/07/2010 pukul 3:22 pm

    nama : melly yani
    npm : 3060811516
    jur : pbsid

    Judul Tentatif
    FUNGSI DAN MAKNA MANTRA MEMANCING IKAN WARGA DESA TELUK KERAMAT KECAMATAN PARINGIN KABUPATEN BALANGAN
    1. Latar Belakang
    Mantra merupakan salah satu jenis sastra lisan yang berkaitan dengan tradisi masyarakat setempat. sebagai sastra lisan, mantra merupakan salah satu bentuk kebudayaan daerah yang diwariskan dari mulut ke mulut. mantra sendiri di golongkan kedalam jenis puisi karena bentuknya yang tetap dan bersajak, mantra juga merupakan warisan turun temurun konon masyarakat tradisional sebuah mantra memiliki kekuatan gaib. dengan mantra ini, alam pikiran manusia berhubungan dengan hal-hal supernatural sehingga dengan membaca mantra itu, sesuatu yang tidak mungkin terjadi dapat menjadi kenyataan.
    mantra menurut Hasan Shadily dalam Ensiklopedia Indonesia jilid 4 (1983) adalah rumusan kata-kata atau bunyi yang berkekuatan gaib, diucapkan berirama seperti senandung digunakan sebagai doa bagi pengucap atau pendengar, yang wajib dihapal tepat kata-katanya untuk menghindari bencana jika terjadi kekeliruan dalam mengucapkannya pada umumnya, mantra diucapkan dengan menyeru atau menyebut nama Allah, Nabi, dan Aulianya.
    Mantra yang diucapkan :
    Bismillahirrahmanirrahiim
    sir manir rupamu intan
    parasmu purnama
    manusuk tepat dijantung hatimu

    mantra ini diucapkan bersamaan saat melempar kail kesungai.

    2. Rumusan Masalah
    “Mengapa mantra memancing ikan itu hampir tidak dipakai lagi oleh pemancing ikan didesa teluk keramat?”
    3. Tujuan Penelitian
    Memaparkan penggunaan mantra memancing ikan
    4. Manfaat Penelitian
    Mengetahui mantra memancing ikan
    5. Kajian Pustaka
    a. Pengertian mantra
    Mantra diucapkan pada keadaan tertentu. alam kehidupan bangsa Melayu kuno penuh kepercayaan yang beraneka ragam, yang umumnya bersifat takhayul.
    b. Fungsi Mantra
    fungsi mantra dalam memmancing ikan adalah sebagai sarana magis untuk meningkatkan pencapaian hasil memancing ikan.
    6. Metode Penelitian
    1. Lokasi Penelitian
    Lokasi penelitian dilaksanakan di desa teluk keramat yang terletak dikecamatan paringin kabupaten balangan, karena didesa ini kebanyakan warganya memiliki hobbi yang sama yaitu memancing selain kegemaran juga mereka gunakan sebagai menambah penghasilan sehari-hari. fgaktor inilah yang mendorong peneliti melakukan kegiatan penelitian memancing ikan di desa tersebut.
    2. Metode yang digunakan
    Metode yang digunakan metode wawancara dan observasi.
    3. Variabel penelitian dan operasinilnya
    Variabel utama :
    Fungsi mantra dan pengaruh mantra memancing ikan
    4. Populasi, sampel, dan tehnik penarikan sampel
    Adalah sebagian warga desa teluk keramat yang memancing dengan menggunakan mantra. tehnik penelitian sampel merupakan salah satu pengampbilan sampel dengan melihat langsung objek yang diteliti.
    5. Jadwal waktu penelitian
    -persiapan
    -pengumpulan data
    -pengolahan data
    -penyususnan laporan
    -pengiriman laporan

    6. Daftar Pustaka
    Sunarti,dkk, 1978:178
    Ganie 1996 VI media masyarakat
    Drs. Amron Parkimin, pengantar sastra banjar

  47. 30/08/2012 pukul 12:52 pm

    Informative Article! At last somebody who really knows what it is
    all about and can additionally produce readable material for us visitors.
    Eagerly looking forward to your next article.

  48. 24/04/2013 pukul 1:32 pm

    There are various online auction sites that you can check out from time to time if you
    wanted to have the best prices on your ugg boots. People of every class and level can certainly get
    these because their costs are of every range. Regardless of what
    your first option is, UGG Classic Short you can discover in the UGG boot.

  49. 18/05/2013 pukul 9:26 am

    Hello just wanted to give you a quick heads up.
    The words in your article seem to be running off the screen in Ie.

    I’m not sure if this is a formatting issue or something to do with internet browser compatibility but I thought I’d
    post to let you know. The design look great though! Hope you get the problem solved soon.
    Many thanks

  50. 20/05/2013 pukul 11:26 pm

    Your means of telling all in this piece of writing is really fastidious,
    all be capable of simply know it, Thanks a lot.

  51. 21/05/2013 pukul 8:30 pm

    I am genuinely happy to read this webpage posts which contains tons
    of helpful information, thanks for providing these kinds of statistics.

  52. 03/06/2013 pukul 12:57 pm

    Thanks for finally talking about >PSDP 2010 Balangan 4B – Proposal | blog sainul hermawan <Liked it!

  53. 11/07/2013 pukul 6:28 pm

    Hi there! This is kind of off topic but I need some advice from an established blog.
    Is it difficult to set up your own blog? I’m not very techincal but I can figure things out pretty fast. I’m thinking about creating my own but I’m not sure where to start. Do you have any tips or suggestions? Cheers

  54. 06/10/2018 pukul 1:15 pm

    There is certainly a great deal to know about this issue.

    I like all of the points you have made. ditunggu Kunjungan baliknya kanda http://lk-21.info

  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar